Jual Buku Kewibawaan Tradisional, Islam, dan Pemberontakan
Judul: Kewibawaan Tradisional, Islam, dan Pemberontakan: Kasus Darul Islam Jawa Barat
Penulis: Karl D. Jackson
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti, 1990
Tebal: 427 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Terjual Jakarta
Buku Karl D. Jackson ini berjudul asli, Traditional Authority, Islam, and Rebelion, yang diangkat dari disertasi doktoralnya dan semula diterbitkan oleh Universitas of Callifornia di Amerika Serikat tahun 1980. Studi ini bertujuan untuk menguji sejumlah teori tentang tingkah laku politik kaum petani. Permasalahan utama dalam studi ini ialah mengapa sekelompok desa di Priangan Timur membuat pilihan-pilihan yang berbeda secara mencolok berkenaan dengan gerakan Darul Islam (DI). Hasil penelitiannya ternyata cukup mengejutkan, sebab bertolak belakang dengan asumsi umum yang selama ini kerapkali mengkambinghitamkan ideologi Islam sebagai sumbu-ledak pemberontakan Di di Jawa Barat. Hal ini sekaligus meruntuhkan argumentasi sejumlah pakar teori pemberontakan yang biasanya mengaitkan pemberontakan petani dengan sebab-sebab motif ekonomi.
Gambaran Jackson mengenai masyarakat Jawa Barat atau suku Sunda sendiri, diletakkan dalam perspektif sejarah dengan latar konteks pemberontakan Darul Islam (1948 – 1968). Dalam analisis utamanya Jackson berkesimpulan bahwa integrasi politik di dalam suatu masyarakat tradisional, yakni masyarakat petani di Jawa Barat, pertama-tama bergantung pada sistem hubungan antara kewibawaan tradisional yang menjiwai kehidupan sosial masyarakat setempat, serta mepertalikan setiap desa dengan dunia politik daerah dan nasional yang ada di balik pintu gerbang desa. Dapat dikatakan, jaringan kerja warga desa Sunda terorganisasi ke dalam hubungan diadik (berpasangan) yang bersifat pribadi, menyebar, penuh perasaan dan lestari, serta difungsikan seluruhnya kepada hubungan atasan-bawahan yang akrab, sakral, dan bersifat tetap. Hakikat dari pendirian ini adalah orang desa Sunda akan ikut terlibat dalam politik nasional sesuai dengan yang didiktekan pemimpinnya dengan tak banyak memperhatikan isu ideologi dan ekonomi yang bersangkutan. Pemimpin desa dipatuhi semata-mata karena ia adalah sang ‘pemimpin’ dalam hubungan yang mungkin berlangsung beberapa dasawarsa. Dalam arti ini hubungan tradisional nyata berbeda dengan hubungan patron-klien yang lebih bersifat oportunis dan materialistis.
Penulis: Karl D. Jackson
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti, 1990
Tebal: 427 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Terjual Jakarta
Buku Karl D. Jackson ini berjudul asli, Traditional Authority, Islam, and Rebelion, yang diangkat dari disertasi doktoralnya dan semula diterbitkan oleh Universitas of Callifornia di Amerika Serikat tahun 1980. Studi ini bertujuan untuk menguji sejumlah teori tentang tingkah laku politik kaum petani. Permasalahan utama dalam studi ini ialah mengapa sekelompok desa di Priangan Timur membuat pilihan-pilihan yang berbeda secara mencolok berkenaan dengan gerakan Darul Islam (DI). Hasil penelitiannya ternyata cukup mengejutkan, sebab bertolak belakang dengan asumsi umum yang selama ini kerapkali mengkambinghitamkan ideologi Islam sebagai sumbu-ledak pemberontakan Di di Jawa Barat. Hal ini sekaligus meruntuhkan argumentasi sejumlah pakar teori pemberontakan yang biasanya mengaitkan pemberontakan petani dengan sebab-sebab motif ekonomi.
Gambaran Jackson mengenai masyarakat Jawa Barat atau suku Sunda sendiri, diletakkan dalam perspektif sejarah dengan latar konteks pemberontakan Darul Islam (1948 – 1968). Dalam analisis utamanya Jackson berkesimpulan bahwa integrasi politik di dalam suatu masyarakat tradisional, yakni masyarakat petani di Jawa Barat, pertama-tama bergantung pada sistem hubungan antara kewibawaan tradisional yang menjiwai kehidupan sosial masyarakat setempat, serta mepertalikan setiap desa dengan dunia politik daerah dan nasional yang ada di balik pintu gerbang desa. Dapat dikatakan, jaringan kerja warga desa Sunda terorganisasi ke dalam hubungan diadik (berpasangan) yang bersifat pribadi, menyebar, penuh perasaan dan lestari, serta difungsikan seluruhnya kepada hubungan atasan-bawahan yang akrab, sakral, dan bersifat tetap. Hakikat dari pendirian ini adalah orang desa Sunda akan ikut terlibat dalam politik nasional sesuai dengan yang didiktekan pemimpinnya dengan tak banyak memperhatikan isu ideologi dan ekonomi yang bersangkutan. Pemimpin desa dipatuhi semata-mata karena ia adalah sang ‘pemimpin’ dalam hubungan yang mungkin berlangsung beberapa dasawarsa. Dalam arti ini hubungan tradisional nyata berbeda dengan hubungan patron-klien yang lebih bersifat oportunis dan materialistis.