Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Mossad: Menguak Tabir Dinas Intelijen Israel

Judul: Mossad: Menguak Tabir Dinas Intelijen Israel
Penulis: Dennis Eisenberg, Eli Landau, Dan Uri
Penerbit: Pustaka Primatama, 2007
Tebal: 333 halaman
Kondisi: Stok lama (cukup)
Stok kosong

Mossad merupakan dinas intelijen Israel; salah satu diantara dinas-dinas intelijen terbaik di dunia, bersama dengan CIA, KGB, dan SIS. Secara resmi, Mossad didirikan pada tahun 1949. Perdana Menteri Israel, David Ben Gurion mengatakan bahwa tujuan berdirinya Mossad adalah untuk negara Israel yang sejak awal berdiri telah berada dalam ancaman musuh-musuhnya.

Buku ini menceritakan berbagai kisah nyata sejak awal didirikannya Mossad hingga perang Yom Kippur, termasuk berbagai petualangan agen-agen Mossad yang penuh intrik. Petualangan-petualangan tersebut antara lain: pencurian Pesawat Mig-21 dari Irak, penyelundupan kapal perang dari Prancis, dan pencurian pesawat Mirage dari Swiss.

Mata-mata legendaris yang pernah dikenal dalam sejarah modern salah satunya adalah Eli Cohen. Pria Yahudi ini nyaris begitu sempurna bertindak sebagai spion Mossad. Dalam buku ini diceritakan, berkat aksi penyamaran Eli Cohen yang luar biasa itu nyaris saja agen ini diangkat sebagai menteri pertahanan oleh pemimpin Suriah (Presiden Al Hafez). Eli Cohen yang menyamar sebagai Kamil Amin Taabes bahkan bersahabat baik dengan hakim-hakim pada pengadilannya sendiri kelak ketika jati dirinya sebagai mata-mata sudah terbongkar.

Andil Eli Cohen sepanjang bertugas di Suriah menjadikan Isreel menang gilang gemilang saat perang enam hari. Eli Cohen sukses mendapatkan data rinci tentang posisi meriam, pasukan, tank, artileri udara Suriah di sepanjang Golan. Dataran tinggi Golan pun direbut Israel dalam tempo amat singkat pada tahun 1967. Benteng alam itu mereka kuasai hingga sekarang. Dataran Tinggi Golan merupakan daerah perbatasan dan benteng alam antara Suriah dan Israel. Selain strategis secara pertahanan, Dataran Tinggi Golan menyediakan sekitar 30% sumber air untuk Israel, bahkan tiga anak sungai utama Sungai Yordan; Dan, Baniyas, dan Hatzbani semua berasal dari sana. Nilai vital Dataran Tinggi Golan ini yang menyebabkan Israel berkeinginan untuk menguasainya.

Buku “Mossad: Menguak Tabir Dinas Intelijen Israel” ini menyebutkan bahwa Eli Cohen mungkin merupakan mata-mata terhebat di abad ke-20. Mata-mata yang juga dikenal sebagai the impossibe spy ini menjalani hukuman gantung pada tanggal 18 Mei 1965 di lapangan Martyr Square di Damaskus setelah identitasnya terbongkar. Pembongkaran identitas Eli Cohen bahkan sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan sikap waspada pemerintah Suriah ataupun kekeliruan-kekeliruan yang pernah dilakukan oleh sang mata-mata. Pembongkaran ini diawali oleh keluhan para operator radio di kedutaan India yang terletak di dekat apartemen Eli Cohen. Penasihat Soviet yang berada di Suriah segera menyadari bahwa seseorang telah mengirim berita radio tanpa izin di wilayah tempat kedutaan India terletak. Ya! Seseorang itu adalah Eli Cohen, yang mengirimkan setiap hasil spionasenya ke Tel Aviv, Israel.

Buku ini secara runtut dan jelas menjabarkan bagaimana Mossad menjadi kunci dari kemenangan Israel atas lawan-lawannya. Kemenangan Israel disebabkan oleh kecanggihan intelijen mereka sehingga dapat mengetahui segala hal tentang musuh. Kemenangan mereka merupakan hasil kerja keras para pemimpin Mossad dan agen-agennya, yang mempunyai komitmen luar biasa terhadap negara.

Selain menjelaskan lika-liku perjuangan Eli Cohen, buku ini juga menceritakan tentang Isser Harrel, pemimpin Mossad setelah Isser Be’eri. Isser Harrel adalah pemimpin yang keras, namun ia membayar kembali pengabdian bawahannya dengan baik: ia tak pernah meninggalkan agen yang sedang berada dalam kesulitan. Jika anak buahnya tertangkap, ia akan berusaha mati-matian untuk membebaskan mereka. Ia bersedia membayar berapa pun dalam bentuk emas atau lainnya sebagai penukar. Isser sangat menentang pandangan tradisional berbagai dinas rahasia yang mengatakan bahwa agen yang sudah tertangkap boleh dikorbankan. Kepala-kepala bidang keamanan di Amerika dan Eropa yang mengenal Isser sangat menghormati bakat profesionalnya. Ia cerdik, licik, dan gemar akan dunia spionase. Inilah tokoh yang memimpin Mossad pada masa pembentukannya. Tolok ukur yang ditetapkan dan gaya yang dikembangkannya masih dipertahankan oleh Mossad hingga sekarang.

 Buku “MOSSAD: Menguak Tabir Dinas Intelijen Israel” ini sangat menarik untuk dibaca. Bahasa yang dipakai penulis mudah untuk dipahami sehingga membuat pembaca tidak merasa bosan terhadap suguhan fakta-fakta dan sejarah di daerah Timur Tengah. Membaca buku ini membuat pembaca seolah-olah turut merasakan betapa bertanggung jawabnya Isser Harrel sebagai pemimpin Mossad dan betapa setianya Eli Cohen terhadap negara yang dicintainya. Pembaca juga diajak merasakan bagaimana petualangan Eli Cohen dengan identitas barunya sebagai Kamil Amin Taabes yang menyusup ke Suriah, bersahabat dengan petinggi-petingi negara disana dengan tetap mengirimkan berbagai informasi penting hasil spionasenya ke Tel Aviv.

Buku ini cukup berhasil membuka pemahaman pembaca bahwa berbagai kemenangan Israel di medan pertempuran bukan merupakan kebetulan semata atau merupakan mitos bahwa bangsa Yahudi merupakan ras yang tidak bisa dikalahkan. Ini semua adalah tentang kerja keras dan dedikasi terhadap negara. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari buku ini terutama pelajaran tentang bagaimana seharusnya seorang pemimpin dan seorang anak buah bertindak. Buku ini pada akhirnya dapat membuat pembacanya mengerti bagaimana sebuah negara kecil yang baru merdeka tahun 1948 ini menjadi negara yang mempunyai pengaruh besar di dunia, bahkan hingga saat ini masih menjajah tanah Palestina. Recommended to be read!

 “Jika Anda mengenal musuh dan diri sendiri, Anda tidak perlu takut sekali pun menghadapi seratus pertempuran. Jika Anda mengenal diri sendiri tapi tidak mengenal musuh maka untuk setiap kemenangan yang diperoleh Anda juga akan menderita satu kekalahan. Jika Anda tidak mengenal musuh maupun diri sendiri maka Anda akan kalah dalam setiap peperangan” (Sun Tzu)