Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Poros-Poros Ilahiyah: Perempuan dalam Lipatan Pemikiran Muslim

Judul: Poros-Poros Ilahiyah: Perempuan dalam Lipatan Pemikiran Muslim Tradisional Versus Liberal
Penulis: M. Nashirudin & Sidik Hasan
Penerbit: Jaring Pena, 2009
Tebal: 304 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 40.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Buku ini merupakan buku yang ditulis untuk mengetahui isu gender yang ada dalam dunia Islam tradisional dan Islam liberal. Untuk mewakili dunia Islam tradisional, penulis buku menggunakan tokoh Murtadha Muthahhari, seorang ulama’ Syi’ah pada awal abad kedua puluh. Untuk mewakili dunia Islam liberal, penulis buku memilih Muhammad Syahrur, seorang pemikir Islam liberal pada pertengahan abad kedua puluh. Kedua tokoh ini dipilih oleh penulis karena keduanya memiliki pandangan yang berbeda dengan aliran mainstream yang ada saat itu.

Buku ini terbagi kepada dua bagian besar.  Bagian pertama membahas mengenai relasi gender dalam pandangan poros tradisional yang diwakili oleh Murtadha Muthahhari. Dalam bagian ini, penulis buku membahas banyak hal, mulai dari wacana yang muncul, kerangka dan konsep berpikir Muthahhari, hingga intisari pemikirannya. Di sini, penulis buku menerangkan bahwa pemikiran Muthahhari tentang relasi gender banyak terfokus pada hukum keluarga, seperti poligami, talak, waris dan mut’ah. Hal tersebut banyak dipengaruhi oleh munculnya rezim Pahlavi (1925-1979) di Iran yang gencar melakukan westernisasi di segala aspek kehidupan. Sumbangsih pemikiran Muthahhari banyak disumbangkan untuk melawan arus westernisasi yang kencang pada waktu itu. Meski demikian, ia tidak serta merta terjebak pada arus pemikiran ulama’ salaf yang menurutnya masih bias gender, namun ia dengan pemikirannya mengusung kesetaraan gender, namun bukan kesetaraan identik yang diinginkan barat ketika itu, melainkan kesetaraan kontekstual.

Pada bagian kedua, dijelaskan secara panjang lebar mengenai poros liberal yang diwakili oleh Muhammad Syahrur. Pola pembahasan dalam bagian ini tidak persis sama dengan pembahasan bagian pertama, di mana dalam bagian ini dijelaskan biografi Syahrur, kemudian sumbangsihnya kepada pemikiran Islam secara umum dan terakhir pemikirannya mengenai problem relasi gender. Dalam bagian ini, penulis buku menjelaskan bahwa Syahrur, seorang sarjana teknik lulusan Moskow, menggunakan metode defamiliarization di mana Syahrur mengedepankan metode penelitian bahasa yang ‘tidak biasa’ dan mengesampingkan proses otomisasi. Hal ini menjadikan pemikiran-pemikirannya sangat liberal dan bertolak belakang dengan pemikiran ulama’ salaf. Dalam kaitannya dengan problem relasi gender, Syahrur mengadopsi pemikiran-pemikiran barat yang ‘menyetarakan’ perempuan dan laki-laki, kemudian menafsirkan kembali ayat-ayat Al-Qur’an agar dapat mengakomodir pemikirannya tersebut.