Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Abrahamic Faiths

Judul: Abrahamic Faiths; Titik Temu dan Titik Seteru antara Islam, Kristen, dan Yahudi 
Penulis: Jerald F. Dirks
Penerbit: Serambi, 2006
Tebal: 335 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Terjual Bengkulu


Yahudi, Nashrani (Kristen), dan Islam dapat dikatakan sebagai tiga agama yang masih bersaudara dekat. Karena sama-sama bersumber dari ajaran Ibrahim. Namun, dalam bentangan sejarah ketiga agama ini sering  terlibat perseteruan yang sangat melelahkan. Konflik yang terjadi antara ketiga penganut agama yang meskipun dipicu oleh kepentingan politik sangat mudah dicarikan doktrin theologis pembenar untuk mengabadikan dan mangalihkan konflik menjadi konflik agama.

Buku yang ditulis muallaf mantan pendeta kristen ini berusaha meluruskan beberapa kesalahpahaman yang diabadikan oleh sejarah untuk terus memproduksi konflik tiga agama bersaudara ini. Kalau kemudian isu sesat tentang Islam yang beredar di kalangan barat mendapat porsi paling banyak dibahas di dalam buku ini bukan karena penulisnya adalah seoarng muslim, tetapi karena isu sesat yang paling banyak beredar di dunia barat adalah tentang Islam.

Orang barat akan dapat mencari alasan pembenaran praktek menyimpang dunia timur jauh (China, India, dan pedalaman Indonesia) dengan alasan kearifan lokal yang kadang terkesan dicari-cari alasan pembenarnya, ataupun tindakan biadab pembunuhan banteng oleh para matador. Banteng sehat disakiti dan dilukai demi sedikit sampai mati kehabisan darah tetapi dengan lantang mereka mengutuk ibadah kurban sebagai hari pembantaian binatang.

Orang barat dapat menerima “kearifan” kaisar China yang mempunyai ribuan selir sampai lupa satu-persatu nama mereka, tetapi mereka mengutuk Nabi Muhammad yang berpoligami bahkan juga mengutuk Muhammad sebagai pelaku pedophilia (kejahatan seksual terhadap anak-anak), hanya karena Muhammad memperistri Aisyah pada usia yang masih muda.

Di samping meluruskan beberapa fitnah yang terlanjur dipercaya sebagai fakta sejarah, Jerald Dick juga mencoba memperbandingkan ketiga ajaran agama ini dengan lebih tepat. Memperbandingkan teks dengan  teks dan meperbandingkan praktek dengan praktek dan mencoba mendudukkan teks Al-Qur’an dan Hadits pada konteks kejadiannya. Hal itu dilakukan karena banyak ilmuwan barat yang berbuat tidak adil di dalam memperbandingkan teks suci ataupun membaca teks suci itu sendiri. Yang kinayah dibaca apa adanya dan yang sudah jelas malah disamarkan dengan aneka penafsiran. Kebiasaan buruk ilmuwan barat yang lain yg dilurusakn Jerald kesukaan mereka membaca teks Qur’an secara parsial sepotong demi sepotong sehingga maknanya menjadi sangat berlainan.

Pada bagian lain Jerald juga memberi beberapa catatan tentang etika peperangan yang berlangsung selama perang salib. Sastra barat selalu saja menggambarkan pasukan Muslim sebagai pasukan barbar yang haus darah dan tidak kenal etika, padahal dalam dokumen sejarah, yang terjadi adalah sebaliknya. Tawanan kristen yang di tangan pihak muslim selalu dilindungi dan diperlakukan secara terhormat, sedang tawanan Muslim di tangan barat selalu dinistakan bahkan dibantai secara kejam.

Pada bagian awal buku ini  Jerald menulis alasan mengapa dia memilih beragama Islam dan meninggalkan agama lamanya. Inilah yang tampaknya bagian paling menarik buku ini.  Dia masuk Islam bukan karena paksaan dari kekuasaan, bukan pula karena terpesona oleh retorika juru dakwah Islam dalam menjelekkan dan menujukkan kelemahan basis teologis agama kristen tetapi dia terpesona oleh akhlak kolega arabnya yang kebetulan beragama Islam dan dia konsisten pada ajaran agama Islamnya walau dia berada di rumah orang kristen.

Pengakuan jujur Jerald tersebut, di samping dapat dijadikan sebagai bingkai untuk menelaah buku ini juga dapat dijadikan sarana bercermin para juru dakwah kita yang kadang lebih suka menjelekkan-jelekkan agama oarang lain sambil menunjukkan keunggulan agama kita. Padahal semua keunggulan kita itu sekarang ini sedang surut karena mayoritas pemeluknya sudah mengingkari spirit sejatinya. Lebih suka memuja masa lalu tetapi melupakan masa sekarang.

Semua orang Islam tahu bahwa ayat pertama adalah perintah untuk membaca dan belajar, semua orang Islam juga tahu kalau kerja keras dan menepati janji itu merupakan keharusan dalam bermuammalah tetapi spirit itu justeru ditangkap oleh orang barat lewat persentuhan mereka dengan budaya Islam selama perang salib, sedang umat Islam justeru mempelajari kepengecutan mereka, kalau sekarang bandul sejarah berayun ke barat dan putaran peradaban menyeret kaum Muslim pada titik nadzir, semua itu bukan karena kesalahan kaum  barat tetapi karena kealpaan orang Islam sendiri.

Belajar dari pengalaman Jerald yang tercerahkan dan mendapat hidayah Islam karena melihat koleganya yang baik, maka seharusnya kaum Muslim itu harus selalu menunjukan keIslamannya, bukan dari pakaian tetapi dari sikap dan perilaku memperlakukan orang lain. Perbuatan kawan-kawan kita yang sering mengatasnamakan Islam dan berpakaian dengan simbol-simbol Islam tetapi perlakuannya kadang seperti tindakan pasukan salib era Ratu Isabela justeru banyak menambah kesalahpahaman orang lain terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Oleh: Sri Adini Ekastarti, Anggota NA tinggal di Sawangan Magelang Jawa Tengah