Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Ali Syari'ati Membangun Masa Depan Islam

Judul: Membangun Masa Depan Islam
Penulis: Dr. Ali Syari'ati
Pengantar: John L.Esposito
Penerbit: Penerbit Mizan, 1989
Tebal: 200 Halaman
Buku bekas (cukup)
Terjual Sleman 


Dr. Ali Syari’ati Mazinani kerap digambarkan sebagai ideolog serta arsitek “revolusi islam” iran, disamping imam ayatullah khomeini, ayatullah muthahari atau ayatullah mahmud taliqani. semua hidup ali syari’ati dibaktikan pada islam serta ideologi syi’ahnya, ia sudah keluar masuk penjara sebagai konsekuensi kegiatan politiknya. sejak meniti pendidikan di prancis, ia sudah melibatkan dirinya didalam gerakan menentang rezim syah. penyambutan dengan penjara saat ia pulang ke iran pada th. 1964 tidak menyurutkan aktivitas politiknya, selepas dari penjara ia terus aktif di bidang politik yang mengakibatkan ia dikeluarkan dari kampus masyhad, area ia mengajar. ia lantas mengalihkan aktivitasnya di pusat islam husaini irsyad, namun lantas instansi inipun ditutup pemerintah, serta syari’ati kembali meringkuk di penjara, yang lantas memaksanya meninggalkan iran menuju inggris serta meninggal dengan misterius pada th. 1977.

ide syari’ati didalam tulisan-tulisan serta ceramahnya. menunjukkan pada kita dapat peran yang diembannya sebagai arsitek sesuatu revolusi. di sana ia bicara perihal penderitaan, penindasan serta kesyahidan. namun dari situ juga ia membangun ide perihal pembebasan, kemerdekaan serta perjuangan rakyat melawan penindasan. tentang kesyahidan ini ia dulu berkata : kesyahidan didalam budaya kita, …bukanlah tragedi, …bukanlah satu langkah, …melainkan tujuan itu sendiri.

syari’ati yaitu di antara perumpamaan dari generasi baru kaum intelektual serta aktivis politik bertujuan islam yang hidup di nyaris semua dunia muslim sekarang ini. yaitu satu fakta bahwa fungsi kaum intelektual amat besar saat mendampingi kaum mullah (ulama tradisional) didalam sistem revolusi islam iran. apalagi didalam step pembangunan saat ini ini, peran ke-2 grup ini tidak bisa dipisahkan. kian lebih itu, pantas dipahami oleh kita bagaimana hubungan pada golongan ulama serta intelektual berikan makna yang sinergis untuk revolusi serta pembangunan iran ; bagaimana sistem pergantian identitas keduanya dari dua kutub yang saling mengecam jadi saling isi. tulisan-tulisan syari’ati barangkali bisa jadikan di antara referensi untuk membahas serta mengerti masalah tersebut. syari’ati sudah mengemukakan kerangka tentang lahirnya satu grup raushanfikr melewati telaah ideologi, filsafat serta ilmu dan pengetahuan.

fungsi raushanfikr, didalam pandangan baru yang dikemukakan syariati berakar dari analisisnya perihal perbedaan pada ilmu dan pengetahuan, filsafat, ideologi serta orang yang dinisbatkan pada ketiga perihal tadi (ilmuwan, filosof serta ideolog). menurut syariati, filsafat serta ilmu dan pengetahuan tidak dulu dapat mengawali satu revolusi didalam histori, ideologilah yang senantiasa mengilhami, memimpin serta mengumpulkan revolusi, peperangan serta pengorbanan. ideologi didalam keberadaanya memerlukan keyakinan, tanggung-jawab, keterlibatan serta prinsip.

didalam pandangannya perihal agama, syariati lihat dua wujud islam yang diperlihatkan histori. pertama, ia yaitu agama yang disebut himpunan dari kebiasaan serta rutinitas penduduk yang menunjukkan satu motivasi kolektif dari satu penduduk spesifik. ia berisikan sekumpulan keyakinan nenek moyang, perasaan individual, tata langkah, ritual, aturan, serta rutinitas dari satu penduduk yang sudah mapan, dari generasi ke generasi. kebiasaan-kebiasaan layaknya tersebut yang dipelihara oleh penguasa politik untuk melegitimasikan kekuasaan. perihal itu dipandang syari’ati sebagai satu kenyataan yang ada di iran (juga di indonesia), contohnya peringatan 10 muharam serta beragam upacara yang lain yang dinasionalisasikan didalam simbol-simbol nasional.

muka islam yang lain yang tercatat didalam histori yaitu islam-ideologi, yakni satu keyakinan yang dengan sadar dipilih untuk menjawab masalah serta keperluan penduduk menurut pada kalimah la ilaha illallah. agama layaknya itu menggerakan rakyat serta bangsa untuk meraih dambaan luhur melewati perjuangan serta kesyahidan.

didalam kerangka layaknya tersebut syari’ati berupaya meletakkan fungsi serta mendefinisikan baru untuk raushanfikr. didalam pengertian umum yang konvensional, yang terhitung grup ini yaitu siapapun yang mempergunakan otaknya, yakni kaum intelektual, mahasiswa, sarjana, guru, serta kaum profesional. namun untuk syari’ati, raushanfikr yaitu mereka yang dengan sungguh-sungguh berpedoman ideologi yang dimilikinya dengan sadar. kesadaran inilah inilah yang membantunya untuk menentukan satu jalur hidup spesifik. kesadaran ini juga yang bikin ia terpanggil serta sanggup berkurban untuk mencukupinya. tidak layaknya beberapa ilmuwan serta filosof biasa yang tidak dulu memprakarsai gerakan serta membangun kesadaran penduduk dari ketertindasan, raushanfikr yaitu sebagaimana beberapa nabi yang sudah merubah histori melewati gerakan serta revolusi.

didalam abad di mana ilmu dan pengetahuan sudah direduksikan jadi netralitas, beberapa pemikir serta ilmuwan sudah mengurung dirinya didalam laboratorium, instansi akademis, korporasi kapitalis serta pabrik-pabrik. raushanfikr lihat islam bukan hanya sebagai islam budaya yang membuahkan pakar islamologi, tetapi islam ideologi yang membuahkan mujahid.

 pemikiran-pemikiran syari’ati tersebut sekurang-kurangnya berikan kesadaran untuk kita dapat pentingnya mengerti islam serta masalah kehidupan sebagaimana harusnya, sebagaimana yang diajarkan allah melewati beberapa rasul-nya, melewati kacamata keimanan yang lurus. hingga saat ini ghazwatul fikr yang dilancarkan syaithan serta pendukungnya sudah sukses menggeser paradigma (langkah pandang) kaum muslimin pada islam pada pola pikir barat yang memanglah tidak sama dengan langkah pandang islam. contohnya istilah pengetahuan didalam sudut pandang barat yaitu sebatas pengetahuan untuk penguasaan alam, untuk islam, pengetahuan memiliki pengertian serta tujuan yang lebih mulia serta suci hingga yang dimaksud ulama yaitu orang berilmu sekalian orang yang takut pada tuhannya. begitupun dengan pemahaman tentang sistem politik (negara), sistem pendidikan, sistem ekonomi, serta seluruh perihal yang terkait dengan kita, baik yang berbentuk makro atau mikro, adalah tanggung jawab kita seluruh untuk menggali sekalian mengembalikan pada pemahaman islam yang benar. mengembalikan rencana islam pada yang sesungguhnya ini adalah langkah pertama apabila kita pingin bertindak sebagai raushanfikr yang berikan kesadaran untuk penduduk.

buku membangun hari esok islam: pesan untuk beberapa intelektual muslim ini berisi kajian syari’ati tentang kaum cerdik pintar yang terbagi dua ini; kaum intelektual yang memakai pengetahuan teoritis serta praktis mereka, serta kaum yang tercerahkan (raushanfikr) yang memikul tanggung jawab sosial serta memainkan perannya sebagai nabi-nabi sosial.

buku ini berisi tiga kuliah, yang di antaranya terbagi didalam dua bagian ; berbarengan mereka menyuarakan respon syari’ati pada apa yang dianggapnya krisis dunia islam. menurut dia kaum muslim saat ini ini memerlukan satu : kebangkitan-kembali islam” yang digerakan oleh beberapa pemikir muslim yang tercerahkan. kuliah pertama dengan judul “dari mana kita harus mulai” mengulas tanda-tanda pemikir sejenis itu. kuliah ke-2 dengan judul “apa yang perlu dilakukan” terbagi jadi dua bagian ; pertama mengemukakan alasan mengapa satu kebangkitan amat dibutuhkan, bagian ke-2 tawarkan satu program praktis untuk memprakarsai sesuatu gagasan tindakan untuk husayniah irsyad, yakni instansi pendidikan yang dibantunya untuk berdiri pada th. 1967. kuliah ketiga dari kuliah ini adalah studi masalah yang di ambil didalam histori rosulullah yang tercatat didalam surah ar-ruum perihal kemampuan islam serta langkah yang di ambil supaya bisa mengalahkan kemampuan islam pada saat itu ; kemampuan sassaniah (persia) serta byzantium (romawi).

sungguh menarik lihat tuturan syari’ati tentang surat ar-ruum, yang menurut dia, ia mengemukakan surat ini untuk meyakinkan serta menyemangati mereka yang yakin bahwa al-qur’an terus hidup. surah ar-ruum ini, yang menurut syari’ati amat pantas diturunkan pada saat saat ini ini dikarenakan cocok dengan tanda-tanda zaman periode saat ini, memiliki kandungan pesan luar biasa yang berikan dorongan serta hidup pada individu periode saat ini yang bertanggung jawab –terutama orang-orang yang tercerahkan (raushanfikr)- yang dengan penuh motivasi serta gigih berjuang untuk membawa pengetahuan serta kesadaran pada bagian penduduk spesifik yang menderita.

surah ini adalah perumpamaan yang dipakai untuk menegaskan kenyataan bahwa al-quran terus hidup sesaat yang lain beralih. al-quran, firman allah, terus tidak beralih selama berlangsungnya pembaharuan serta evolusi. ia bisa diaplikasikan di semua area serta saat – tanpa memandang politik, budaya serta golongan sosial – al-quran dapat menuntun kebebasan untuk tiap-tiap individu yang sadar.

ayat 1-4 dari surah ar-ruum, yang menurut syari’ati adalah inti surah, menceritakan perihal peristiwa serta ramalan pada saat itu. pada waktu di mana dunia dikuasai oleh dua negara adikuasa yang saling bermusuhan ; kerajaan persia serta romawi. begitu berkuasanya mereka hingga digambarkan tak ada sejengkal tanah yang tidak di bawah kekuasaan ke-2 negara tersebut jika tanah tersebut dilihat tidak bernilai serta bernilai strategis. persia, pada waktu surah ini turun, baru saja memenangkan peperangan dengan musuh besarnya tersebut.

dengan nama allah yang maha pengasih serta maha penyayang. alif, laam, miim. bangsa romawi sudah dikalahkan di negeri tetangga. tetapi sesudah kekalahannya itu, mereka dapat memperoleh kemenangan kembali pada sepuluh th. lantas (masalah ketetapan kemenangan yang pertama serta paling akhir itu yaitu urusan tuhan) pada saat itu orang-orang yang beriman jadi gembira. (qs 30 :1-4)

ayat 1-4 surah ar-ruum ini turun pada periode makkiyah, di mana kaum muslimin adalah kaum tertindas yang tidak dapat melawan kekuasaan lokal abu jahal cs. pendukung nabi pada waktu itu cuma sebagian orang teman dekat yang beberapa memperoleh siksaan keras dari penguasa. didalam kelemahan, keputusasaan serta ketidakberdayaan ini, nabi menyebutkan pada beberapa sahabatnya : “kalian dapat jadi pemenang didalam histori. bukan hanya kaum adikuasa, kerajaan-kerrajaan besar atau caesar yang agung, tetapi orang-orang muslimlah yang dapat menguasai dunia. kalian bukan sekedar dapat memerintah di arabia, makkah atau quraisy, namun akan menaklukan persia, byzantium, yaman serta mesir (yakni dunia barat serta timur saat ini ini) ini” yaitu pengucapan pemimpin grup kecil yang pengikutnya seandainya tidak mati tidak berdaya dibawah siksaan, dapat geser ke abesinia.

histori lantas yang menunjukkan kemukjizatan al-qur’an. sepuluh th. lantas romawi bisa mengalahkan persia, serta pada zaman khalifah umar bin khathab, romawi bisa ditaklukan kaum muslimin. orang-orang beriman yang miskin serta sengsara dapat bebas serta bergembira pada hari itu –dengan pertolongan allah- mereka meraih kemenangan. allah berikan kemenangan pada mereka yang pantas memperoleh bantuan-nya serta memiliki hak untuk menang. “dia membantu orang yang dikehendaki-nya serta dialah yang mahaperkasa serta penyayang. ” (qs 30 :5) allah dapat memberkati grup yang lemah, yang berjuang di di jalan-nya. lebih tegas lagi ketetapan yang dikemukakan didalam ayat diatas ditegaskan oleh peristiwa-peristiwa tersebut. “itulah janji allah. allah tidak menyalahi janji-nya, namun umumnya manusia tidak tahu. ” (qs. 30 :6)

kaum musyrikin (serta juga kaum intelektual) tidak tahu perihal janji allah yang disebut hukum universal yang tak lagi beralih dari periode ke periode “mereka cuma tahu kulit kehidupan duniawi saja. ” (qs 30:7). mereka cuma tahu pertimbangan-pertimbangan yang dangkal, siapa yang mempunyai senjata sangat canggih, yang mempunyai tentara sangat banyak, yang sangat makmur rakyatnya serta pertimbangan-pertimbangan materi yang lain. al-qur’an menyuruh supaya tidak bergantung cuma pada pertimbangan-pertimbangan, perhitungan serta kajian politis belaka. ayat setelah itu (ayat 8) menyuruh supaya orang berfikir perihal kemanusiaan universal, sistem dunia yang ada.

sayang sekali didalam telaah tafsirnya itu syari’ati tidak mengatakan sumber pengambilan yang otentik atau berikan penjelasan yang lebih jauh terlebih untuk penafsiran yang tidak sama dengan biasanya beberapa mufassirin. contohnya saat menafsirkan “…pada saat itu orang-orang beriman jadi gembira”, syari’ati berikan penjelasan yang tidak sama dengan asbabun nuzul yang dikenal dari ayat tersebut. meskipun demikianlah, kajian syari’ati saat menafsirkan surat ar-ruum ini amat menarik dikarenakan sebagaimana beberapa beberapa mufasir bir-ra’yu yang lain mereka berupaya mengerti al-qur’an didalam konteks di mana mereka hidup. hingga al-qur’an dapat senantiasa hidup serta senantiasa dapat jadi jawaban semua masalah kehidupan dimanapun serta kapanpun sepanjang kaum muslimin akan memahaminya.