Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Dari Keragaman ke Kesatuan Wujud

Judul: Dari Keragaman ke Kesatuan Wujud: Ajaran & Kehidupan Spiritual Syaikh Al-Akbar Ibn 'Arabi
Penulis: Stephen Hirtenstein
Penerbit: Raja Grafindo, 2001
Tebal: 390 halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Terjual jakarta


Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin al-`Arabi al-Ta'I al-Hatimi, atau lebih dikenal dengan nama Syaikh Ibn `Arabi saja, adalah seorang tokoh sufi dan filosof Muslim paling populer di dunia Islam. Ketenaran Sufi yang oleh pengikutnya dijuluki Syaikh al-Akbar (Syaikh Teragung) ini bersangkut-paut dengan pandangannya yang menggemparkan dunia Islam, yang bahkan hingga sekarang masih diperdebatkan secara mendalam. Bakat-bakat spiritual Ibn `Arabi, yang lahir pada Senin 17 Ramadhan 560 Hijrah, atau bertepatan dengan 27 atau 28 Juli 1165, telah tampak sejak ia masih kanak-kanak. Perpindahannya ke jalan Sufi diawali dengan peristiwa misterius yang menyebabkannya berkhalwat ke sebuah tempat penyendirian. Dalam penyendiriannya itulah dia memperoleh visi mistis bertemu dengan tiga nabi besar yakni Musa, Isa (Yesus) dan Muhammad. Sejak itulah Ibn Arabi mulai mengembara mengunjungi guru-guru Sufi yang terkemuka mulai dari al-Uryani, Syaikh, Abu Madyan, hingga bertemu dengan sosok misterius yang dalam Islam dikenal dengan nama Nabi Khidir. Pada periode ini, selain belajar dan mengajar dia juga mulai menuliskan ajaran-ajarannya dalam
bentuk kitab.

Ajarannya yang paling utama yang menghebohkan adalah pandangannya tentang Tuhan yang kemudian dikenal dengan nama doktrin wahdat al-wujud atau kesatuan wujud. Meskipun banyak ditentang oleh banyak ulama – terutama dari kalangan teolog dan fuqaha – namun tak sedikit pula yang mengagumi dan bahkan membelanya. Misalnya, ulama besar Ibn Tamiyyah menuduh bahwa ajaran wahdat al-wujud nyata-nyata bertentangan dengan Tauhid. Ia memandang bahwa Ibn `Arabi telah mengajarkan panteisme, yakni menyamakan Tuhan dengan alam semesta. Dan sejak masa Ibn Tamiyya inilah istilah wahdat al-wujud sering dipakai secara umum untuk menunjukkan keseluruhan doktrin yang diajarkan oleh Ibn `Arabi dan para pengikutnya (Noer, 1995). Dan sebagaimana halnya dengan perselisihan antara fuqaha dan teolog dengan Sufi-sufi lain yang dianggap "ekstrim" seperti al-Hallaj dan Suhrawardi maqtul, ajaran Ibn `Arabi ini kemudian dicap sesat dan menyesatkan dan oleh karena itu buku-buku karangannya dan juga karangan para pengikutnya dilarang atau bahkan dimusnahkan, seperti kasus Syaikh Hamzah Fansuri vs Syaikh ar-Raniri di Sumatra, di mana karya-karya Hamzah Fansuri yang bercorak wahdat al-wujud dibakar dimuka umum dan para pengikutnya dikejar-kejar dan ditangkap.

Terlepas dari perdebatan itu, dalam konteks historis, Ibn `Arabi adalah sosok yang sangat menentukan. Dia menyatukan tradisi lisan ke dalam sintesis tertulis dan merepresentasikan puncak spiritualitas Islam. Terminologi-terminologi yang digunakannya banyak yang kemudian menjadi basis bagi ajaran para Sufi generasi berikutnya. Karya-karyanya, yang berjumlah tak kurang dari 300 buah, terutama dua masterpiece-nya, yakni Futuhat al-Makiyyah dan Fusush al-Hikam, telah menjadi referensi utama bagi para Sufi dan tarekat-tarekat besar. Akan tetapi karya-karya Ibn `Arabi tak pernah dianggap "mudah" lantaran kedalaman, kehalusan dan kepelikan bahasa dan ungkapannya, terutama bagi para pembaca yang belum akrab dengan karya-karyanya.

Buku ini mencoba menyajikan apresiasi baru terhadap ajaran Ibn `Arabi dengan menjelaskan makna dan relevansi ajaran dan kehidupan spiritualnya. Buku ini dibagi menjadi 5 bagian yang terdiri dari 17 bab yang menjelaskan ajaran dan biografi serta perjalanan spiritualnya hingga dia bisa sampai pada kedudukan spiritualnya yang demikian tinggi. Penulis buku ini mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah memberikan penjelasan yang mudah dipahami yang akan menyampaikan sesuatu dari aroma Ibn `Arabi, suatu pemahaman akan kebesaran dan kejeniusannya dan manfaat khusus apa yang diperoleh bagi kita dewasa ini yang membaca karya-karya Syaikh al-Akbar. Bab-bab biografis dalam buku ini sekaligus dikaitkan dengan konteks sejarah dan kultural serta dengan tema-tema seperti Kesatuan, perjalanan mistik, Cinta dan Keindahan dan lain sebagainya.

Tulisan-tulisan dan ajaran Ibn `Arabi yang didasarkan pada visi harmoni dan kesatuan realitas dan rahmat yang sejati jelas sangat dibutuhkan di dunia dewasa ini. Dalam hal ini rahmat dipahami sebagai anugerah yang tak terbatas. Dalam visi mistis, kualifikasi rahmat tanpa batas ini meresap dalam struktur eksistensi itu sendiri, dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dalam pandangan Ibn `Arabi realisasi rahmat ini adalah fitrah manusia – sebuah pesan yang memuat harapan mendalam, karena ia menyiratkan bahwa semua hal tunduk kepada kekuatan cinta dan rahmat. Apapun efek tertentu terhadap tingkatan eksistensi, ampunan dan rahmat yang tak terbatas inilah yang ada di dalam jantung kehidupan dan pemikiran Ibn `Arabi. Dengan demikian, ia menyiratkan suatu ajaran tentang toleransi dan penerimaan perbedaan yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dalam struktur semesta, dimana perbedaan-perbedaan yang tampak itu bisa dipersatukan melalui rahmat dan cinta universal, baik dari sisi kemanusiaan maupun keagamaan (spiritual).