Jual Buku Mengkaji Indonesia: Pengaruh Amerika dalam Dunia Intelektual Indonesia
Judul: Mengkaji Indonesia: Pengaruh Amerika dalam Dunia Intelektual Indonesia
Penulis: Nasir Tamara
Penerbit: Bentang Budaya, 1997
Tebal: 108 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Stok Kosong
Tinjauan tentang pengaruh Amerika Serikat terhadap Indonesia sudah sering ditulis. Namun buku ini terasa lain. Disebutkan, hubungan kedua bangsa sudah dimulai sejak 1782, ketika In- donesia masih bernama Hindia Belanda. Tidak sedikit serpihan sejarah terangkat, dan menjadi lebih bernilai. Misalnya, tentang Politik Etis yang ternyata hanya semacam janji kosong dalam kampanye internasional yang dilakukan Belanda sebagai negara kolonial untuk mendapat pengakuan sebagai negara liberal (halaman 15-16).
Karena bualan itu, pandangan intelektual Amerika menjadi sempit dan berpihak kepada Belanda. Tulisan mereka tentang Indonesia sering bersumber dari pandangan administratif pemerintah kolonial, dan tentu saja tidak kritis. Sikap kritis Amerika baru muncul ketika semangat antikolonialisme melanda kalangan intelektual Amerika, yang menghendaki kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia Tenggara.
Mungkin kita ingat nama John Echols, George Kahin, Clifford dan Hildred Geertz, Harry J. Benda, Benedict Anderson, Herbert Feith, William Liddle, Karl Jackson, James Fox, dan Donald Emerson. Pengaruh mereka tidak kecil dalam pemikiran dan ilmu- ilmu sosial sampai sekarang. Jasa mereka juga patut dicatat, paling tidak membuat Indonesia sebagai negara sentral pada debat teori ilmu-ilmu sosial dalam studi wilayah Asia Tenggara.
Menurut Nasir Tamara, penulis buku Mengkaji Indonesia: Pengaruh Amerika dalam Dunia Intelektual Indonesia ini, wilayah Asia Tenggara sebetulnya belum dikenal pada tahun 1940, tetapi lalu mendapat prioritas selama perang yang memalukan antara Amerika dan Vietnam. Indonesia sebenarnya telah bekerja sama dengan Negeri Paman Sam itu sejak 1951, yaitu waktu Presiden Truman menyediakan berbagai fasilitas untuk Indonesia di bidang pendidikan bagi kalangan sipil dan militer. Jenderal Ahmad Yani termasuk salah seorang yang pernah mengenyam pendidikan ter- sebut.
Buku ini dibagi menjadi enam bab, ditambah dua tulisan lain (pengantar dan kesimpulan). Pembaca dapat mengikuti data dan analisisnya yang runtut, serta menangkap nuansa politis yang terkandung di dalamnya. Nasir juga menyinggung aktivitas ahli- ahli Amerika yang mengamati Indonesia, karya-karya mereka, pengaruh pandangan mereka terhadap para intelektual Indonesia. Maka, melalui buku ini pembaca diyakinkan bahwa lembaga-lembaga sosial dan pendidikan Amerika benar-benar berpengaruh pada dunia intelektual dan dimensi politik di negara kita. Belasan, puluhan, bahkan mungkin ratusan ahli kita, mengecap pendidikan di sana dan membawa pandangan-pandangan Amerika ke Indonesia.
Niken Kuntarti
Alumnus Fakultas Pertanian UNS
Karena bualan itu, pandangan intelektual Amerika menjadi sempit dan berpihak kepada Belanda. Tulisan mereka tentang Indonesia sering bersumber dari pandangan administratif pemerintah kolonial, dan tentu saja tidak kritis. Sikap kritis Amerika baru muncul ketika semangat antikolonialisme melanda kalangan intelektual Amerika, yang menghendaki kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia Tenggara.
Mungkin kita ingat nama John Echols, George Kahin, Clifford dan Hildred Geertz, Harry J. Benda, Benedict Anderson, Herbert Feith, William Liddle, Karl Jackson, James Fox, dan Donald Emerson. Pengaruh mereka tidak kecil dalam pemikiran dan ilmu- ilmu sosial sampai sekarang. Jasa mereka juga patut dicatat, paling tidak membuat Indonesia sebagai negara sentral pada debat teori ilmu-ilmu sosial dalam studi wilayah Asia Tenggara.
Menurut Nasir Tamara, penulis buku Mengkaji Indonesia: Pengaruh Amerika dalam Dunia Intelektual Indonesia ini, wilayah Asia Tenggara sebetulnya belum dikenal pada tahun 1940, tetapi lalu mendapat prioritas selama perang yang memalukan antara Amerika dan Vietnam. Indonesia sebenarnya telah bekerja sama dengan Negeri Paman Sam itu sejak 1951, yaitu waktu Presiden Truman menyediakan berbagai fasilitas untuk Indonesia di bidang pendidikan bagi kalangan sipil dan militer. Jenderal Ahmad Yani termasuk salah seorang yang pernah mengenyam pendidikan ter- sebut.
Buku ini dibagi menjadi enam bab, ditambah dua tulisan lain (pengantar dan kesimpulan). Pembaca dapat mengikuti data dan analisisnya yang runtut, serta menangkap nuansa politis yang terkandung di dalamnya. Nasir juga menyinggung aktivitas ahli- ahli Amerika yang mengamati Indonesia, karya-karya mereka, pengaruh pandangan mereka terhadap para intelektual Indonesia. Maka, melalui buku ini pembaca diyakinkan bahwa lembaga-lembaga sosial dan pendidikan Amerika benar-benar berpengaruh pada dunia intelektual dan dimensi politik di negara kita. Belasan, puluhan, bahkan mungkin ratusan ahli kita, mengecap pendidikan di sana dan membawa pandangan-pandangan Amerika ke Indonesia.
Niken Kuntarti
Alumnus Fakultas Pertanian UNS