Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Menuju Jurnalisme Berkualitas

Judul: Menuju Jurnalisme Berkualitas: Kumpulan Karya Finalis & Pemenang Mochtar Lubis Award 2008
Editor: Ignatius Haryanto
Penerbit: KPG, 2009
Tebal: 440 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 65.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Kumpulan 25 karya finalis dan pemenang Mochtar Lubis Award 2008, jurnalistik media cetak, tulisan dan foto, maupun televisi. Ada 4 kategori yang didokumentasikan dalam buku ini: pelayanan publik, feature, pelaporan investigasi, foto jurnalistik, serta liputan mendalam jurnalisme televisi. Ke-25 karya tersebut dinilai mampu menyuguhkan berita dengan pencapaian yang mengarah pada excellent journalism. Buku ini layak menjadi pegangan para jurnalis dan siapa pun yang ingin mendokumentasikan peristiwa bersejarah selama masa reformasi dan orde baru.

Sejak reformasi, Indonesia telah hidup dalam iklim demokrasi yang sangat memungkinkan tercapainya karya-karya jurnalistik yang berkualitas. Kita telah melewati masa-masa pembredelan sebagai usaha pembungkaman pers. Walaupun memang masih ada orang-orang yang belum atau tidak mau tahu dengan hukum di bidang media, yang kemudian masih mengakibatkan benturan di sana-sini.

Namun, hal yang mengembirakan adalah munculnya banyak wartawan idealis, bersemangat dan ingin membuktikan diri bahwa mereka mampu dan berkualitas. Kegairahan dan semangat itu, mestinya perlu diapresiasi secara layak. Entah dalam bentuk pemberian kesempatan yang lebih luas dengan menyediakan lebih banyak ruang untuk mereka, mungkin dalam bentuk pelatihan atau juga dalam bentuk penghargaan karya.

Salah satunya yang sudah ada adalah penghargaan jurnalistik Mochtar Lubis yang diumumkan pertama kali pada Juli 2008, dan kini memasuki tahun kedua. Program penghargaan jurnalistik ini bertujuan memberikan apresiasi dan menumbuhkan semangat kompetisi di kalangan wartawan Indonesia untuk menghasilkan karya jurnalistik terbaik. Pada buku ”Menuju Jurnalisme Berkualitas” inilah kumpulan karya finalis dan pemenang Mochtar LubisAward pada 2008 didokumentasikan.

Karya yang baik memang menyenangkan dibaca berkali-kali. Seperti lukisan yang indah, tak bosan-bosannya dipandangi. Adanya buku yang mendokumentasikan karya jurnalistik terbaik ini agaknya akan memuaskan keinginan itu. Buku ini tentunya akan memberikan banyak manfaat untuk banyak pihak. Misalnya saja untuk mahasiswa jurnalistik atau mahasiswa jurusan komunikasi yang sedang belajar atau wartawan muda yang sedang meniti karir. Selain itu, juga untuk wartawan senior yang mungkin saja iri dengan karya yang menang dan kemudian bertekad ikut menyumbang karya untuk dilombakan pada berikutnya, buku ini wajib untuk dibaca. Begitu pula untuk pembaca umum yang penasaran ingin mengetahui seperti apakah karya jurnalistik yang seharusnya disajikan jurnalis dengan mempelajari karya jurnalistik terbaik ini.

Buku ini berisikan karya finalis dan pemenang Mochtar Lubis 2008, masing-masing lima karya untuk lima kategori. Kategori tersebut diantaranya, kategori pelayanan publik, tulisan feature, pelaporan investigasi, foto jurnalistik dan liputan mendalam jurnalisme televisi. Untuk masing-masing kategori juga dilengkapi dengan catatan juri mengenai karya-karya yang menjadi pemenang, mengapa karya itu menjadi pemenang dan berbagai pertimbangan juri lainnya.

Catatan juri untuk pemenang kategori tulisan feature, misalnya. Karya pemenang kategori tulisan feature berjudul ”Meno Kaya Tidur di Selokan” karya Ahmad Arif, Luki Aulia dan Aryo Wisanggeni Genthong dari Harian Kompas. Karya ini dimuat di harian Kompas 13 September 2007. Juri memberikan catatan sebanyak 59 karya yang masuk untuk kategori feature. Banyak tulisan memiliki gagasan bagusdan berhasil menampilkan berbagai aspek kehidupan yang memperkaya wawasan serta bersifat menggugah. Namun, sayangnya kebanyakan dari karya-karya tersebut, banyak gagasan bagus yang kurang tergarap dengan baik. Deskripsi yang dipakai sering klise, metafora kurang menggigit dan penyuntingan kurang rapi.

”Meno Kaya Tidur di Selokan”, tulis juri, dipilih sebagai pemenang karena karya tersebut menampilkan sudut pandang yang unik untuk sebuah perseoalan sosial-ekonomi yang kompleks. Kiritik sosial yang disajikan sangat tajam dengan menggunakan paradoks yang dan ironsi yang tidak klise. Karya ini membuat pembaca tergugah akan betapa berlapis-lapisnya persoalan di daerah pertambangan.

Tak sampai di situ saja, buku ini juga semakin terasa lengkap dengan catatan dari pemenang tentang bagaimana awal mula mereka berpikir untuk membuat karya tersebut hingga perjuangan mereka menyelesaikannya. Untuk pemenang kategori foto jurnalistik karya Arie Basuki dari Koran Tempo Berjudul ”Dag Dig Dug di Bukit Segambut (Operasi TKI), misalnya. Arie menceritakan bagaimana besar keinginannya memotret nasib TKI di negeri Jiran, setelah sekian lama ia hanya bisa memotret TKI di badara dengan keadaan luka-luka atau malah tak bernyawa karena penganiyaan. Ia menceritakan bagaimana perjuangan hingga bisa ikut dalam razia Pasukan Ikatan Relawan Rakyat Malaysia (RELA). Bagaimana ia harus berpandai-pandai memotret gambar yang bagus dengan cahaya yang kurang karena operasi malam hari di tempat yang tak memiliki pencahayaan bagus. Bagaimana lelahnya berlari-lari semalam mengikuti pasukan RELA mengejar TKI yang berupayakan melarikan diri mendaki bukit dan melewati tanah liat, setelah sehari semalam sebelumnya menghabiskan tenaga untuk memotret agenda lain. Hingga pergolakan batin melihat nasib TKI di negeri Jiran. ” Saat saya masih menekan rana kamera mengabadikan salam perpisahan antara seorang pemuda dengan wanita setengah baya yang memiliki visa kerja, saya tersadar. Inilah bagian dari bangsa saya sendiri.” Buku ini ternyata bukan hanya menjadi dokumentasi karya jurnalistik tapi juga bercerita tentang jurnalis dan jurnalisme itu sendiri.