Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Robohnya Surau Kami

Judul: Robohnya Surau Kami (Kumpulan Cerpen)
Penulis: A.A. Navis
Penerbit: Gramedia, 1991
Tebal: 115 halaman.
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong


Kumpulan 9 cerita pendek dari A. A. Navis muncul di dalam buku terbitan tahun 1986 ini: "Robohnya Surau Kami", "Anak Kebanggaan", "Nasihat-nasihat", "Topi Helm", "Datangnya dan Perginya", "Pada Pembotakan Terakhir", "Angin dari Gunung", "Menanti Kelahiran", "Penolong" dan "Dari Masa ke Masa"

Ada seorang yang biasa dipanggil Kakek, yang sehari-hari bertugas sebagai penjaga surau sebuah desa. Sang Kakek sangat rajin beribadah, dan selalu ingat memukul beduk yang mengingatkan orang-orang desa untuk sembahyang. Dia menyerahkan hidupnya untuk Tuhan, sampai rela meninggalkan dan melupakan istri dan anaknya. Namun, hati si Kakek tiba-tiba gundah gulana setelah Ajo Sidi, yang terkenal sebagai pembual di desa itu, menceritakan sebuah kisah kepadanya. Saking gundahnya, akhirnya si Kakek memutuskan untuk melakukan aksi bunuh diri. Lho kok bisa, kisah apakah gerangan yang dia dengar?

“…di akhirat, Tuhan Allah sedang memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Sementara para malaikat bertugas di samping-Nya sambil menggenggam daftar dosa dan pahala manusia. Orang yang diperiksa sangatlah banyak, maklum di mana-mana ada perang. Di antara orang-orang yang diperiksa itu, ada seorang yang di dunia dipanggil Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke surga. Kedua tangannya ditopangkan dipinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan sampai ketemu nanti ya.

Cukup beralasan juga kenapa Haji Saleh bersikap seperti itu, karena selama hidupnya di dunia, dia sudah pergi haji, makanya dipanggil Haji Saleh tentunya. Dia menyembah dan menyebut-nyebut nama Tuhan setiap hari, setiap malam, bahkan setiap waktu. Tidak pernah berbuat jahat dan selalu berdoa agar Tuhan menginsyafkan umatNya yang dihumbalangkan iblis laknat. Intinya, dia merasa sudah melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan Allah kepadanya.

Namun, siapa sangka ternyata Tuhan malah menyuruh malaikatNya menjewer telinganya dan menyeretnya ke neraka. Whoaaa…dia lebih kaget lagi ketika melihat teman-teman “seperjuangannya” sudah lebih dulu menghuni neraka, teman-teman yang juga taat beribadah dan teguh beriman. Mereka semua tidak terima dengan keoutusan ini. Akhirnya, mereka bersepakat untuk mengadakan rapat membahas “ketidakadilan” Tuhan terhadap mereka. Dari hasil rapat, mereka memutuskan untuk mengajukan “Peninjauan Kembali” atas keputusan Tuhan yang mereka anggap salah. Bahkan, mereka berniat mengadakan resolusi dan kalau perlu revolusi jika seandainya tuntutan mereka untuk dipindahkan ke surga tidak dikabulkan.

Dalam tuntutan mereka, Haji Saleh yang maju sebagai juru bicara berkata:
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu”.

Namun Tuhan menjawab:
“Bukankah kalian orang-orang yang tinggal di Indonesia, negeri yang tanahnya sangat subur, sehingga tanaman pun tumbuh tanpa ditanam. Negeri yang kaya-raya, penuh dengan logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya. Negeri yang pernah diperbudak bangsa lain, yang hasil tanahnya dikeruk dan diangkut ke negeri penjajah. Namun, sayang negeri ini juga selalu kacau, dimana penduduknya sering berkelahi dengan sesamanya, saling menipu dan saling merampas. Negeri yang juga dihuni oleh orang-orang seperti kalian, yang rela melarat, dan tak melakukan pekerjaan apapun untuk menjaga dan memanfaatkan kekayaan alam negerimu, sehingga anak dan cucumu pun ikut melarat. Aku telah menganugerahkan negeri yang kaya kepada kalian, tapi sayang kalian sangat malas bekerja. Kalian lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh dan tidak membanting tulang. Padahal, Aku menyuruh kalian untuk beribadat dan beramal, tapi bagaimana kalian bisa beramal kalau kalian hidup miskin? Kalian kira, Aku ini gila pujian dan mabuk disembah? Sekali-sekali tidak!!! Dalam satu sisi, kalian memang benar telah rajin beribadah, tapi sayangnya kalian beribadah tidak dengan hati, hanya sebagai rutinitas saja. Jadi, kembalilah ke neraka!”

Suara Tuhan yang tegas telah membuat jiwa revolusioner mereka tiba-tiba tawar, dan mereka pun kembali diseret ke neraka.

Mendengar si Kakek telah meninggal, Ajo Sidi menitipkan uang kepada istrinya untuk membelikan kain kafan 7 lapis buat si Kakek, tapi dia tidak bisa melayat karena dia harus pergi bekerja.