Bikin Film Itu Gampang
Rp.48.000,-
Rp.38.000,-
Diskon
Judul: Bikin Film Itu Gampang
Penulis: Natasha Dematra
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer, 2018
Tebal: 138 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)
Di dalam buku ini terdapat 20 chapter, yaitu Editing, Akting, Sound, Musik, Skenario, Lighting, dll. Chapter pertama dibuka dengan judul “Special Note”. Dan chapter terakhir ditutup dengan “Tentang Penulis”
Chapter pertama dibuka dengan judul “Special Note”, sebuah pesan yang isinya bahwa buku ini adalah sebuah tantangan yang diberikan oleh ayah sang penulis yang sudah lama tahu bahwa Natasha Dematra ingin menulis sebuah buku.
Pada chapter kedua “Smartphone dalam Pembuatan Film”, dijelaskan Pro & Kontra sebuah smartphone dalam pembuatan film. Dijelaskan disini bahwa sebelum tahun 2014, orang-orang tidak ada yang percaya bahwa film dapat dibuat hanya dengan menggunakan smartphone. Namun pada tahun 2014, banyak film di festival film internasional yang dibuat hanya dengan menggunakan smartphone. Sejak saat itu, kualitas film dengan smartphone tidak begitu dipandang sebelah mata lagi.
Chapter ketiga “Film Pertama”, dijelaskan bahwa film merupakan gabungan antara Seni & Teknik. Film tanpa seni sama dengan makanan tanpa bumbu. Makanan tersebut tetaplah makanan, tetapi tidak ada rasa yang membuatnya berkesan di hati.
Chapter keenam “Menentukan Tone”, dijelaskan bahwa Tone sebuah film adalah tugas lain dari seorang sutradara. Jika sebuah Tone sudah di dapat, sutradara harus memberi tahukan kepada seluruh kru. Karna Tone termasuk salah satu elemen penting dalam sebuah film. Jika 1 kru saja tidak mengetahui Tone yang sutradara inginkan, film dapat berubah sangat drastis dengan apa yang diinginkan sutradara.
Chapter ketujuh “Asisten sutradara”. Asisten Sutradara atau biasa di dunia perfilman dikenal dengan singkatan Astrada, merupakan mata “kedua” dari sang sutradara. Astrada akan mengatur peradeganan sesuai dengan kemauan sutradara. Sutradara akan memberitahukan kepada Astrada apa yang ia inginkan dan Astrada akan memberitahukan kemauan sang sutradara kepada kru lainnya. Astrada juga mempunyai tugas mengatur penjadwalan pada sebuah film. Memastikan adegan-adegan apa yang akan diambil pada hari tersebut. Memastikan para aktor dan aktris sedang mempersiapkan wardrobe dan make-up untuk sebuah adegan. Biasa dalam produksi film, ada terdapat 2 atau lebih Astrada. itu berupaya agar 1 Astrada tidak keberatan dalam menjalani tugas-tugasnya.
Chapter ke sebelas “Editing”. Ini adalah chapter yang paling saya dalami, karna saya memang ingin menjadi editor. Chapter ini dibuka dengan kata “Editing merupakan hal yang krusial, bila sebuah film dengan jalur cerita yang cepat, tetapi editing nya lambat, maka film tersebut akan terkesan pelan. Begitu pula sebaliknya.”. Saya sangat setuju dengan kata-kata ini. Menurut saya editor adalah Storyteller kedua dalam sebuah industri film. Jika sebuah produksi sudah selesai dan lanjut ke tahap Post-Pro, dan editor meng-edit film nya tanpa mengetahui script, sebuah film dapat berubah “Tone” nya. Di chapter ini juga dijelaskan tentang Transisi, Dissolve, Coloring, dll. Ada 1 kalimat di chapter ini yang sangat bagus menurut saya, “Editing yang baik adalah saat penonton tidak merasakan bahwa sebuah film merupakan potongan hasil adegan-adengan yang digabungkan.”
Chat WhatsApp
Penulis: Natasha Dematra
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer, 2018
Tebal: 138 halaman
Kondisi: Baru (Ori Segel)
Di dalam buku ini terdapat 20 chapter, yaitu Editing, Akting, Sound, Musik, Skenario, Lighting, dll. Chapter pertama dibuka dengan judul “Special Note”. Dan chapter terakhir ditutup dengan “Tentang Penulis”
Chapter pertama dibuka dengan judul “Special Note”, sebuah pesan yang isinya bahwa buku ini adalah sebuah tantangan yang diberikan oleh ayah sang penulis yang sudah lama tahu bahwa Natasha Dematra ingin menulis sebuah buku.
Pada chapter kedua “Smartphone dalam Pembuatan Film”, dijelaskan Pro & Kontra sebuah smartphone dalam pembuatan film. Dijelaskan disini bahwa sebelum tahun 2014, orang-orang tidak ada yang percaya bahwa film dapat dibuat hanya dengan menggunakan smartphone. Namun pada tahun 2014, banyak film di festival film internasional yang dibuat hanya dengan menggunakan smartphone. Sejak saat itu, kualitas film dengan smartphone tidak begitu dipandang sebelah mata lagi.
Chapter ketiga “Film Pertama”, dijelaskan bahwa film merupakan gabungan antara Seni & Teknik. Film tanpa seni sama dengan makanan tanpa bumbu. Makanan tersebut tetaplah makanan, tetapi tidak ada rasa yang membuatnya berkesan di hati.
Chapter keenam “Menentukan Tone”, dijelaskan bahwa Tone sebuah film adalah tugas lain dari seorang sutradara. Jika sebuah Tone sudah di dapat, sutradara harus memberi tahukan kepada seluruh kru. Karna Tone termasuk salah satu elemen penting dalam sebuah film. Jika 1 kru saja tidak mengetahui Tone yang sutradara inginkan, film dapat berubah sangat drastis dengan apa yang diinginkan sutradara.
Chapter ketujuh “Asisten sutradara”. Asisten Sutradara atau biasa di dunia perfilman dikenal dengan singkatan Astrada, merupakan mata “kedua” dari sang sutradara. Astrada akan mengatur peradeganan sesuai dengan kemauan sutradara. Sutradara akan memberitahukan kepada Astrada apa yang ia inginkan dan Astrada akan memberitahukan kemauan sang sutradara kepada kru lainnya. Astrada juga mempunyai tugas mengatur penjadwalan pada sebuah film. Memastikan adegan-adegan apa yang akan diambil pada hari tersebut. Memastikan para aktor dan aktris sedang mempersiapkan wardrobe dan make-up untuk sebuah adegan. Biasa dalam produksi film, ada terdapat 2 atau lebih Astrada. itu berupaya agar 1 Astrada tidak keberatan dalam menjalani tugas-tugasnya.
Chapter ke sebelas “Editing”. Ini adalah chapter yang paling saya dalami, karna saya memang ingin menjadi editor. Chapter ini dibuka dengan kata “Editing merupakan hal yang krusial, bila sebuah film dengan jalur cerita yang cepat, tetapi editing nya lambat, maka film tersebut akan terkesan pelan. Begitu pula sebaliknya.”. Saya sangat setuju dengan kata-kata ini. Menurut saya editor adalah Storyteller kedua dalam sebuah industri film. Jika sebuah produksi sudah selesai dan lanjut ke tahap Post-Pro, dan editor meng-edit film nya tanpa mengetahui script, sebuah film dapat berubah “Tone” nya. Di chapter ini juga dijelaskan tentang Transisi, Dissolve, Coloring, dll. Ada 1 kalimat di chapter ini yang sangat bagus menurut saya, “Editing yang baik adalah saat penonton tidak merasakan bahwa sebuah film merupakan potongan hasil adegan-adengan yang digabungkan.”