Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Lupa Endonesa (Sujiwo Tejo)

Judul: Lupa Endonesa
Penulis: Sujiwo Tejo
Penerbit: Bentang Pustaka , 2012
Tebal: 232 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 40.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Persoalan bangsa kian hari kian ruwet, seruwet susurnya Mbok Nah penjual soto di desa saya. Anda ingat, kasus Century belum kelar, berganti kasus Hambalang yang terbagi menjadi beberapa episode: setelah episodenya Bendahara partai Demokrat, Anjelina Sondak, kemudian Cak Anas yang pernah menyatakan siap digantung di Monas jika korupsi se-rupiahpun. Llloo… sekarang kok nggak digantung? Cak Anas kan bilang serupiah, bukan ratusan juta rupiah.

Muncul lakon baru Mas Aceng sang Bupati Garut, yang dikatakan melanggar kode etik pejabat. Bahwa pejabat kawin resmi hanya boleh satu. Jika kawin siri, haram hukumnya diberitahukan kepada orang banyak apalagi kepada wartawan.

Menurut Kang Jiwo, semua masalah bersumber dari hal yang sepele, namun akibatnya sepolo. Masalah lupa menjadikan rusaknya semua dandanan dan tatanan. Terutama lupa bahwa mereka bangsa Indonesia. Mereka diamanati Indonesia untuk mensejahterakan semua rakyatnya bukan sekelompok kecil rakyat Indonesia. Lupa endonesa merupakan ungkapan yang paling akurat untuk menyebut penyebab segala persoalan bangsa ini.

Uniknya, Kang Jiwo, sapaan Sujiwo Sutejo, mengajak kita untuk menjadikan kenyataan seperti Presiden, DPR, MPR, Pengadilan seakan-akan hanya sebuah hayalan. Sementara dunia pewayangan seperti Pendowo, Kurowo, Ramayana sampai pada cerita Sunan Kalijogo dan Hanuman merupakan kenyataan yang betul-betul nyata dan mereka hidup pada zaman yang serba teknologi dan korupsi ini.

Sebutlah, Wayang DURANGPO alias NgelinDUR bAreNG PunOkawan oleh kang Jiwo yang secara rutin diterbitkan oleh salah satu media yang sangat populer di Indonesia. Dalam rubrik tersebut, Kang Jiwo menyampaikan kritik, ide dan gagasannya secara kocak namun mengena untuk disampaikan kepada siapa saja yang merasa terkritik agar mereka ingat Indonesia.

Buku ini kalau kita baca ibarat kita sedang nonton pementasan wayang kulit yang sedang dimainkan seorang dalang selevel Ki Anom Suroto. Dijamin, penonton pasti tidak rela untuk meninggalkan tempat duduknya kecuali mau ke kamar mandi.

Para pemain pementasan wayang kulit tersebut banyak didominasi oleh punokawan yang memiliki keunikan dan selera humor yang cukup menggelitik, seperti Gareng, Petruk, Semar, dan Bagong. Namun tidak jarang dalam cerita pewayangan tersebut ada beberapa pemain yang wajah atau perilakunya mirip dengan para pejabat, istri pejabat, bahkan para artis seperti Anang, Krisdayanti, Manohara, dan lain-lain. Tapi mungkin bukan. Itu bukan mereka. Karena cerita wayang itu kenyataan sedangkan mereka ada di alam khayalan.

Judul ‘Lupa Endonesa’ diambil dari salah satu tema dalam buku tersebut. Dikisahkan, Istri Gareng bernama Dewi Sariwati mendapat panggilan syuting film Lupa Endonesa, bersama kelompok band Kuburan yang akan membawakan hit “Lupa-Lupa Ingat”. Namun syutingnya dilakukan pada jam 02.00 dini hari. Ini yang menjadikan Gareng jengkel. “Ini syuting apa mau sholat tahajjud,” tanya Gareng. Perdebatan panjang antara suami istri itu akhirnya mengarah pada pertanyaan: apakah Mbah Surip masih hidup atau sudah meninggal? Kata Gareng, Mbah Surip jelas masih hidup. Buktinya, orang-orang yang kerjanya mengendong-gendong orang lain sekarang masih hidup dan makin banyak. “Golkar dan PDI-P saja sekarang sudah menunjukkan gejala merapat dan menggendong Pak SBY,” jelas Gareng.

Debat terhenti ketika mendadak Bagong muncul dan mengatakan mau mengantar Sariwati ke tempat syuting. Tapi, Sariwati ternyata membatalkan niatnya mengikuti syuting, “Nggak jadi saja. Percuma, filmnya nanti juga nggak bakal ada yang nonton. Karena, sebagai pemain, saya tidak pernah disilet-silet di Malaysia,” kata Sariwati. Gareng plus Bagong langsung bengong.

Tentu buku ini sangat baik untuk dibaca. Pengetahuan kita tentang dunia nyata yang ada di pewayangan saat ini dijamin akan bertambah. Serta, akan bertambah pula pengetahuan kita tentang perkembangan dunia khayal, yaitu dunia kita, saat ini. Asli, pembaca dijamin akan tertawa geli saat membaca episode demi episode buku ini.