Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Laduni Quotient: Model Kecerdasan Masa Depan

Judul: Laduni Quotient: Model Kecerdasan Masa Depan
Penulis: Ilung S. Enha
Penerbit: Kaukaba, 2011
Tebal: 188 halaman
Kondisi: Bagus (bekas)
Harga: Rp. 20.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
 

Dalam salah satu ungkapan Arab, tertulis bahwa al-ilmu bi qadri al-ta’ab, ilmu itu diperoleh sesuai dengan kadar kerja keras. Mustahil orang yang tanpa belajar akan memperoleh kecerdasan. Pelbagai model kecerdasan yang ditemukan Barat, seperti Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spritual Quotient (SQ), dan Emotional Spiritual Quotient (ESQ), semuanya bersumber dari kecerdasan otak.

Dalam konsep kecerdasan keilmuan, kita mengenal ilmu laduni, semacam istilah atau perlambang bagi mereka yang cerdas tetapi tidak diketahui di mana ia belajar. Secara rasional, hal itu tak mungkin. Memperoleh ilmu mesti melewati pelbagai proses, misalnya metodologis kecerdasan dan tahap-tahap didalamnya secara komprehensif.

Namun buku berjudul Laduni Quotient: Model Kecerdasan Masa Depan buah tangan Ilung S. Enha ini mengumbar analisis yang cenderung di luar konteks pemikiran namun mampu mencerahkan dan menjawab keraguan atas kecerdasan laduni yang dianggap kebanyakan orang sebagai ilmu mistis dan irasional. Ilung dengan gaya bahasa yang lugas, menjelaskan bahwa model kecerdasan yang ditemukan Barat, seperti IQ, EQ, dan SQ, ternyata memiliki kekurangan sebab hanya membahas pikiran yang hanya bersumber dari otak.

Laduni Quotient (LQ) sesungguhnya merupakan kecerdasan pemikiran yang bersifat ruhaniah. LQ tak serta merta datang tiba-tiba. Kinerja LQ tak saja memerlukan optimalisasi dari potensi otak, melainkan pula dengan mendayagunakan benih akal (lubb), kemudian terpancar dalam ruangan potensi hati (bashirah), hingga merambah menuju wilayah ruh-ruhaniah (fu’ad dan shadr). Pada titik ini, kecerdasan laduni dapat dilihat bahwa ia tak mungkin tumbuh hanya dengan menggunakan potensi otak namun juga dengan mendayagunakan potensi dzikir (qalb). Penggabungan kedua potensi itu akan menghadirkan kecerdasan laduni yang mampu menganalisis persoalan logika, nalar, instituitif, dan insting.

Selama ini, kecerdasan seseorang dalam mendedah pelbagai persoalan ternyata tak mampu menganalisis secara mendalam. Hal ini menurut Ilung, karena mereka memperoleh kecerdasan hanya dari otak saja. Sementara kecerdasan LQ tak terbatas pada kecerdasan otak namun beranjak luas antara perpaduan perangkat kecerdasan otak dan perangkat kecerdasan hati. Lantas, keduanya merambah dalam optimalisasi energi kecerdasan dan masuk dalam kapasitas atmosfir energi roh.

Buku ini tak tak hanya mengkomersealisasikan model kecerdasan LQ, namun juga menyediakan lorong kajian kritis untuk merekonstruksi LQ sehingga kesan kecerdasan laduni yang irasional dan mistis segera tumbang. Buku ini layak diapresiasi karena merupakan penemuan baru tentang kecerdasan laduni yang mungkin telah berabad-abad disalahtafsirkan. Ilung mampu membuang perspektif demikian bahkan ia mampu meyakinkan bahwa ilmu laduni itu benar-benar ada dengan perpaduan kecerdasan intelektual dan spritual.

Buku ini membuka cakrawala baru mengenai kecerdasan laduni. Dengan piawai, Ilung menyusuri kanal-kanal hampa yang dilalui IQ, EQ, SQ, dan ESQ. Wacana kecerdasan laduni tidak sekadar dihamparkan, akan tetapi dikaji dengan kritis untuk direkonstruksi, sehingga kesan kecerdasan laduni yang rumit dan berbelit-belit segera tumbang. Inilah kontribusi Ilung yang laik diapresiasi. Di tangan Ilung, kecerdasan laduni yang dianggap sebagian orang sebagai sesuatu yang berat menjadi ringan dan begitu santai dipahami.