Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pameran Buku Islam: Yang Bijak Yang Membaca

Pentas Istora di Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno, Senayan, Jakarta, beralih fungsi selama 10 hari, 7 sampai 16 Maret lalu. Gedung olahraga yang biasa dipakai untuk menggelar pertandingan bulu tangkis atau bola voli itu tiba-tiba dipenuhi gerai yang menyediakan buku-buku Islam.

Spanduk bertuliskan ''Biar Bijak, Baca Buku'', tema yang disodorkan Islamic Book Fair kali ini, menyambut pengunjung di pintu gerbang. Ini untuk kali kedua Kelompok Kerja Buku Islam Ikapi Cabang Jakarta menggelar pameran, setelah yang pertama selenggarakan setahun lalu.

Menurut Fahmi Umar, ketua panitia, ide pameran buku Islam itu muncul dari pengalaman sebelumnya. ''Setiap pameran buku, hampir separuhnya adalah penerbit buku-buku Islam,'' ujar Fahmi kepada Rury Feriana dari Gatra. Gerai-gerai yang dijejali pengunjung pun umumnya menjual buku-buku Islam.

Memang, pertumbuhan penerbit buku-buku Islam sejak tiga tahun terakhir mencapai 20% per tahun. Sedikitnya, kini ada 100 lebih penerbit buku Islam, yang 70%-nya berada di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

Jumlah peserta pameran 2003 ini dua kali lipat. Bila tahun lalu hanya 70, kini 157 penerbit. Masing-masing membuka satu gerai dengan harga sewa Rp 335.000 sampai Rp 395.000 per meter persegi selama pameran.

Pengunjung juga membludak, antara 15.000 dan 20.000 per hari. Tahun lalu, di tempat yang sama, jumlahnya rata-rata hanya mendekati 10.000 orang per hari. Buku-buku yang diminati, menurut Amar Faishal, Manajer Promosi dan Komunikasi Penerbit Mizan, juga menunjukkan pergeseran. ''Buku-buku yang bertema sederhana dan bahasannya populer kini lebih diminati pengunjung,'' katanya. Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, yang ringan dan renyah, karya Hernowo (Penerbit Kaifa), termasuk yang laris manis.

Buku kategori remaja semisal Ngefriend Sama Islam, Penerbit DAR Mizan, juga laku keras. Begitu pula Jangan Jadi Bebek, karya O. Solihin (Penerbit GIP), laris abis. ''Kami sampai kehabisan stok,'' tutur Kusmanto. Kepala Divisi Promosi Penerbit Gema Insani Press (GIP). Jangan Jadi Bebek dalam tempo setahun telah lima kali naik cetak, masing-masing 5.000 eksemplar.

Selain yang sederhana, praktis dan populer, buku-buku yang berkaitan dengan alam gaib juga masih diminati. Ini yang dikemukakan Ghalib Alkatiri, Manager CV Senayan Abadi. Ia mencontohkan, buku Kesaksian Raja Jin karya Abu Aqila, dalam tempo empat bulan, tiga kali cetak ulang. Setiap kali cetak, jumlahnya 5.000 eksemplar. ''Di pameran, buku ini termasuk yang paling laris,'' katanya.

Dari kalangan tokoh agama, KH Abdullah Gymnastiar masih menjadi bintangnya. Buku-bukunya terjual ramai. Fenomena Daarut Tauhiid dan Menjaga Hati, Meraih Cinta Ilahi, keduanya diterbitkan Mizan, serta Meraih Bening Hati dan Manajemen Qalbu (terbitan GIP), terus menjadi best seller.

Buku-buku Aa Gym, dalam tempo enam bulan, rata-rata dicetak 30.000 sampai 40.000 eksemplar. Bisa jadi, karena yang bersangkutan sedang di puncak popularitas sebagai da'i yang mengusung tema-tema qalbu dalam setiap ceramahnya.

Buku-buku laris itu semuanya karya lokal. Namun, sebagian besar (70% hingga 80%) buku tertema Islam yang beredar di Indonesia adalah karya terjemahan. Antara lain dari Yusuf Qardawi, Harun Yahya, dan Karen Armstrong. Ada yanag diterjemahkan dari bahasa Arab, ada pula yang dari bahasa Inggris. Yang karya lokal umumnya berupa kumpulan karangan yang pernah dimuat di surat kabar atau majalah. Kalau ada karya utuh, umumnya diangkat dari tesis atau disertasi, misalnya buku-buku yang diterbitkan Paramadina.

Boleh jadi, keprihatinan itulah yang mendorong Hernowo menulis buku tentang tulis-menulis. Ia mengisahkan betapa asyiknya membaca dan menulis itu. ''Selama ini, menulis dipersepsikan berat dan menjemukan,'' kata Hernowo kepada Gatra.

Karena itu, paradigmanya mesti diubah. ''Kata kuncinya adalah pembiasaan. Kalau menemukan keunikan, bagikan ke orang lain lewat tulisan,'' ujarnya. ''Ini bisa dilakukan siapa saja, asal mau berdisiplin,'' ia menambahkan. Membaca buku bisa menjadi bijak. Menulis juga tak kalah bijaknya.

Herry Mohammad
Majalah Gatra edisi 19 / IX / 29 Maret 2003