Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etika Politik Qur'ani: Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan

Etika Politik Qur'ani: Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan
Penulis: Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag
Penerbit: IAIN Press, Medan, Desember 2010, 167 + xv halaman

M. Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir Al-Quran yang dimiliki Indonesia kontemporer. Dibandingkan dengan pendahulunya, seperti T.M. Hasbi ashi-Shiddieqy, Mahmud Yunus, dan Buya Hamka, Quraish Shihab lebih konsisten dalam hal menafsirkan Al-Quran dengan pendekatan kebahasaan.

Dalam pandangan Quraish, pendekatan kebahasaan akan dapat mengurangi subjektivitas seseorang dalam menafsirkan Al-Quran. Hal ini penting, mengingat Al-Quran turun dalam bahasa Arab, sedangkan kosakata bahasa Arab memiliki keistimewaan tersendiri. Dengan pendekatan ini, Quraish menelusuri pengertian etimologis dan terminologis, sehingga diperoleh gambaran maksud Al-Quran tentang tema-tema yang dibicarakannya.

Hal itu bisa dilihat ketika Quraish membahas makna musyawarah dalam Islam, misalnya. Quraish mengelaborasi kata "syura", yang secara etimologis punya pengertian "mengambil madu dari sarang lebah". Adapun orang yang mengambil madu tidak boleh merusak sarangnya, yang menyebabkan kemarahan si empunya.

Berangkat dari pendekatan etimologis itulah makna kontekstual tentang musyawarah diurai. Bagi Quraish, musyawarah tidak boleh merusak hubungan antar-individu pesertanya. Musyawarah mesti dilakukan dalam rangka mencari pendapat terbaik di antara berbagai pendapat yang ada. Begitu kesepakatan diambil, maka semua peserta mesti menghormatinya.

Selain dari segi kebahasaan, Quraish juga mengkaji hubungan satu ayat dengan ayat lainnya, surat dengan ayat atau surat lainnya. Dengan cara ini, seseorang bisa memahami Al-Quran secara komprehensif. Upaya Muhammad Iqbal, dosen Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara, dalam mendedah ayat-ayat kekuasaan dalam tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab ini berhasil dengan cukup baik.

Herry Mohammad