Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku The Last Secret of The Temple: Jejak Perebutan Tanah Suci Tiga Agama

Judul: The Last Secret of The Temple: Jejak Perebutan Tanah Suci Tiga Agama
Penulis: Paul Sussman
Penerbit: Pustaka Alfabet, 2008
Tebal: 606 halaman
Kondisi: Bagus (baru)
Harga: Rp. 150.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312
 

Di tengah hingar bingar novel-novel yang mengusung tema parahistory, novel ini tampil agak berbeda, seperti sebuah mata air segar di tengah gurun. Tidak ada Templar, Holy Grail, Vatikan atau pasukan berjubah namun bersenjata yang mengawang-awang.

Selama ini kita disuguhi tema-tema yang tidak membumi, sesuatu yang tidak menyentuh sama-sekali dalam realitas kekinian. Namun, Sussman dengan kepiawaian pena dan kejernihan pikirannya telah mengangkat persoalan yang lain, persoalan yang begitu dekat dengan realitas yang terjadi di masa kini.

Diawali dengan saat kejatuhan Kuil Yerusalem ke tangan Romawi penyembah berhala pada 70 M, para pendeta Yahudi mempersiapkan suatu misi penyelamatan. Ada sesuatu yang harus dilindungi. Sesuatu yang menjadi symbol kekuatan bangsa Yahudi, symbol yang suci seperti sucinya Hajar Aswad bagi umat muslim.

Cerita kemudian berlanjut ke setting PD II, saat Jerman menjadikan bangsa Yahudi sebagai budak dan mereka menyembunyikan sesuatu di akhir perang, sesuatu yang mampu menghancurkan kedigdayaan Yahudi di saat sekarang.

Novel fiksi ini tetap merupakan suatu fiksi thriller yang bernuansa parahistory dimana pembaca harus benar-benar mempunyai latar belakang yang cukup untuk memahami jalan ceritanya yang banyak mengusung fakta-fakta sejarah, menghubungkan data demi data, membuka tirai misteri dan teka-teki di masa kini yang menunggu untuk diungkap ke khayalak. Sussman meramu konflik di Palestina antara Yahudi, Kristen dan Islam dengan akar sejarahnya masing-masing.

Tokoh utama cerita ini, Yusuf Khalifa, seorang inspektur polisi Mesir yang merupakan ikon kesayangan Sussman, kini harus berjuang mengikuti nurani dan makna sesungguhnya ajaran agamanya (baca Islam) yang begitu menguasai jiwanya dalam menegakkan keadilan dan kebenaran terhadap siapapun, meskipun terhadap seorang Yahudi. Khalifa yang mencoba mengungkap kematian seorang kolektor barang antik di lokasi penggalian dekat Pyramid harus berhadapan dengan tantangan dalam dirinya karena kematian kolektor tersebut berhubungan dengan kematian seorang Yahudi di Mesir bertahun-tahun yang lalu.

Penyelidikan mengharuskan Khalifa bergandeng tangan dan bahu-membahu dengan seorang polisi rahasia Yahudi, Ben Roi, yang mempunyai dendam kesumat terhadap bangsa Palestina. Di antara mereka berdua ternyata ada jurang yang mau tidak mau harus dilalui dan secara kebetulan jembatan untuk itu adalah seorang wartawan cantik Kristen Palestina, gadis misterius dan penuh teka-teki. Adegan dibumbui dengan seorang maniak perang Yahudi yang hadir untuk menjawab serangan mobil yang diatur oleh tokoh misterius pro Palestina bernama Al-Mullatam.

Sussman, dengan bekal pengalamannya di Mesir selama beberapa tahun, nampaknya sangat memahami jiwa masyarakat Mesir, Palestina dan Yahudi, berikut semangat ketimuran masing-masing bangsa yang begitu kental terasa di dalam buku ini. Dengan berani Sussman membuat premis dan mengajukan alternatif penyelesaian konflik dengan penyatuan (unity) Israel dan Palestina.

Untuk menyatukan dua musuh abadi tersebut, tentunya perlu diiciptakan sebuah musuh baru yang amat hebat dan kuat, NAZI. Walaupun musuh itu sudah mati, tetapi faham dan pengikutnya masih ada. Dalam hal ini riset Sussman patut dipuji. Dengan mengusung tema NAZI, ia telah membenarkan teori bahwa lawanpun bisa menjadi kawan, jika menghadapi lawan yang lebih kuat.

Penokohan Layla, wartawan yang mengendus berita rahasia dalam sejarah masa lalu Yahudi di Palestina, dipadukan dengan ketulusan dan kehormatan seorang Khalifa dalam mengusut kebenaran, menghasilkan cerita yang membius. Satu demi satu perjalanan sejarah ‘Menorah Yahudi’ dikupas, aktivitas arkeologis masa lalu di kawasan penuh konflik –Palestina– dibeberkan dengan manis. Perang batin dalam diri Ben Roi yang kekasihnya tewas dalam aksi bom bunuh diri, menjadi tanda adanya pergulatan panjang para pengamat sejarah meratapi nasib tanah Perjanjian.

Dalam novel ini kita akan menemukan dialog cerdas ala Timur Tengah, pola pikir lawan yang naif dan nyinyir, semangat jihad yang salah arah dan ambisi yang kebablasan. Semua disebabkan oleh sebuah peninggalan Yahudi di masa lalu yang disebut Menorah.

Liku-liku tanah Palestina, polisi rahasia Israel, pemandangan di pelosok Jerman yang sepi, penyatuan dua dunia, dipadukan dengan sikap permisif dan ambigu gadis Palestina yang sakit hati terhadap masa lalunya, dibumbui adegan menegangkan dalam membaca rincian teka-teki NAZI, semua akan membuat pembaca novel ini terpaku. Cerita yang hidup dan menginspirasi.