Jual Buku Melintasi Malam
Judul: Melintasi Malam (kumpulan cerpen)
Penulis: Korrie Layun Rampan
Penerbit: Gramedia, 2003
Tebal: 144 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong
Penulis: Korrie Layun Rampan
Penerbit: Gramedia, 2003
Tebal: 144 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok kosong
Sejak dulu sampai sekarang pedalaman Kalimantan terkenal dengan hutan rimbanya yang begitu luas, bahkan termasuk hutan terbesar di dunia. Belantara hutan di pedalaman Kalimantan tersohor dengan kekayaan jenis kayu yang memiliki kualitas terbaik. Pedalaman Kalimantan juga menyimpan tradisi dan budaya Dayak yang penuh dengan misteri. Namun di tangan seorang Korrie Layun Rampan, tradisi, budaya, dan misteri kehidupan pedalaman Kalimantan Timur direkam secara menarik menjadi 9 (sembilan) cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek ini.
Seperti dikatakan pengarang dalam kata pengantarnya, bahwa kumpulan cerita pendek ini sengaja ditulis untuk merekam jejak kebijakan pemerintah Orde Baru di tanah Dayak pedalaman. Booming kebijakan ekonomi pemerintah Orba pada tahun 80-an turut merambah tanah Kalimantan. Pemerintah pada saat itu memfokuskan kebijakannya untuk mengumpulkan devisa sebanyak-banyaknya dari ekstraksi hutan di luar Jawa, melalui ekspor log (kayu bulat) dan hutan menjadi agen pembangunan selama tiga dasawarsa. Dimana saat itu terjadi apa yang dikenal dengan HPH (Hak Pengusahaan Hutan), kebijakan yang ternyata diketahui belakangan ini merugikan negara dan masyarakat secara ekonomi maupun lingkungan.
6 (enam) cerpen ditulis pada tahun-tahun tersebut (1982 dan 1983), sementara 3 (cerpen) secara khusus ditulis pasca pemerintahan Orba untuk memperlihatkan dampak serius dari segala kerusakan akibat berbagai kebijakan yang justru menafikan keberadaan daerah sebagai kekuatan kesatuan Indonesia.
Penyusunan urutan cerpen dari cerpen pertama sampai cerpen kesembilan rupanya dibuat sedemikian mungkin untuk memudahkan pembaca memahami makna yang diinginkan oleh pengarang. Cerpen pembuka buku ini benar-benar 'membuka' seluruh kumpulan cerita seperti mengenalkan pembaca pada keadaan hutan pedalaman Kalimantan Timur dari yang rimba hingga menjadi rusak. Ialah Teluk Nyomit yang mengisahkan kilas balik keadaan pedalaman hutan Kalimantan yang masih perawan hingga menjadi hutan rusak dan terlantar akibat pembalakan liar oleh perusahan pemilik perizinan. Mereka mencaplok kawasan hutan milik warga dengan menjarah secara paksa, sementara warga yang melawan dipenjarakan atau diperkosa.
Kilas balik dimulai oleh Melintasi Malam, Rotan, Percakapan tentang Negeri, Perjalanan dalam Kelam, Beras, dan Rusa. Pengarang benar-benar menguliti tiap jengkal kehidupan, budaya, dan tradisi masyarakat pedalaman Kalimantan. Cerpen-cerpen tersebut secara gamblang memperlihatkan dan membawa pembaca ke situasi kampung dengan masalah pedalaman: berburu; mencari kayu; upacara adat; batas wilayah; maupun cerita-cerita kepercayaan setempat. Masyarakat pada saat itu begitu menghargai alam dan lingkungan tempat mereka tinggal sehingga mereka bisa hidup selaras dengan alam.
Masalah baru muncul ketika masyarakat dihadapkan kepada kebijakan-kebijakan pemerintah yang mulai diterapkan pada tahun 80-an (dalam hal ini HPH). Masyarakat yang masih tradisional dipaksa melakukan transisi menuju masyarakat modern tanpa persiapan yang memadai. Masyarakat pedalaman menjadi korban modernisasi pemerintah. Pada akhirnya terjadi kerusakan dimana-mana, bukan hanya pada lingkungan hidup dan tatanan ekonomi kemasyarakatan, tetapi juga pada manusia sebagai individu dan masyarakat sebagai kesatuan orang-orang yang mendiami suatu kawasan. Hal tersebut diperlihatkan pada 2 (dua) cerpen terakhir: Dataran Melengen dan Betok.
Kesudahannya, Melintasi Malam mengajak pembaca melintasi dan menelusuri kehidupan masyarakat dan lingkungan pedalaman hutan Kalimantan Timur yang bukan hanya 'malam' yang benar-benar gelap karena begitu lebat namun juga 'malam' yang kelam karena kerusakan parah yang diakibatkan kebijakan pemerintah lampau.