Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya

Judul: Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya
Penulis: Bakdi Soemanto
Penerbit: Grasindo, 2017
Tebal: 258 halaman
Kondisi: Baru (bagus)
Harga: Rp. 55.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Buku ini juga memuat tinjauan atas semua karya-karya asli Sapardi. Tapi Bakdi menyodorkan tafsirnya itu sebagai pilihan saja. Sebab, kata Bakdi, disamping tafsir itu bisa sangat macam-macam tergantung dari “kopor latar belakang” yang ada di dalam benak pembaca, Sapardi sendiri menekankan bahwa membaca karya sastra sepenuhnya tergantung dari pembaca.

Sikap Sapardi yang menolak pembedaan yang kaku atas genre-genre sastra sengaja diberi garis bawah oleh Bakdi agar tidak terulangi kebingungan penikmat karya Sapardi yang bahkan sempat pula melanda para kritikus. Ingat, kritikus A Teeuw sendiri bahkan sempat membuat kesimpulan bahwa Sapardi dengan sejumlah puisi-puisnya yang bentuk fisiknya melanggar kaidah baku puisi, telah menciptakan suatu genre baru yang belum ada namanya.

Ya, buku ini penting untuk memamahi sosok dan sikap seorang Sapardi. Setelah itu berbekal pemahaman yang cukup atas sosok dan sikapnya, maka tersedia bekal yang memadai pula untuk memahami sajak-sajaknya.

Sebagai penyair, Sapardi sangat sadar bahwa ia bermain tidak hanya dengan kata, tetapi yang lebih penting lagi, dengan makna. Mengapa demikian? Bukan saja bermain-main dengan media merupakan kegiatan lumrah dari setiap seniman untuk menemukan kekuatan ungkap yang paling efektif, tetapi juga merupakan cara di tengah kegalauan dan hiruk-pikuk pemakaian kata yang tidak lagi mampu menyentuh yang terdalam. Dengan demikian puisi bagi Sapardi adalah juga arena eksperimen dengan kata yang tiada henti-hentinya (halaman 57).

Buku ini juga memuat hal-hal trivial dari seorang Sapardi. Ia adalah pemain gitar andal yang sempat membentuk band semasa kuliah di UGM. Semasa menjadi dekan di UI, ia bahkan disebut suka membawa gitar tiap hari (halaman 17). Soal sapaan pun dipaparkan. Selain jamak disapa dengan sebagai “Pak Sapardi”, ia juga dipanggil “Mas Djoko” oleh istrinya dan ada seorang di UGM yang memanggilnya “Dam”. Sapardi pun pernah ikut bermain drama dan disutradarai oleh Rendra.

Satu alasan lagi kenapa Sapardi layak diberi hormat sebagai sosok penyair yang penting. Ia bukan penyair yang besar kepala. Ia bahkan mengakui bahwa setiap kali menulis puisi, bahkan sampai sekarang pun, selalu merupakan langkah awal belajar menulis lagi. Tentu maksudnya, ia melakukan percobaan-percobaan. Puisi tidak tercipta secara serta merta, tidak siap saji.