Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Psikologi Jawa (Darmanto Jatman)

Judul: Psikologi Jawa
Penulis: Darmanto Jatman
Penerbit: Bentang Budaya, 2000
Tebal: 164 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Terjual Jakarta


Kramadangsa adalah nama orang. Ilmu Kramadangsa adalah ilmu jiwa mengenai orang bernama Kramadangsa. Setiap individu adalah "diri sendiri". Jadi, mempelajari Ilmu Jiwa Kramadangsa adalah mempelajari diri sendiri. Jiwa adalah rasa. Rasa itu menandai hidup orang. Maka mempelajari Ilmu Jiwa Kramadangsa adalah mempelajari rasa sendiri dengan rasa dalam rasa (halaman 73).

Darmanto Jatman juga nama orang, orang Jawa yang psikolog dan akrab dengan teori-teori Sigmund Freud, Abraham Maslow, David McLelland, Berne, Skinner, dan sebagainya. Ia juga penyair dan budayawan yang dekat dengan wacana dari Van Peursen sampai Des- cartes.

Ketika sang Darmanto menderita kegelisahan kultural sekaligus terobsesi untuk memerdekakan ilmu psikologi dari jajahan kapitalisme-materialisme, terbitlah buku Psikologi Jawa ini. Kegelisahan kultural ini tampak pula dalam buku Darmanto sebelumnya, yakni Perilaku Kelas Menengah (1996). Dalam karya itu terdapat tulisan Darmanto yang menggali etos kerja manajer Jawa menurut kultur kejawaan dengan indikator-indikator ilmiah.

Buku Psikologi Jawa merupakan embrio "Ilmu Jiwa Jawa" yang sedang dibangun Darmanto. Dalam kepustakaan Jawa, rasa dipahami sebagai substansi atau zat yang mengalir dalam diri manusia akibat adanya pertemuan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Zat itu bisa berupa daya hidup.

Kebudayaan Jawa tidak homogen, apalagi monolitik. Itulah sebab- nya, Franz Magnis Suseno (1984) menyatakan bahwa "orang Jawa" sesungguhnya adalah suatu konstruksi teoretis, dan tidak menun- juk pada kelompok orang perorangan kongkret tertentu (halaman 23).

Sangat jarang ditemukan idealisme untuk mengilmiahkan sesuatu yang bersifat tradisi, dan menempatkannya dalam konteks teori modern. Melalui buku ini, Darmanto Jatman mencoba menyusun serpih-serpih nilai kejawaan menjadi embrio "teori psikologi" untuk memahami lebih mendalam perilaku dan kultur Jawa.

Menurut Darmanto Jatman, buku ini hanya eksplisitasi dan sistematisasi kawruh -pengetahuan tentang jiwa Jawa- menjadi Ilmu Jiwa Jawa, agar bisa berdialog dalam dataran analisis yang setara dengan psikologi modern (halaman vii). Upaya sistematisasi itu jelas bukan sesuatu yang sederhana. Dalam tataran ide saja, sang penggagas akan berhadapan dengan bahaya jebakan chauvinisme kultural -dan mungkin pula primordialisme.

Betapapun, Psikologi Jawa merupakan buku yang cukup unik. Ketika kebanyakan buku dan literatur lain mencoba merevitalisasi atau mencangkokkan nilai-nilai kejawaan dalam konteks kontemporer, buku ini menukik pada roh penghayatan hidup manusia Jawa itu sendiri.

M. Sofyan
Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta