Buku Rahasia Sang Maha
Judul: Rahasia Sang Maha
Penulis: Masriyah Amva
Penerbit: Kompas, 2012
Tebal: 258 halaman
Kondisi: Buku baru
Harga: Rp. 50.000 (belum ongkir)
"Sungguh para wanita akan menjadi kuat dan berjaya bila hidup dengan diri-Nya. Tiada kekurangan, keterpurukan, dan kegelapan hidup. Percayalah.'' Kalimat sugestif itu membuka lembaran awal curahan hati Nyai Masriyah Amva. Rona perjuangan buku ketiganya ini senada dengan semangat feminisme yang diplot dalam buku sebelumnya, Bangkit dari Terpuruk (2010) dan Menggapai Impian (2011).
Namun buku ini lebih menekankan untaian hipnosis diri untuk bersandar pada Sang Maha, yakni Tuhan. Buku ini berisi 20 kisah curahan hati dan pengalaman Nyai tentang kesetaraan gender, keberagaman, dan kebersahajaan. Di tengah gejolak dunia modern, kebahagiaan hadir dalam bentuk dan wajah beragam. Kuasa harta dan jabatan membungkam nurani kemanusiaan, sehingga kebahagiaan yang ingin dicapai justru sirna.
Buku ini menuntun kita untuk menyelami rahasia-rahasia Sang Maha dan menemukan jalan kesuksesan menjalani hidup yang diwarnai sejuta duka. Dalam tulisannya, Masriyah menginspirasi kita untuk mengubah paradigma dari "akal sentris" menjadi "Ilahiah sentris". Akal merupakan potensi yang diberikan Allah untuk digunakan secara optimal dalam rangka menjalani misi sebagai khalifah di muka bumi.
Masriyah, yang akrab disapa Nyai Mas, hadir menyuguhkan tips-tips jitu dalam menghadapi berbagai masalah hidup lewat pendekatan spiritual dan iman. Ia mencoba menggali kebahagiaan dari sumber yang sejati, bukan dari aksesori kehidupan yang gamang. Ihwal gender, Nyai lantang menyatakan bahwa kesetaraan gender patut didukung oleh seluruh elemen bangsa. "Gerakan kesetaraan gender bukanlah gerakan yang akan menghancurkan agama dan negara seperti yang dituduhkan sekelompok orang. Sebaliknya, gerakan itu akan membangun agama dan negara semakin bersinar terang."
Judul pertama adalah "Jadilah Perempuan Hebat". Dikisahkan, seorang perempuan cantik, serba-bisa, cekatan, terampil, dan berpendidikan yang duduk termenung di rumah Nyai. Ia tertekan karena keluarga yang dibinanya selama 20 tahun harus kandas hanya karena sebab kecil, menyapa lelaki. "Aku tidak melakukan kesalahan apa pun, hanya melanggar larangannya untuk tidak menyapa laki-laki teman lamaku."
Sejak menikah, suaminya memang menyatakan, apabila ia menyapa laki-laki bukan muhrim, otomatis talak jatuh. Padahal, sang istri tak berselingkuh, tapi sang suami tetap menceraikannya. Setelah dirunut, ternyata suaminya punya affair dengan wanita lain. Tak ayal, kehidupan perempuan ini hancur seketika. Ia kehilangan suami, anak, dan masa depan.
Setelah konflik drama itu mencapai puncaknya, Nyai memberikan nasihat. "Pertama, berdoalah dengan khusyuk kepada Allah memohon petunjuk. Kedua, lupakan suamimu, gantilah dengan mengingat Allah, tiada harapan selain kepada-Nya. Sungguh, suami hanya teman hidup yang patut kita sayangi, bukan tempat bergantung dan bersandar."
Keragaman kisah dalam buku ini multifaset. Di setiap kisah ada nasihat konstruktif. Bagaimana perempuan mesti memainkan peran dan posisinya agar sukses dan mandiri, tak hancur atas kesewenangan lelaki. Terakhir, Nyai menarasikan kisah dirinya. Bagaimana saat ia bercerai dengan suami pertama hingga menghadapi guncangan ketika suami keduanya meninggal dunia. Bagaimanapun, perpisahan itu menyedihkan, tapi akan hilang bila cinta kepada Tuhan sudah memenuhi kalbu.
Dalam kesehariannya, Masriyah adalah seorang nyai yang mengasuh Pesantren Kebon Jambu, Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Juga aktivis feminis yang bergelut dalam program pemberdayaan masyarakat bawah. Tak ayal, ia menjadi tempat curahan hati perempuan yang termarjinalkan dan terzalimi. Ikhtiar buku ini, salah satunya, memang mengajak perempuan bangkit dari budaya patriarki yang memurukkan.
Muhammad Bagus Irawan
Pustakawan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang
Penulis: Masriyah Amva
Penerbit: Kompas, 2012
Tebal: 258 halaman
Kondisi: Buku baru
Harga: Rp. 50.000 (belum ongkir)
"Sungguh para wanita akan menjadi kuat dan berjaya bila hidup dengan diri-Nya. Tiada kekurangan, keterpurukan, dan kegelapan hidup. Percayalah.'' Kalimat sugestif itu membuka lembaran awal curahan hati Nyai Masriyah Amva. Rona perjuangan buku ketiganya ini senada dengan semangat feminisme yang diplot dalam buku sebelumnya, Bangkit dari Terpuruk (2010) dan Menggapai Impian (2011).
Namun buku ini lebih menekankan untaian hipnosis diri untuk bersandar pada Sang Maha, yakni Tuhan. Buku ini berisi 20 kisah curahan hati dan pengalaman Nyai tentang kesetaraan gender, keberagaman, dan kebersahajaan. Di tengah gejolak dunia modern, kebahagiaan hadir dalam bentuk dan wajah beragam. Kuasa harta dan jabatan membungkam nurani kemanusiaan, sehingga kebahagiaan yang ingin dicapai justru sirna.
Buku ini menuntun kita untuk menyelami rahasia-rahasia Sang Maha dan menemukan jalan kesuksesan menjalani hidup yang diwarnai sejuta duka. Dalam tulisannya, Masriyah menginspirasi kita untuk mengubah paradigma dari "akal sentris" menjadi "Ilahiah sentris". Akal merupakan potensi yang diberikan Allah untuk digunakan secara optimal dalam rangka menjalani misi sebagai khalifah di muka bumi.
Masriyah, yang akrab disapa Nyai Mas, hadir menyuguhkan tips-tips jitu dalam menghadapi berbagai masalah hidup lewat pendekatan spiritual dan iman. Ia mencoba menggali kebahagiaan dari sumber yang sejati, bukan dari aksesori kehidupan yang gamang. Ihwal gender, Nyai lantang menyatakan bahwa kesetaraan gender patut didukung oleh seluruh elemen bangsa. "Gerakan kesetaraan gender bukanlah gerakan yang akan menghancurkan agama dan negara seperti yang dituduhkan sekelompok orang. Sebaliknya, gerakan itu akan membangun agama dan negara semakin bersinar terang."
Judul pertama adalah "Jadilah Perempuan Hebat". Dikisahkan, seorang perempuan cantik, serba-bisa, cekatan, terampil, dan berpendidikan yang duduk termenung di rumah Nyai. Ia tertekan karena keluarga yang dibinanya selama 20 tahun harus kandas hanya karena sebab kecil, menyapa lelaki. "Aku tidak melakukan kesalahan apa pun, hanya melanggar larangannya untuk tidak menyapa laki-laki teman lamaku."
Sejak menikah, suaminya memang menyatakan, apabila ia menyapa laki-laki bukan muhrim, otomatis talak jatuh. Padahal, sang istri tak berselingkuh, tapi sang suami tetap menceraikannya. Setelah dirunut, ternyata suaminya punya affair dengan wanita lain. Tak ayal, kehidupan perempuan ini hancur seketika. Ia kehilangan suami, anak, dan masa depan.
Setelah konflik drama itu mencapai puncaknya, Nyai memberikan nasihat. "Pertama, berdoalah dengan khusyuk kepada Allah memohon petunjuk. Kedua, lupakan suamimu, gantilah dengan mengingat Allah, tiada harapan selain kepada-Nya. Sungguh, suami hanya teman hidup yang patut kita sayangi, bukan tempat bergantung dan bersandar."
Keragaman kisah dalam buku ini multifaset. Di setiap kisah ada nasihat konstruktif. Bagaimana perempuan mesti memainkan peran dan posisinya agar sukses dan mandiri, tak hancur atas kesewenangan lelaki. Terakhir, Nyai menarasikan kisah dirinya. Bagaimana saat ia bercerai dengan suami pertama hingga menghadapi guncangan ketika suami keduanya meninggal dunia. Bagaimanapun, perpisahan itu menyedihkan, tapi akan hilang bila cinta kepada Tuhan sudah memenuhi kalbu.
Dalam kesehariannya, Masriyah adalah seorang nyai yang mengasuh Pesantren Kebon Jambu, Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Juga aktivis feminis yang bergelut dalam program pemberdayaan masyarakat bawah. Tak ayal, ia menjadi tempat curahan hati perempuan yang termarjinalkan dan terzalimi. Ikhtiar buku ini, salah satunya, memang mengajak perempuan bangkit dari budaya patriarki yang memurukkan.
Muhammad Bagus Irawan
Pustakawan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang