Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Etika Kesarjanaan Muslim: Dari Al-Farabi hingga Ibn Khaldun

Judul: Etika Kesarjanaan Muslim: Dari Al-Farabi hingga Ibn Khaldun
Penulis: Franz Rosenthal
Penerbit: Mizan, 1996
Tebal: 194 halaman
Kondisi: Buku bekas (cukup) 
Terjual Karang Anyar 


Para orientalis umumnya menganggap khazanah pemikiran Islam tidak memiliki akar tradisi kesarjanaan, sebagaimana dikenal di dunia ilmu pengetahuan Barat. Mereka menganggap buku-buku dari dunia Islam itu umumnya tak memenuhi kaidah keilmuan konvensional Barat yang bertumpu pada dua hal. Pertama, menyertakan daftar sumber rujukan, kuotasi, catatan kaki, dan indeks. Kedua, ditulis berdasarkan riset empirik, eksperimentasi, dan mengemukakan prediksi.

Namun Frans Rosenthal, yang akrab menggauli khazanah ilmu pengetahuan, menolak pendapat para orientalis itu. Lewat penelusuran sejarah, Rosenthal yang kini mengajar di Universitas Oxford, Inggris, membuktikan bahwa para sarjana muslim masa lampau sudah menerapkan metode menulis ilmiah, seperti yang kini dianut cendekiawan Barat modern. Meski para sarjana muslim di masa lalu belum mempunyai standar pendekatan baku, mereka cukup teliti dalam menilai suatu karya tulis atau manuskrip, selektif dalam memilih sumber rujukan, serta terbiasa memberi komentar dan kritik. Dalam menentukan rujukan, misalnya, dokumen atau manuskrip dipandang lebih penting dibanding dengan ingatan.

Catatan kaki dan catatan pinggir sudah muncul dalam karya- karya sarjana muslim abad ke-13 Masehi, kendati tak persis seperti sekarang. Pada masa itu, para penulis muslim memberi catatan pada bagian-bagian tertentu dari manuskrip yang perlu mendapat penjelasan tambahan. Catatan itu biasanya disisipkan di antara kalimat.

Para sarjana muslim pun bersikap kritis terhadap sumber- sumber bacaan. Umpamanya, dengan mengecek keaslian nama pengarang. Sebab, pada masa itu, seperti juga dewasa ini, sering terjadi pembajakan karya intelektual. Al-Hujwiri, misalnya, di dalam pendahuluan karya mistiknya, Kasf Al-Mahjub, berulang kali mengingatkan pembacanya untuk memelihara nama pengarang, karena ini adalah bagian dari pertanggungjawaban ilmiah (halaman 114).

Eksperimentasi dan riset empirik memang belum menjadi tradisi. Para sarjana muslim sudah melakukan pengamatan dan percobaan, tapi masih didasarkan pada model penalaran deduktif. Dalam tradisi ilmiah modern yang mengutamakan penalaran induktif, percobaan dan pengamatan adalah sangat penting. Buku kedokteran karya Ibnu Sina, Kitab al-Syifaa, misalnya, lebih banyak mengandung penjelasan fisika teoretis dibanding dengan eksperimen untuk memperoleh data empirik (halaman 157-158).

Secara umum, Rosenthal bersikap positif terhadap tradisi intelektual umat Islam di masa lalu. Tetapi, sebagaimana para sarjana Barat yang mengkaji Islam, Rosenthal menilai produk ilmiah masa lalu itu dengan ukuran ilmiah saat ini. Relativitas waktu seperti terabaikan.

Sirojudin Abbas
Forum Mahasiswa Ciputat