Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Sastra dalam Empat Orba

Judul: Sastra dalam Empat Orba
Penulis: Agus R. Sarjono
Penerbit: Bentang Budaya, 2001
Tebal: 336 halaman
Kondisi: Stok lama (cukup)
Stok Kosong


Buku yang terdiri dari 24 bab ini adalah kumpulan tulisan Agus R. Sardjono tentang dunia sastra di masa Orde Baru, dan beberapa tahun sesudah Orde Baru (Orba) tamat. Tulisan-tulisan Agus ini sebagian pernah dimuat di media massa, sebagian lagi merupakan kertas kerja yang disampaikan pada seminar-seminar tentang sastra di Indonesia.

Judul Sastra dalam Empat Orba dipilih, karena pada dasarnya sebagian besar tulisan dalam buku ini membicarakan masalah-masalah sastra yang terjadi sepanjang Orde Baru. Sebagian besar isi buku ini lahir dari upaya membicarakan komunitas diskursif yang melahirkan hasil- hasil sastra Indonesia semasa periode itu.

Dalam pandangan Agus, penulis Orde Baru bisa dibagi dalam empat bagian. Sastra dan Orde Baru I adalah kehidupan sastrawan di saat- saat awal setelah terbitnya Manifes Kebudayaan. Ketika itu, per- puisian Indonesia modern telah ditegakkan oleh Chairil Anwar lewat sajak-sajak yang menentang konvensi estetika Melayu. Estetika Chairil Anwar kemudian menjadi estetika dominan dalam perpuisian In- donesia.

Sastra dan Orde Baru II adalah sastra era 1980-an. Masa ini melahirkan para sastrawan seperti Goenawan Mohamad dan Sutardji Cal- zoum Bachri. Sastra periode ini berada di tengah lingkungan ketika masyarakat mengalami proses depolitisasi yang nyaris total. Politik stabilitas, pendekatan kekuasaan, normalisasi kehidupan kampus, dan kemudian asas tunggal merupakan lingkungan tempat sastrawan era 1980-an hidup.

Orde Baru III adalah era 1990-an. Lingkungan politik mulai berubah perlahan, ditandai oleh kecenderungan besar pada keterbukaan. Di era ini mulai diembuskan kelahiran aturan-aturan yang lebih jelas dalam pembredelan pers. Cara-cara pendekatan kekuasaan (security approach) mulai dipertanyakan keabsahannya.

Menurut penulis, masa Orde Baru III dan Orde Baru IV tidaklah ter- lampau jauh waktunya. Orde Baru IV ditandai oleh pembredelan majalah Tempo, Editor, dan tabloid Detik. Kondisi seperti ini tampaknya benar-benar menggelisahkan banyak sastrawan, terbukti dengan menguatnya kecenderungan pengolahan tema sosial dalam karya-karya mereka.

Sawariyanto