Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aneka Celoteh Linda Djalil Sang Wartawati

Judul: Celotehan Linda
Penulis:  Linda Djalil
Penerbit:  Kakilangit Kencana, Jakarta, Juni 2012, xviii + 426 halaman

Di dapur pesawat terbang yang membawa rombongan Presiden Soeharto itu, Linda Djalil melihat sejumlah pramugari berebut membawa baki minuman. “Saya ajayang bawa,” kata seorang pramugari. “Jangan dong, kamu kan udahtuh tadi. Giliran saya dong,” ujar temannya.

Karena penasaran, Linda pun menguping pembicaraan mereka lebih lanjut. Hasilnya sungguh mengejutkan. “Ya, amplop. Ternyata mereka rebutan untuk memberikan minuman buat si tentara itu,” katanya.

Si tentara yang dimaksud Linda tak lain adalah Kolonel Sjafrie Sjamsoedin, yang ketika itu menjadi Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden. Menurut Linda, Sjafrie yang sekarang menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan dan berpangkat letnan jenderal saat itu dikenal sebagai tentara ganteng. “Postur tubuhnya memang tegap, jangkung, dan jalannya pun trap trap trap,” ujar Linda setengah bercanda.

Cerita soal pramugari yang terpesona pada Sjafrie itu dikisahkan Linda Djalil dalam tulisan berjudul “Sjafrie Sjamsoedin: Dari Pramugari sampai Nenek Jompo”. Artikel kocak itu merupakan satu di antara 98 tulisan yang dikumpulkan dalam buku Celotehan Linda.

Diluncurkan Sabtu dua pekan lalu di Omah Batari Sri, Kemang, Jakarta Selatan, buku itu memuat tulisan­tulisan Linda dengan pelbagai topik: dari soal politik, tokoh yang dikenalnya, sampai tema sosial budaya. Tulisan­tulisan tersebut sebelumnya pernah dipublikasikan di blog pribadi Linda dan blognya di Kompasiana.com.

Di dunia pers Indonesia, Linda Djalil adalah nama yang tak asing. Menjadi wartawati sejak 1977, ia mengawali karier di majalah Tempo, sebelum kemudian pindah ke Gatra. Selama 25 tahun kariernya sebagai jurnalis, perempuan kelahiran 23 Juni 1958 ini pernah meliput di Istana Negara selama sembilan tahun, dari era Soeharto sampai Habibie.

Setelah “pensiun” dari dunia kewartawanan, Linda tak berhenti menulis. Blog menjadi media tempat ia memublikasikan celotehan­celotehannya. Isi Celotehan Linda bisa dikategorikan ke dalam dua jenis tulisan, yakni cerita dan opini. Dalam tulisan yang berjenis cerita, Linda banyak berkisah soal tokoh­tokoh yang dikenalnya, dari Presiden Soeharto, Habibie, Moerdiono, Titiek Puspa, Bob Hasan, Dewi Motik, dan sebagainya.

Pada lain kesempatan, dia juga bercerita soal kenangan masa kecil, nostalgia atas kondisi Jakarta masa lampau, atau kejadian­kejadian unik di Istana Negara. Untuk tulisan opini, Linda banyak mengomentari isu dan persoalan kontemporer, seperti mobil Alphard Anas Urbaningrum, sumpah pocong Angelina Sondakh, sampai pemberhentian Fadel Muhammad dari posisi menteri.

Dan, tentu saja, yang tak luput dari komentarnya adalah soal gaya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam tulisan “Air Mata SBY”, misalnya, Linda mengkritik Presiden SBY yang menangis saat menonton film Laskar Pelangi,tapi tak menitikkan air mata ketika korban lumpur Lapindo berdemonstrasi di depan Istana Negara.

Apakah Linda tak takut pihak yang dikritiknya tersinggung? “Menurut saya, saya sudah cukup sopan (menulis), kok,” katanya kepada wartawan. Ya, tulisan Linda memang jauh dari kesan kasar atau vulgar. Kebanyakan artikelnya bersifat ringan dan penuh humor. Karena itulah, kata “celotehan” sangat tepat merepresentasikan tulisan­tulisan tersebut.

Haris Firdaus