Jual Buku Dialog Bareng Paulo Freire, Sekolah, Kapitalisme Yang Licik
Editor: Miguel Escobar dkk.
Penerbit: LKiS, 2001
Tebal: 220 halaman.
Kondisi: Bekas (bagus)
Harga: Rp. 70.000 (blm ongkir)Order: SMS/WA 085225918312
ADALAH dilema tersendiri bagi negara sedang berkembang ketika harus mengambil model pembangunan negara maju. Namun, karena desakan kolonialisme, politik, atau hegemoni kultural, model itu akhirnya diterima juga oleh keniscayaan.
Dan pada gilirannya, hal itu memunculkan ketergantungan, baik ekonomi maupun budaya. Dalam bidang yang lebih spesifik, pendidikan kadang harus mengadopsi sistem dan model pendidikan negara maju yang bisa jadi menimbulkan ketimpangan tak terduga bagi negara sedang berkembang.
Paulo Freire mencoba membeberkan problematika yang terjadi, sekaligus menawarkan model pendidikan alternatif bagi sebuah penyadaran kemanusiaan.
Buku ini banyak diilhami pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan yang pernah dipresentasikan dalam seminar di Universitas Mexico. Freire adalah seorang tokoh pendidikan revolusioner yang kental dengan semangat pembebasan ala Amerika Latin.
Alih-alih, buku ini pun mengambil latar pendidikan di Amerika Latin. Meski demikian, misi filosofis dan ideologisnya masih mengandung pesan universal.
Freire yang lahir di Brasil, misalnya, sering mengkritik sainsisme, yaitu praktek ilmiah yang gagal mengenalkan realitas sosial secara utuh.
Baginya, yang dibutuhkan pendidik atau akademisi adalah komitmen awal sebagai intelektual: kesetiaan yang utuh terhadap realitas yang harus dipelajari dan dideskripsikan dalam konteks teoretis dan historis tertentu.
Dasar pemikiran tersebut digunakan untuk mendekonstruksikan sekolah atau pendidikan di negara ketiga, yang hanya dijadikan instrumen melayani pasar internasional, meniru gaya hidup konsumtif negara maju, serta mempertahankan status quo (baca: kekuasaan) tertentu.
Karena itu, Freire lalu mempersepsikan bahwa setiap tindakan pendidikan merupakan tindakan politis. Artinya, pendidikan harus menyentuh rakyat agar dapat berdemokrasi dan membebaskan dirinya dari segala cengkeraman politik kekuasaan.
Berangkat dari asumsi dasar itu, Freire lalu menggagas kurikulum yang benar-benar merangsang rasa ingin tahu, semangat kritis, dan partisipasi demokratis.
Dengan demikian, sebagaimana yang dicita-citakannya, pendidikan merupakan tempat berlangsungnya penyadaran kemanusiaan menuju pembebasan dan transformasi daripada masyarakat.
Nama Paulo Freire banyak dikenal di kalangan mahasiswa Indonesia. Namun, buah pikirannya tentang pendidikan yang membebaskan oleh banyak kalangan dianggap gagal. Teori pendidikannya tak bisa ditempatkan dalam teori tradisional, modernisme, ataupun pascamodernisme. Karena itu, bisa saja Freire, yang meninggal awal tahun lalu, dianggap gagal, tapi di sisi lain juga ada yang menganggapnya berhasil.
Dalam konteks Indonesia, buku ini seakan mengingatkan kita pada sistem dan praktek pendidikan di perguruan tinggi, yaitu diberlakukannya depolitisasi terhadap kampus dan komersialisasi terhadap dunia pendidikan.