Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Titik Ba - Ahmad Thoha Faz

Gambar Produk 1
Rp 100.000Rp 50.000 Stok Terbatas
Judul: Titik Ba
Penulis: Ahmad Thoha Faz
Penerbit: Republika, 2021
Tebal: 412 halaman
Kondisi: Bagus (Ori Bekas)

Dengan jujur penulis mengakui kalau ia tak membahas hal-hal baru. Ia hanya menuliskan paradigmanya tentang kehidupan dan pembelajaran dengan cara yang berbeda. Cara yang berbeda itulah yang menjadikan buku ini menjadi luar biasa.

Banyak buku yang membahas tentang psikologi populer, pengembangan diri, pendidikan praktis, filsafat, dan tasawuf dalam perspektif Islam maupun umum. Tetapi semuanya hanya mengambil satu tema besar saja. Tema psikologi populer saja, atau tema filsafat saja misalnya. Nah, kelebihan buku ini adalah, memuat kesemua tema itu. Di dalamnya ada psikologi populer, pengembangan diri, pendidikan praktis, filsafat, dan tasawuf sekaligus, dalam perspektif Islam.

Kesemuanya dibahasakan penulis yang punya latar belakang kemampuan otodidak yang luar biasa sejak kecil ke dalam 4 bagian besar:
Bagian I: Sang Musafir yang Rindu Pulang
Bagian II: Keutuhan Simbol-Simbol Tuhan
Bagian III: Prinsip-Prinsip Universal untuk Membaca Simbol-Simbol Tuhan
Bagian IV: Ke Titik Ba, dari Titik Ba

Pada bagian 1 pembaca diajak merenungkan makna kehadirannya di dunia ini dan bagaimana memposisikan dirinya. Menariknya, penulis membahasnya dalam aneka perspektif, seperti fisika, sosiologi, dan psikologi.

Bahkan dalam pembahasan di bab-bab selanjutnya, penulis mengemukakan argumen-argumen dalam perspektif ilmu Matematika, Logika, Antropologi, Bahasa, dan cabang-cabang ilmu lainnya. Penulis tak sekadar mengutip dan menghimpunnya tetapi ia mampu menyisipkan gagasan-gagasannya dengan cara yang mencengangkan.

Tak ketinggalan, buku ini menyajikan informasi pada catatan-catatan kakinya mengenai siapa dan kekhasan apa yang dimiliki tokoh/ilmuwan yang pendapatnya dikutip. Ada banyak nama bertaburan di sini, mereka merupakan orang-orang hebat yang berasal dari timur dan barat, dari segala penjuru dunia.

Ada John Locke (seorang filosof Inggris yang hidup di era 1632 – 1704), Noam Chomsky (orang Yahudi, pencetus teori tata bahasa generatif yang lahir tahun 1928), Gordon Hewes (antropolog Amerika yang hidup di masa 1917 – 1997), Muhammad Iqbal (penyair, filosof, dan politisi muslim India yang hidup pada masa 1877 – 1938), Hasan Al-Bashri (ulama dan cendekiawan Muslim yang hidup di era 642 – 728), dan lain-lain.

Membuka kembali (setelah membaca) lembar-lembar buku ini dan membacanya secara parsial (sebagian-sebagian) pun amat memudahkan pembaca dalam menemukan makna-makna kehidupan.

Walau mencoba mengambil makna holistik (keutuhan) buku ini dengan membacanya secara menyeluruh dan melihatnya sebagai sebuah bangunan utuh yang terdiri dari beragam kepingan puzzle amat disarankan, menariknya secara sebagian-sebagian buku ini dapat ditarik pesannya untuk dijadikan quote-quote terpisah yang patut direnungkan.

Misalnya QS. 10:109, 30:60, 20:130 dan 132, 16:127, 19:65, 31:17, dan 2:153. (Analoginya, supaya lebih jelas apa yang dimaksud presiden Soeharto tentang “demokrasi Pancasila”, kita perlu mengikuti ucapan beliau yang mengandung kata tersebut pada sebanyak mungkin kesempatan). Menurut Raghib Al-Asfani, seorang pakar bahasa al-Qur’an, kesimpulan atau titik fokus utama dari segala macam bentuk kesabaran yang dimaksud al-Qur’an terdapat pada QS. 2:177.

Buku ini amat membius. Disajikan dengan gaya bahasa yang sederhana, mudah dimengerti. Wajar pula bila penulis bisa menuliskannya dalam perspektif Islam dengan begitu bagus karena lelaki kelahiran 1978 ini latar belakang islaminya cukup kental. Di samping itu selama bertahun-tahun paradigma “titik ba” ini ia bawa dalam perenungannya sehari-hari.
Pesan Sekarang