Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat

Judul: Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat
Penulis: Abdurrahman Wahid
Penerbit: Kompas, 2007
Tebal: 175 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 35.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312


Buku ini merupakan asli tulisan Gus Dur sendiri dimana beliau menjawab berbagai pertanyaan seputar kegelisahan Rakyat terhadap Negara Indonesia, di mana Sosok beliau yang sangat terbuka terhadap siapa saja yang membutuhkan beliau dan tidak memandang drajad dari kalangan bawah atau dari kalangan atas. Begitulah sosok beliau yang sangat terbuka dengan siapa saja dan buku ini merupakan salah satu jawaban dari Gus Dur untuk rakyat.

Di dalam Buku ini Gus Dur menjawab kegelisahan rakyat dengan adanya tantangan Zaman serta ketidak puasan rakyat terhadap pemerintahan pada saat ini. Sosok Gus Dur menjawab dengan kritis dan rasional membuat sosok Beliau itu menjadi identitas bahwa Gus Dur adalah sosok figur yang sangat kharisma dan sangat mengayomi terhadap masyarakat.

Sosok Gus Dur sendiri mempunyai kelebihan dalam bertutur kata. Beliau sangat cerdas, cerdik dan kocak beliau juga hobi menulis. Dalam hasil tulisanya diantaranya buku ini, beliau mengangkat sebuah judul Menjawab Kegelisahan Rakyat dimana beliau mengangkat persoalan-persoalan yang menggerakan perhatian banyak orang karena memang aktual dipermasalahkan dan dirasakan. Dalam tutur katanya beliau mencerminkan sikap dasarnya, seperti Indonesia yang beragama, Indonesia yang kemanusiaan, yang Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia yang Pancasila, Indonesia yang beragama, Indonesia yang berkemanusiaan, yang berkeadilan sosial serta yang demokratis, begitulan sikap beliau terhadap Negara ini.

Beliau merasakan kegelisahan terhadap masyarakat. Pada bagian pertama dalam buku ini membahas tentang Negara Islam Adakah konsepnya? Dari Gus Dur memandang negara ini dengan Agama dan Kekuasaan maka beliau sangat merasa tertarik untuk memberikan komentar tentang hal itu. Dalam bagian ini beliau menjawab tentang konsep Negara islam Pertanyaan pertama sangat menarik untuk diketahui jawabanya, yaitu apakah sebenarnya ada konsep tentang negara Islam ? begitulah sekiranya pertanyaan yang ada dikalangan rakyat kita saat ini. Rakyat tentu bertanya tentang konsep negara islam, karena beberapa tahun terakhir ini banyak diajukan pemikiran tentang negara Islam, yang berimplikasi pada orang yang tidak menggunakan pemikiran itu, telah meninggalkan Islam. Gus Dur menjawab pertanyaan itu Tidak Ada. Beliau beranggapan bahwa Islam sebagai jalan hidup (syariah) tidak memiliki konsep yang jelas tentang negara. Jawaban dari Gus Dur mengenai tidak adanya konsep Negara Islam karena selama ini beliau mencari tentang konsep itu tidak diketemukanya beliau juga mencari di Negara Islam sendiri tetapi tidak ditemukan mengenai konsep sebuah negara Islam tersebut.

Pada tema yang kedua membahas Islam dalam bentuk perlawanan Disini Gus Dur menilai K.H.A Mutamakin untuk menjadikan sebagai bahan rujukan dan respon terhadap perlawanan islam dan terhadap negara. Dalam agama Islam diperkenalkan pendekatan yang sama sekali lain. Beliau memunculkan paham alternatif atas kelaliman penguasa, namun tidak memberi perlawanan secara terbuka. Pada jawaban ini dirujukan pada masa pemerintahan orde Baru yang kita tahu bahwa pada pemerintahan tersebut di kuasai oleh seorang yng begitu memimpin dengan tangan keras.

Selanjutnya membahas tentang Islam Agama Populer atau Elitis karena di negeri kita juga berkembang kemunculan kelompok nasionalis, namun tidak dengan sikap memandang rendah tradisionalisme, yang dibawakan agama. Namun ada persamaan antara pandangan elitis anti tradisionalisme. Dengan revitalisai tradisionalisme agama amat diperlukan, dalam bentuk memasukan unsur-unsur rasional dapat dirasakan sebagai kebutuhan baik di kalangan elitis yang diwakili para cendekiawan, maupun rakyat jelata yang mengembangkan tradisionalisme agama populis. Disinilah terletak tantangan yang dihadapi Islam di negeri kita, dengan penduduk muslimnya yang berjumlah lebih ari 170 juta jiwa.

Pada bagian kedua menjawab tentang Kepemimpinan, dalam bagian ini ada beberapa jawaban tentang bagaimana TNI dan Demokratisasi berbicara mengenai TNI dan Demokratisasi, kita tahu selama lebih dari 30 tahun, TNI pernah berkuasa dinegeri ini. Memandang peran TNI dalam politik amat diperlukanguna kelangsungan hidup bangsa ini. Namun, kenyataanya peran seperti itu tidak akan pernah bisa. Karena struktur serta hierarki TNI sendiri, yang bertopang atas ketundukan mutlak kepada kepada atasan, tidak kemungkinan TNI berperan demokratis tanpa kehadiran sipil dalam pengendalian keadaan. Karena itu, demokratisasi sendiri harus dilakukan bangsa ini bersama, termasuk ditopang kemauan TNI sebagai institusi.

Kemudian pada pembahasan selanjutnya mengenai PKB, TNI dan Pembelajaran dalam pembicaran ini banyak membahas mengenai Praktik demokratisasi dalam lingkungan PKB dapat ditransformasikan secara langsung kepada praktik demokrasi dalam lingkungan lebih luas, yaitu dilingkungan bangsa dan negara kita. Bila hal ini terus berlangsung, berarti demokrasi akan hidup dinegeri kita, selama para pemilik negeri ini memberi  suara mayoritas kepada partai politik yang melaksanankan demokratisasi itu.

Selanjutnya membicarakan mengenai Pemilu demokrasi dan kejujuran TNI Selama kebersihan dan kejujuran pelaksanaan pemilu dirasakan masyarakat, dan sengaja ditanyakan kepada rakyat yang menghadiri aneka pertemuan umum, jika mereka menjawab positif berarti kejujuran pemilu dapat dijamin. Persoalanya bagaimana menghindari kecurangan dan manipulasi penghitungan suara. Pencatatan hasil penghitungan suara amat menentukan. Disinilah peran warga TNI, memimpin dan melaksanakan perhitungan suara dengan tepat dan melaporkannya kepada badan yang adil dan dipercaya oleh dunia internasional.

Pada bagian terakhir dimana beliau membahas Moral Dan Spiritual disini beliau menjawab sejumlah pertanyaan tentang Nasionalisme Tasawuf dan Demokrasi didalam negara Indonesia banyak sekali gerakan islam yang berkembang, kemudian Gerakan islam itu pada mulanya tampak telah mencapai kebuntuan. Ini terlihat antara lain, dalam kenyataan bahwa gerakan Islam telah sampai kepada keberhentian tuntutan negara islam, atau tuntutan pelaksanaan ajaran Islam secara formal dalam ideologi negara. Perjuangan ini dinegara kita telah berakhir pada kebuntuan yang ditimbulkan oleh berhentinya piagam jakarta pada tanggal 18 Agustus 1945.

 Keadilan dan Rekonsiliasi pada tema ini membahas mengenai Keadilan dan Rekonsiliasi begitu banyak rahasia yang menyelimuti masa lampau kita sehingga tidak layak jika kita bersikap congkak dengan tetap menganggap diri kita benar dan orang lain salah. Maka dari sini diperlukanlah kerendahan hati untuk melihat semua yang terjadi itu dalam persepektif prikemanusiaan, bukannya secara idologis saja, maka sudah tentu akan sangat mudah bagi kita untuk menggangap diri sendiri benar dan orang lain bersalah. Ini bertentangan dengan hakikat kehidupan bangsa kita yang demikian yang beragam. Kebhenikaan atau keragaman justru menunjukan kekayaan kita yang sangat besar. Karena itu, kita tidak boleh menyalahkan siapa-siapa atas kemelut yang masih menghinggapi kehidupan bangsa kita saat ini.

Kemudian membahas Identitas Diri di Masa Transisi dalam pembahasan ini Gus Dur memberikan cerita tentang gairah pemilu pada tahun itu sangat rendah sekali, hanya sekitar 10 pesen dari jumlah pemilih yang ada. Hal itu karean para calon pemilih dibuat merasa tidak ada artinya berpemilu kali ini. Tentu saja hal ini berbahaya, tetapi akan lebih berbahaya membiarkan proses demokrasi yang digagalkan oleh KPU, yang melanggar UU No 23/1992 dan UU 4/ 1997.