Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Manusia Perahu: Tragedi Kemanusiaan di Pulau Galang

Judul: Manusia Perahu: Tragedi Kemanusiaan di Pulau Galang
Penulis: Isya Ismayawati
Penerbit: Kompas, 2013
Tebal: 240 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 40.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312


Kisah manusia perahu Vietnam adalah ba­gian dari sejarah kemanusiaan yang kelam. Penindasan akibat pergolakan politik berke­pan­jangan Indochina memaksa  ribuan rak­yat Vietnam meninggalkan tanah air mereka. Untuk mencapai tanah pengungsian mereka harus menyabung nyawa. Berlayar berdesakan di atas kapal-kapal kayu sederhana, terombang-ambing di Laut China Selatan.  Tak sedikit yang  akhirnya mati sia-sia terbenam di laut atau tewas di tangan bajak laut.

Bersama UNHCR, Pemerintah Indonesia berinisiatif memberi bantuan kemanusiaan saat mereka terdampar di Kepulauan Riau. Mereka ditempatkan di Pulau Galang, di mana kemudian dibangun fasilitas permukiman khusus bagi kaum pengungsi Vietnam. Mereka hidup di sana hampir selama 17 tahun, antara tahun 1979-1996, sampai seluruhnya berhasil disalurkan ke berbagai negara ketiga.

Sebagai dokter yang turut merawat para pengungsi, masih terkenang dalam ingatan saya ketekunan bidan Suprapti merawat bayi prematur seberat 800 gram agar tetap hidup. Sepuluh bulan kemudian bayi itu meninggalkan Galang bersama orangtuanya menuju negara ketiga. Generasi muda perlu membaca untuk mengetahui kisah masa lalu sebagai perjalanan sejarah kehidupan.
Laksma (Purn.) dr. Jeanne PMR Winaktu, Sp. BS

Kesuksesan negara kita menangani  pengungsi Vietnam selama dua dekade jarang diketahui masyarakat. Buku ini memperlihatkan sisi humanisme bangsa Indonesia sekaligus menunjukkan keberhasilan politik luar negeri kita pada lingkup regional Asia Tenggara.
Dr. Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI

Konflik bersenjata di kawasan Indochina memaksa rakyat  Vietnam meninggalkan negaranya, mengarungi lautan tanpa tahu ke mana angin melabuhkan mereka. Upaya penulis menghadirkan kisah “manusia perahu” hingga ke tujuan akhir Pulau Galang, patut disambut gembira.
M. Fauzi, sejarawan, Institut Sejarah Sosial Indonesia