Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan

Judul: Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan
Penulis: Nurcholish Madjid
Penerbit: Paramadina, 2010
Tebal: 192 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong

Pesantren sebagai institusi pendidikan tradisional Islam masih tetap eksis hingga hari ini. Namun sumbangannya untuk mengatasi berbagai masalah masyarakat kian diragukan. Acapkali terdengar pertanyaan: mampukah pesantren merespons perkembangan zaman?

Buku ini pun mengajukan pertanyaan seperti itu, dan berupaya menyodorkan langkah-langkah yang harus ditempuh kalangan pesantren. Buku ini hadir sebagai hasil respons penulisnya, Nurcholish Madjid, di tahun 1970-an, setelah dia melihat kondisi pesantren waktu itu, yang tampak tertinggal dari dunia di sekitarnya.

Nurcholish -yang akrab dipanggil Cak Nur- menyadari bahwa seiring dengan perkembangan zaman, persoalan yang harus dihadapi dan dijawab pesantren juga makin kompleks dan berat. Antara lain, lingkungan pesantren cenderung tak memperhatikan aspek lingkungan. Keadaan ini diperparah dengan pola hidup para santri yang cenderung tak mementingkan faktor kesehatan. Tak mengherankan bila dulu para santri diejek dengan sebutan "santri sarungan" dan "santri kudisan".

Di bidang kurikulum, yang menjadi sorotan, adanya ketidakcocokan dunia pesantren dengan dunia modern. Menurut Cak Nur, tak banyak pesantren yang mampu merumuskan tujuan pendidikannya dan menuangkannya dalam rencana kerja yang sistematis (halaman 6). Sementara itu, sistem pengajaran yang dipakai tak efisien, pemilihan kitab kurang relevan, dan cara membaca kitab dengan terjemahan kata demi kata. Santri dianggap kurang kreatif, karena setiap hari dijejali dengan hafalan. Mereka kurang mempelajari ilmu umum, seperti berhitung dan fisika.

Masalah penting lainnya adalah gaya kepemimpinan yang dianut pesantren, yang berpusat di tangan seorang kiai karismatik. Gaya kepemimpinan seperti ini menyebabkan seorang kiai tak mungkin digantikan orang lain, serta sulit menerima pola ad- ministrasi dan manajemen modern. Akibatnya, faktor kecakapan teknis menjadi tak begitu penting. Ini menjadi salah satu sebab tertinggalnya pesantren dari perkembangan zaman.

Melihat realitas tersebut, Cak Nur mengatakan, tak ada jalan lain kecuali pesantren harus mengusahakan perubahan agar bisa mengejar ketertinggalan. Para pemimpin pesantren diharuskan berpacu melawan waktu (halaman 101). Menurut Cak Nur, untuk saat ini agenda terpenting pesantren adalah bagaimana menyuguh- kan kembali isi pesan moral yang diembannya itu kepada masyarakat abad ini, sehingga tetap relevan dan mempunyai daya tarik.

Iskandar Ritonga, Peminat buku