Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sepanjang Hayat Bersama Rakyat: 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX

Judul: Sepanjang Hayat Bersama Rakyat: 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX 
Editor: Julius Pour & Nur Adji
Penerbit: Kompas, 2012
Tebal: 359 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312

Sultan Hamengku Buwono IX almarhum salah seorang tokoh utama pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia sekaligus sosok istimewa dalam pandangan masyarakat Jawa. Tahun ini tepat seratus tahun kelahiran Sri Sultan, yang dilahirkan pada 12 April 1912.

Buku ini disusun dalam rangka menemukan kembali jejak dan teladan Sultan Hamengku Buwono IX dalam perjalanan untuk bisa meng-Indonesia. Berisi catatan kesaksian sejumlah tokoh nasional, rekan, sahabat, dan kerabat yang pernah mengenal langsung almarhum. Mereka antara lain, Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dr. J.B. Sumarlin, Dr. Azwar Anas, Dr. Ir. Hartarto, Joop Ave, Laksamana (Purn.) Muhtaryono, R. Sudomo Sunaryo, Letnan Jenderal (Purn.) Moetojib, Jakob Oetama, dan St. Sularto.

Buku ini pun mengungkap latar belakang sejumlah keputusan politik yang pernah dibuat Sri Sultan HB IX: Mengapa Sultan langsung menyatakan Yogyakarta bagian dari Republik begitu Indonesia diproklamasikan? Apa alasan Sultan menyediakan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Perjuangan bagi Pemerintah Republik yang sedang terusir dari Jakarta? Mengapa Sultan bersedia menampung ribuan mahasiswa dari seluruh penjuru Tanah Air dan dengan sengaja membuka tembok Keraton Yogyakarta agar kegiatan Universitas Gadjah Mada bisa berjalan? Dan, apa yang sebenarnya terjadi dalam Serangan Umum, 1 Maret 1949?

Kendati raja Keraton Yogyakarta, Hamengku Buwono IX identik dengan simbol kerakyatan dan kebangsaan Indonesia. Sepak-terjangnya selama hidup mencerminkan sikap raja sekaligus sahaja. Setebal 364 halaman, buku ini merupakan bunga-rampai tentang Hamengku Buwono IX yang disusun oleh sejumlah kolumnis Harian Kompas.

Dalam buku ini ikut dibuka sikap dan tindakan Hamengku Buwono IX sebagaimana disaksikan oleh para penulis buku ini yang merupakan peristiwa hidup-mati bagi negeri ini.

Beberapa di antaranya adalah keputusan bersama Hamengku Buwono IX dan Pakualam VIII untuk menggabungkan Yogyakarta yang berdaulat untuk bergabung dengan bekas Hindia-Belanda yang baru saja menyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945.

Juga dipaparkan kesediaan Hamengku Buwono IX menyediakan ruangan di keraton untuk ruang kuliah Universitas Gadjah Mada, dan juga peran dia dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang mengakhiri Agresi Militer Belanda II.