Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Monumen (Indra Tranggono)

Judul: Monumen (naskah drama)
Penulis: Indra Tranggono
Penerbit: YUI, 2002
Tebal: 110 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Harga: Rp. 20.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312



Sebuah Monumen Pahlawan berdiri di tengah kota Banjar Sari. Monumen itu didirikan untuk mengenang jasa pahlawan lokal yang pada masa penjajahan Belanda, gugur dalam pertempuran di kota itu. Monumen tiu dalam keadaan terlantar, tak terawat. Sehingga justru menjadi seorang gelandangan. Di situ ’bermukim’ Yu Seblak (pelacur senior), Kalur (pencopet), Ajeng (pelacur junior), Karep (gelandangan intelek), dll.

Persoalan muncul ketika Kepala Kota Praja Lama, RM Picis merencanakan memugar monumen tiu, seiring dengan bakal dikabulkannya usulan soal peningkatan status para pahlawan dalam monumen itu, dari pahlawan lokal menjadi pahlawan nasional. Pemugaran itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan daerah: kelak monumen itu akan dijadikan objek wisata unggulan. Yu Seblak dkk, gelisah, karena terancam terusir dari kompleks monumen itu.

Namun sebaliknya, para pahlawan yang dipatungkan itu, justru berdebat sengit soal hakekat kepahlawanan. Untuk merealisasikan pemugaran dan usulan perubahan status menjadi pahlawan nasional, RM Picis –bersama asistennya, meninjau dan memilih pahlawan mana yang layak mendapat anugerah menjadi pahlawan nasional. Hanya dua pahlawan yang dipilih, yakni Wibagso dan Ratri. Masalah ini menimbulkan kecemburuan sosial bagi (arwah) pahlawan dalam monumen itu. Mereka –Sidik, Durmo dan Cempluk- tidak bisa menerima keputusan yang dipandang sangat tidak adil itu. Terjadilah apa yang disebut ”disintegrasi pahlawan” dalam monumen itu. Sidik hendak memisahkan diri –berdiri sebagai monumen-, namun ditolak oleh Wibagso dkk.

Belum terwujud pemugaran monumen itu, terjadi perubahan politik dan perubahan kepemimpinan nasional. RM Picis lengser dan digantikan Drs.Gingsir. sebagai Kepala Kota Praja Baru, Drs.Gingsir, meninjau kembali dan bahkan membatalkan rencana pemugaran monumen itu. Keputusan ini, menimbulkan kegembiraan bagi Yu Seblak dkk. Namun di balik itu, ternyata Drs.Gingsir punya keputusan lain. Yakni, menggusur monumen itu. Dan di lahan bekas monumen itu didirikan mall.