Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Rakyat Sejahtera, Negara Kuat: Mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945

Judul: Rakyat Sejahtera, Negara Kuat: Mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945
Penulis: Sayidiman Suryohadiprojo
Penerbit: Pustaka Intermasa, 2007
Tebal: 424 halaman
Kondisi: Bagus (stok lama)
Harga: Rp. 55.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Dalam buku setebal 415 halaman, Sayidiman mengupas sejumlah persoalan, mulai dari sejarah lahirnya bangsa ini, masalah pembangunan sumber daya manusia (SDM), sistem pendidikan yang masih amburadul, pengamanan energi dan kelestarian lingkungan, tentang pengembangan kebudayaan, pembangunan TNI, etika politik di kalangan elite, ekonomi yang belum mensejahterakan rakyat, dan posisi Indonesia dalam kancah global.

Dari sekian problem bangsa yang menggunung, kata Sayidiman, sebenarnya bisa diatasi kalau saja para pemimpin mau dan sungguh-sungguh membuat rakyatnya sejahtera. Jalan menuju kesejahteraan rakyat itu memang panjang dan sektor-sektor yang mengarah ke sana harus diatasi. Caranya, ya dengan langsung berbuat dan bukan cuma berucap.

Sebenarnya para pemimpin kita mulai dari Presiden Soekarno hingga Yudhoyono semua pandai dan mampu merumuskan konsep-konsep pembangunan bangsa. Sayangnya, konsep itu lebih banyak diwacanakan dan kurang dibumikan sebagai sebuah kebijakan terarah dan terukur. Mungkin Presiden Soeharto yang agak lumayan, meski pendidikannya terbatas, tapi kemampuan implementasinya cukup bagus dibanding presiden lain.

Dia menyebutkan Soekarno yang secara original melahirkan konsep Pancasila, ternyata juga tidak mampu mempraktikkan falsafah Pancasila dalam kehidupan politik dan kenegaraan. Begitu juga Presiden saat ini, Yudhoyono, yang menguasai berbagai ilmu dan bahasa, masih asyik dengan wacana konsep perubahan. Yang kita butuhkan, praktik atau implementasi gagasan perubahan, misalnya bagaimana secepatnya mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan agar negara kita makin kuat.
Bagaimana peluang Yudhoyono mendatang?

Kegelisahan Sayidiman juga menyangkut soal kebudayaan. Padahal dari sini kita bisa membangun manusia Indonesia yang kuat, cerdas, dan tidak mementingkan diri sendiri atau kelompok. Sayangnya, saat ini budaya harmoni atau gotong royong sudah mulai ditinggalkan, bukan saja oleh masyarakat perkotaan yang makin individualis–bahkan lebih individualis dari bangsa lain–juga di kalangan masyarakat pedesaan. Salah satu sebabnya adalah kemiskinan.

Kita harus membudayakan kembali sikap gotong royong dan membantu sesama. Pemerintah juga harus menerapkan politik kebudayaan yang jelas. Mau dibawa ke mana budaya Indonesia ini?

Sikap budaya tersebut menurut Sayidiman juga menjalar ke kalangan politisi. Era persaingan multipartai tidak diimbangi dengan sikap dan etika politik yang santun. Sebaliknya para politisi asyik saling serang dan menyalahkan. Mengapa mereka tidak bekerja sama untuk membangun sistem politik yang baik dan untuk kemajuan bangsa ini?