Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Pramoedya Ananta Toer Perburuan

Judul: Perburuan (novel)
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Hasta Mitra, 2002
Tebal: 169 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Terjual Jakarta

Novel yang mendapat hadiah pertama Balai Pustaka tahun 1949 ini mengambil seting jaman Jepang menjelang kekalahannya. Tokoh utama, Hardo menjadi buronan Jepang dan rakyat kota (dipaksa Jepang) selama enam bulan lebih. Luput dari samurai Kempetai dengan menjadi gembel kurus kering bercawat. Pram menulis novel ini dengan perpaduan gaya tulisan sebuah drama. Setiap adegan menuntut pembacanya untuk membuat deskripsi yang kaya. Pembaca bukan hanya diceritai namun melihat peragaan tokoh-tokohnya. Uniknya lagi penggambaran yang realistis memaksa pembacanya untuk melepaskan romantisme novel yang biasanya penuh dengan keindahan atau tata kalimat yang ‘sopan’.  Novel dengan judul perburuan, dengan tokoh buron dan seting jaman edan Jepang dimana ibu dipaksa pergi dengan orang-orang kampung untuk mengejar dan mengepung anaknya, dimana bapak dan mertua melaporkan anak (dan menantunya) sendiri, dimana teman berkhianat dan penduduk menyimpan dendam amuk yang setiap saat pecah, dimana adegan harus dilakukan di bawah kolong jembatan kereta yang penuh sampah, berisik dan ludah beriak setiap saat jatuh didekat mereka duduk ngobrol. Pram menyajikan semua pada tempatnya. Gaya opsir Jepang dalam berbicara sekalipun sepertinya asli dituliskan untuk kita. Inikah gaya tulisan Pram pada awalnya?

Membaca novel sejarah memberikan keasyikan tersendiri khususnya bila pengarang hidup di jaman yang diceritakannya. Dari novel yang termasuk langka ini kita jadi tahu lonceng kantor wedana yang memberi tanda waktu, kentongan bersaut-sautan menjadi semacam kode komunikasi tradisional yang efektif, tradisi penduduk Blora yang  baru menyalakan lampu malam ketika hari benar-benar gelap. Dan hal yang spesial kita tidak perlu (tidak kepikir) merasakan duduk diantara onggokan sampah yang dibuang orang dari atas jembatan, melihat mendengar dan merasakan apa yang terjadi ketika sebuah hari pecah dan dimulai. Setelah membaca novel ini, jadi ingin ke Blora dan merekonstruksi apa yang dilihat Pram dan dimana dia menangkap adegan-adegan yang diciptakannya. Apakah jembatan yang dikutip diatas masih bisa ditiduri seperti dulu? Apakah lokomotip itu masih beroperasi?