Jual Buku Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949: Pergulatan Antara Otonomi dan Hegemoni
Judul: Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949: Pergulatan Antara Otonomi dan Hegemoni
Penulis: Robert Bridson Cribb
Penulis: Robert Bridson Cribb
Penerbit: Grafiti, 1990
Tebal: 256 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Harga: Rp. 80.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
Tebal: 256 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Harga: Rp. 80.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
Karya R.B. Gribb ini termasuk ke dalam kategori sebuah karya sejarah sosial, karena Gribb mencoba mengungkap gejolak revolusi khusus pada lokalitas tertentu yaitu kota Jakarta dan sekitarnya pada periode 1945-1949. Struktur sosial yang menjadi kajian R.B. Gribb ini adalah kelompok perampok, jawara atau dalam teori E.J. Habsbown dikenal dengan nama Bandit Sosial (Sartono Kartodirdjo, 1985: 74).
Tulisan R.B. Gribb ini menc oba menampilkan peristiwa lokal atau daerah sebagai peristiwa sejarah dalam keseluruhan sejarah nasional, khususnya yang berkaitan dengan Revolusi Indonesia pada awal kemerdekaan. Walaupun penamaan Sejarah Nasional atau “sejarah Indonesia” menurut Taufik Abdullah ialah mencakup zaman dari seluruh daerah yang kini disebut Republik Indonesia haruslah diterima tak lebih dari berdasarkan konsensus saja. Konsensus ini tak lepas dari pendekatan normatif, yang ditentukan bukan oleh keharusan logis dari “Subject matter” atau sasaran studi tetapi oleh tuntutan ideologis (Taufik Abdullah, 1990: 316). R.B. Gribb menilai suatu kelemahan apabila mengkaji Revolusi Indonesia, aspek kedaerahan diabaikan, walaupun ada alasan-alasan tertentu mengapa harus demikian.
Tulisan R.B. Gribb ini menc oba menampilkan peristiwa lokal atau daerah sebagai peristiwa sejarah dalam keseluruhan sejarah nasional, khususnya yang berkaitan dengan Revolusi Indonesia pada awal kemerdekaan. Walaupun penamaan Sejarah Nasional atau “sejarah Indonesia” menurut Taufik Abdullah ialah mencakup zaman dari seluruh daerah yang kini disebut Republik Indonesia haruslah diterima tak lebih dari berdasarkan konsensus saja. Konsensus ini tak lepas dari pendekatan normatif, yang ditentukan bukan oleh keharusan logis dari “Subject matter” atau sasaran studi tetapi oleh tuntutan ideologis (Taufik Abdullah, 1990: 316). R.B. Gribb menilai suatu kelemahan apabila mengkaji Revolusi Indonesia, aspek kedaerahan diabaikan, walaupun ada alasan-alasan tertentu mengapa harus demikian.