Jual Buku On Being A Muslim
Penulis: Farid Esack
Penerbit: IRCiSoD, 2003
Tebal: 300 halaman
Kondisi: Stok lama (Bagus)
Stok kosong
Dalam buku ini, Farid Esack, cendekiawan muslim kontemporer asal Afrika Selatan yang sangat ekstrem berhalauan liberal, dan dikenal luas banyak menggunakan metode hermeneutik dalam menggali sumber-sumber Islam, menyuguhkan rangkaian-rangkaian dasar yang dianggapnya sebagai sine qua none (syarat mutlak) dalam melakukan rekonstruksi paradigma Islam di era kontemporer. Dengan dasar hukum Islam, kali ini Esack lebih menohok pada "sasaran hukum" ketimbang hukum itu sendiri sebagai landasan metodologis dan epistemologis gerakan reinterpretasi Islam yang berhalauan doktrinal, dogmatis, jumud, statis, dan teoritik.
Maulana Farid Esack mengembangkan teologi pembebasan Islam di Afrika Selatan. Pluralis agama dijadikan spirit pembebasan.
BERAGAMA yang pluralis tidak cukup tertahan di forum diskusi. Tapi harus mewujud dalam aksi kongkret berupa solidaritas antaragama untuk melawan penindasan. Pandangan ini digaungkan Maulana Farid Esack, 42 tahun, ahli tafsir Al-Quran dari Universitas Western Cape, Afrika Selatan, dan aktivis antirezim apartheid.
Dibesarkan di kota Bonteheuwel, Cape Flant, Afrika Selatan, Farid kecil sudah merasakan perihnya kemelaratan. Juga kuatnya solidaritas antaragama menyangga penindasan apartheid, serta pahitnya diskriminasi wanita. Pada usia 15 tahun, Farid mendapat beasiswa belajar ke Pakistan (1974-1982). Meraih doktor bidang hermeneutika Al-Quran dari Universitas Birmingham, Inggris (1990-1994), dan meneliti hermeneutika Bibel di Jerman (1994-1995), kini ia menjadi anggota Komisi Persamaan Gender Afrika Selatan.
Maulana Farid Esack mengembangkan teologi pembebasan Islam di Afrika Selatan. Pluralis agama dijadikan spirit pembebasan.
BERAGAMA yang pluralis tidak cukup tertahan di forum diskusi. Tapi harus mewujud dalam aksi kongkret berupa solidaritas antaragama untuk melawan penindasan. Pandangan ini digaungkan Maulana Farid Esack, 42 tahun, ahli tafsir Al-Quran dari Universitas Western Cape, Afrika Selatan, dan aktivis antirezim apartheid.
Dibesarkan di kota Bonteheuwel, Cape Flant, Afrika Selatan, Farid kecil sudah merasakan perihnya kemelaratan. Juga kuatnya solidaritas antaragama menyangga penindasan apartheid, serta pahitnya diskriminasi wanita. Pada usia 15 tahun, Farid mendapat beasiswa belajar ke Pakistan (1974-1982). Meraih doktor bidang hermeneutika Al-Quran dari Universitas Birmingham, Inggris (1990-1994), dan meneliti hermeneutika Bibel di Jerman (1994-1995), kini ia menjadi anggota Komisi Persamaan Gender Afrika Selatan.
