Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MUSLIM BERTANYA KRISTEN MENJAWAB

Penulis: Christian W. Troll
Penerbit: Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, Jakarta 2011, xxxix + 226 halaman

Serangkaian pujian meluncur silih berganti dari para pembicara. Wajar kalau Aan Rukmana dari Universitas Paramadina usai memandu acara bedah buku ini menyimpulkan, "Ini buku bagus. Isinya bukan sekadar dialog semu antara agama Islam dan Kristen seperti yang ada selama ini. Melainkan dialog sebenarnya, yang dilakukan dengan ketenangan, kecintaan, bukan dilandasi kecurigaan, kebencian, atau rasa sentimen."

Perhelatan yang digelar lima hari menjelang Natal di kantor Centre for Dialogue and for Coorporation Civilization (CDCC), Jalan Kemiri, Menteng, Jakarta Pusat, itu menampilkan dua pembicara: Romo Benny Soesetyo dari Konferensi Waligereja Indonesia dan Saleh Daulay, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Keduanya pun berpendapat senada dengan Aan. "Troll dalam hal ini tidak berpura-pura. Ia betul-betul menginginkan agar agama dapat dijadikan sebagai tuntunan dan pedoman dalam menciptakan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia," ujar Saleh.

Demikian pula Romo Benny menilai, Troll tidak hanya memberikan semua cakrawala, melainkan juga saling memahami lewat dialog. Menurut dia, buku ini tidak bertujuan membuka peluang debat agama untuk mencari siapa yang salah dan benar. "Buku ini ingin menjelaskan, mencerahkan, dan menambah wawasan untuk membina dan meningkatkan rasa saling memahami serta saling menghormati," katanya.

Karya Troll ini sejatinya memang merupakan rangkuman dialog-dialog antaragama yang berlangsung di Tunisia dan beberapa negara lain. Pastor dari Serikat Jesuit itu menyajikan kumpulan tanya-jawab terstruktur dan objektif berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar agama Kristen yang umum dilontarkan masyarakat muslim.

Buku ini ditulis berdasarkan perkembangan di Jerman, yang sering menggelar pertemuan antara muslim dan penganut Kristen, antara jamaah masjid dan jemaat gereja. Pertemuan itu umumnya diadakan sebagai ajang tukar pendapat dan perbincangan antara kaum muslim dan umat Kristen untuk membangun saling pengertian. Ada juga ceramah, diskusi, dan rapat dengan tema tertentu di institusi-institusi akademik.

Semua ini merupakan kesempatan baik untuk mempertemukan umat Kristen dan Islam untuk saling bertanya tentang iman dan praktek agama masing-masing. Troll pun berniat menjadikan buku ini sebagai referensi berarti bagi kaum Kristiani yang menyadari pertanyaan yang dilontarkan umat Islam dan ingin memahami iman agamanya sendiri dengan lebih baik.

Di mata Troll, agama Islam dari hakikatnya merupakan agama yang senantiasa membangkitkan pertanyaan terhadap doktrin-doktrin sentral; iman agama Kristen dan keseluruhan eksistensinya. Karena itu, bertolak dari Al-Quran dan sunah, umat Islam akan selalu mengartikulasikan hakikat bertanya terhadap umat Kristen.

Dalam bahasannya, Troll boleh dibilang berhasil berdiri di garis tengah dan berusaha keras menampilkan informasi secara jujur dan terbuka. Sebagai penganut agama Kristen, tentu ia tergoda untuk lebih menampilkan keunggulan-keunggulan agamanya. Tetapi ia berhasil melampzui hal itu. Bahkan ia memaparkan persoalan-persoalan yang dihadapi umat Islam dalam memahami ajaran-ajaran agama Kristen.

Setelah dibaca, kelebihan buku ini patut diapresiasi. Troll ternyata tak hanya paham tentang ajaran agamanya sendiri, melainkan juga memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang ajaran Islam. Ia pun memiliki niat yang tulus untuk memperluas cakrawala pengetahuan bagi penganut kedua agama. Ia berani memperbincangkan topik-topik yang sangat sulit dan selama ini bisa dibilang tabu untuk didiskusikan.

Persoalan teologis dogmatis dikupas secara mendalam. Persoalan sabda Tuhan, kebangkitan atau ke-Allah-an Yesus dan inkarnasi, salib, serta pengampunan dosa, hingga soal trinitas dibeberkannya secara terbuka. Demikian pula tema Gereja, ekaristi kudus, doa, hal rohani dan jasmani, kaul kemurnian, pluralitas agama dan kebebasan beragama, serta titik sentral kekristenan didialogkan secara baik.

Padahal, semua itu merupakan inti sari ajaran Kristen. Atau dengan kata lain, seseorang tidak bisa dikatakan menjadi seorang penganut Kristen yang baik bila tidak meyakini salah satu dari persoalan-persoalan yang dibahas dalam buku ini. Sebaliknya, seseorang tidak akan menjadi muslim yang baik bila masih meyakini beberapa persoalan itu.

Pada sisi yang berbeda, Troll juga berhasil memahami dan menjelaskan keberatan-keberatan orang Islam terhadap persoalan-persoalan tersebut. Ia mengupas keberatan-keberatan itu dengan mengutip secara langsung referensi utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan hadis. Selanjutnya, tanpa bermaksud untuk berpihak, ia menjawab pertanyaan dan keberatan itu dengan sederet jawaban yang didukung pula dengan referensi utama yang terdapat di dalam Alkitab.

Pada titik itu, ia menjelaskan posisi keyakinan atau pandangan agama Kristen kepada pembaca muslim dengan tepat. Sebaliknya, ia juga menjelaskan posisi keyakinan atau pandangan agama Islam kepada pembaca non-muslim, khususnya yang beragama Kristen, dengan gamblang. Semua disajikan tanpa keberpihakan, bahkan tak terselip sedikit pun kata yang menjelekkan atau menghakimi ajaran dua agama itu.

Berbeda dari buku-buku lain yang ditulis Islamolog yang memang secara terbuka hendak memojokkan Islam. Sebut saja buku yang ditulis Robert Spencer, antara lain The Complete Infidel's Guide to the Koran, The Truth About Muhammad: Founder of the World's Most Intolerant Religion, atau Islam Unveiled: Disturbing Question About the World's Fastest Growing Faith.

Bandingkan pula dengan karya David Horowitz, Unholy Alliance: Radical Islam and The American Left, yang penuh dengan cacian dan permusuhan terhadap Islam. Begitu juga tulisan-tulisan yang cukup banyak di-posting di internet yang kini marak beredar, seperti yang mengatasnamakan dirinya sebagai Ali Sina. Tulisan-tulisan tidak benar ini tentu akan memicu perpecahan dan menjauhkan prinsip-prinsip dialog untuk merajut keharmonisan antar-umat beragama, khususnya umat Kristen dan Islam.

Walaupun memiliki sejumlah kelebihan, bukan berarti karya Troll ini telah sempurna. Sebagai karya ilmiah, buku ini masih perlu terus dikaji, ditelaah, dan disempurnakan. Apalagi, semakin banyak pembaca kritis di kalangan penganut Kristen dan Islam yang ingin mengetahui lebih dalam tentang dua agama ini.

Ketika sudah saling memahami, harapannya, umat dua agama ini bisa saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing. Tidak perlu lagi ada perdebatan panjang yang melelahkan. Sehingga tercipta kerukunan, keharmonisan, dan toleransi. Dengan demikian, seperti disinggung Romo Benny, pemahaman Islam dan Kristen bisa lebih cair dan bisa bertemu banyak hal dalam kegiatan kemanusiaan.

Ageng Wuri R.A.