Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Novel Yel Putu Wijaya

Judul: Yel (novel)
Penulis: Putu Wijaya
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1996
Tebal: 411 halaman
Kondisi: Buku baru stok lama (bagus)
Harga: Rp. 70.000 (belum ongkir)
Order: SMS 085225918312


Buku “Yel” ini mengambil tema yang beragam. Namun jika diteliti lebih lanjut tema yang sebenarnya dari buku karangan Putu Wijaya adalah tentang sisi lain dari kehidupan yang ada di sekitar kita. Dalam buku ini ada 88 cerpen yang menceritakan tentang berbagai macam kejadian dan sosok manusia yang berbeda-beda pula. Bagaimana cara mereka menghadapi masalah yang rumit di kehidupan mereka.

Dalam setiap cerita mengandung makna yang mampu menyentuh hati dan pikiran untuk bergerak menanggapi konflik yang ada di dalam cerita. Ceritanya ditulis dengan campuran kata yang acak sehingga ceritanya terkesan menarik yang membuat pembaca semakin penasaran untuk membaca isinya secara keseluruhan dan lebih detail.

Dalam buku ini, si pengarang yang bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya menyindir usaha manusia yang berusaha terus menerus mencari, menemukan dan memahami diri sendiri. Cerita-cerita yang tersedia semuanya mengisahkan tentang manusia yang masih belum mengerti dirinya sendiri yang kemudian melakukan hal yang dapat membantunya menemukan jalan keluar untuk memahami akan dirinya sendiri. Misalnya dalam cerita yang berjudul “Pendidikan”.

Dalam cerita ini, Bu Sri sebagai tokoh utama hanya memaksakan kehendaknya sendiri tanpa melihat situasi yang ada. Dia menyuruh anak-anaknya untuk tidak bersekolah di sekolah umum seperti anak-anak yang lain dengan alasan bahwa disekolah umum atau formal seperti itu cara pembelajarannya kurang efektif sebab tidak semua murid bisa mengerti pelajaran yang dijelaskan oleh ibu atau bapak guru. Bahkan tak jarang juga akhlak mereka tidak terkontrol karena banyak anak-anak yang bersekolah tidak mempunyai sopan santun yang baik.

Bu Sri mengajarkan pelajarannya sendiri pada anak-anaknya karena dia beranggapan bahwa cara dia mengajar jauh lebih baik daripada bapak atau ibu guru disekolah formal. Sampai akhirnya Bu Sri membaca buku karangan Ivan Illich yang berjudul  “Bebas Dari Sekolah”. Dan pada keesokan hari setelah dia membaca buku itu, dia menyuruh anak-anaknya bersekolah dengan wajah marah dan kesal. Begitu pula suaminya yang akan berangkat kerja juga kena dampratan kata-kata kasar dari Bu Sri.

Dari cerita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Bu Sri telah salah mengambil keputusan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal. Ternyata mengajarkan anak untuk dapat mengerti pelajaran sangatlah sulit. Apalagi untuk orang-orang yang tidak mengerti akan pelajaran yang harus diajarkan. Maka dari itu Bu Sri menyuruh anak-anak dan suaminya untuk segera pergi ke tempat masing-masing yakni melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan. Bu Sri masih belum mengerti tentang bagaimana dirinya mengerti akan jaman yang semakin berubah dan lebih maju ke arah yang lebih baik. Itulah yang diungkapkan penulis dalam cerpen ini.

Meskipun cerita-cerita yang disuguhkan menarik dan mampu meningkatkan imajinasi kita untuk berpikir tak jarang banyak kata-kata yang penempatannya salah. Banyak kalimat-kalimat yang memiliki arti yang canggung atau tidak sempurna. Karena penempatan itulah jika kata-kata itu dirangkai maka cerita itu akan sulit dimengerti karena kata-katanya terkesan terbolak-balik. Masih banyak alur cerita yang tidak mudah dimengerti sehingga mungkin hanya sebagian orang yang akan dapat dengan mudah mengerti jalan cerita-cerita tersebut.

Selain itu hal yang patut disayangkan, hampir sebagian besar buku-buku karya Putu Wijaya ini tidak diperdagangkan begitu saja. Walaupun dijual diberbagai toko buku pasti juga kurang laku karena orang-orang biasanya cenderung memilih cerita atau antalogi yang baru-baru dan lebih bagus.