Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Perlawanan Penguasa Madura atas Hegemoni Jawa

Judul: Perlawanan Penguasa Madura atas Hegemoni Jawa: Relasi Pusat-Daerah pada Periode Akhir Mataram (1726-1745)
Penulis: Aminuddin Kasdi
Penerbit: Jendela, 2003
Tebal: 615 halaman
Kondisi: Bagus (stok lama)
Stok kosong


Permasalahan yang sering terjadi di berbagai kerajan yang ada di Nusantara hampir sama, salah satunya adalah permasalahan mengenai negara vasal/jajahan. Begitu juga dengan apa yang dialami oleh Mataram atas Madura. Madura secara jelas menginginkan keluar dari kekuasaan Mataram, Cakraningrat IV melakukan kerjasma dengan VOC supaya Madura bisa menjadi negara Vasal bagi VOC di Batavia. Ketika terjadi huru-hara oleh orang Cina, maka Mataram dapat diambil alih dan Pakubuwono melarikan diri.

Situasi Mataram Pada Akhir Kartasura.
Pada masa kekuasaan Pakubuwono IV, keadaan Mataram sedang mengalami feodalisme yang sangat kuat hingga akhir abad ke-17.  Hal ini disebabkan karena hancurnya perdagangan di laut Jawa yang mengubah struktur perekonomian di Jawa menjadi Negara agraris atau kerajaan agraris. Sejak saat itu masyarakat jawa harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri serta kebutuhan raja dan para bangsawan. Pada pertengahan abad ke 18, Mataram mengalami kemunduran. Faktor penyebab kemunduran itu karena pertama kelompok bangsawan yang mengancam kedudukan Raja, kedua kelompok pejabat, kelompok penguasa lokal serta kelompok desa.

Hubungan antara Pusat dan Daerah di Mataram pada Periode Akhir Kartasura (1726-1745).
Pembagian wilayah suatu kerajaan tergantung penguasa yang memerintahnya. Pembagian itu pun dari masa kerajaan yang satu ke kerajaan yang lainnya berbeda. Seperti halnya kerajaan Majapahit ke kerajaan Demak, kerajaan Demak ke kerajaan Pajang jelas berbeda. Wilayah kekuasaan Pajang meliputi: (1) daerah Pajang sebagai eilayah inti kerajaan dengan keratin sebagai pusatnya; (2) pesisir utara Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur; (3) pesisir barat yang meliputi Banten, Jayakarta dan Cirebon; (4) macanagara dan bang wetan. Sumber lain mengatakan bahwa Jawa pada periode peralihan dari Demak ke Pajang terbagi menjadi delapan wilayah pemerintahan yang merdeka dan terpisah yaitu: Banten, Jakarta, Cirebon, Pratawa atau sekitar Grobogan, Kalinyamat atau Japara, Pajang, Kedu dan Madura.

Sedangkan untuk kerajaan Mataram sendiri wilayah kekuasaannya dibagi menjadi 5 wilayah  meliputi: Wilayah nagaragung: Kartasura dan Mataram, wilayah pesisir barat: Tegal, Wiradesa, Kaliwung, Lembah Rawa, Batang, Kendal, Pakalongan, Demak, Pematang dan Brebes. wilayah pesisir timur: Japara, Kudus, Pati, Juwana, Lasem, Tuban, Sedayu. Gresik, Lamongan, Surabaya, Cengkalsewu dan Madura, Mancanagara barat: Banyumas, Kedu-Wates dan Begelen, dan Mancanagara timur: dibagi menjadi dua wilayah kawedanan bupati atau provinsi yaitu yang berada dibawah kekuasaan Tumenggung Surawijaya di Jipang (Jipang, Madiun, Rawa-Kalangbret, Jagaraga, Pacitan-Kadawung, Japan, Selakaras dan Warung-Kuwu), dan yang ada di bawah kekuasaan Adipati Ketawengan (Kediri-Balitar, Srengat, Kertasana, Pace, Japan, Wirasaba, Panaraga dan Blora.
Untuk struktur birokrasi yang berkembang saat itu,  adanya pejabat pusat kerajaan, putra mahkota, patih, wedana lebet/jero serta pejabat di wilayah tertentu. Pembagian tugas ini bertujuan agar memudahkan dalam koordinasi.

Munculnya Cakraningrat IV dalam Konteks Hubungan Mataram, VOC, dan Cina
Cakraningrat merupakan sebuah gelar bagi seorang raja di Mataram. Cakraningrat IV sendiri merupakan anak dari Cakraningrat III yang bernama Suryadiningrat junior yang menggantikan ayahnya sebagai raja. Hubungan antara Mataram dengan VOC pada awalnya pure sebagai hubungan perdagangan. Namun seiring dengan perkembangan waktu menjadikan keduanya memiliki kepentingan politik. Dari sanalah munculnya perjanjian-perjanjian yang nantinya banyak merugikan pihak Mataram.

Hubungan Mataram-VOC-Cina, berlangsung dengan awal keterhubungan bangsa pedagang cina yang datang pertama dan menjalin hubungan yang baik dengan pedagang lain dan pribumi, kecakapaan pedagang Cina dalam berdagang akhirnya hampir menguasai perdagangan daerah pesisir. Dengan demikian keduanya antara VOC dengan Mataram sama-sama memanfaatkan Cina dalam segi politik maupun ekonomi.

Geger Kartasura: Akhir Riwayat Cakraningrat IV yang Ambisius
Setelah menyelesaikan ambisinya Cakraningrat untuk menguasai Jawa Timur serta Madura. Pertengahan 1741 memberikan peluang bagi Belanda untuk mendatangkan pasukan secara besar-besaran ke wilayah pesisir utara Jawa Tengah. Pada tahap pertama VOC berharap mendapat bantuan dari bupati setempat namun semakin lama hal itu tidak dapat diharapkan. VOC yang memiliki pos di Surabaya dan Gresik juga tahu bahwa pengaruh dari Cakraningrat IV sangat terasa sehingga menuntut pengamanan yang berbeda. Ambisi Cakraningrat IV untuk menguasai daerah pojok utara pesisir Jawa Timur dapat dicermati dari laporan VOC tahun 1741. Cakraningrat IV mendapat tugas dari komandan VOC di Surabaya untuk menyerak 400 orang Cina yang mengamuk di Gresik. Sehingga Cakraningrat IV mengirimkan 100 prajurit Madura dengan membawa senapan. VOC pun mengucapkan terima kasih atas keberhasilan tersebut.

Akhir dari kekuasaan Cakraningrat IV dimulai dari kekuasaan wilayahnya yang dipersempit karena perjanjian-perjanjian dengan VOC. Selain itu Cakraningrat IV banyak mengambil keputusan yang salah sehingga dia sendiri menanggung resiko dari perbuatannya.