Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konfilk Masyarakat Pesantren

Judul: Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masyarakat Pesantren
Penulis: Hamdan Farchan & Syarifuddin
Penerbit: Pilar Media, 2005
Tebal: 304 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 45.0000 (belum ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Pesantren dalam kajian sosiologis, tidak sebatas menjadi pendidikan an sich, tetapi juga merupakan sistem sosial komunitas yang didalamnya terdapat nilai-nilai, tatanan, pola relasi dan kultur tersendiri. Sebagai sitem sosial, pesantren ternyata juga memiliki dinamika sebagaimana halnya masyarakat secara umum. Solidaritas sosial, harmoni dan potensi adanya konflik menjadi bagian integral didalamnya.

Hanya saja, dimensi konflik dunia pesantren hampir tidak mungkin dikenali, sebab dimensi ini sangat sensitif dan jarang terungkap. Jika ada yang berani membeberkan bisa jadi orang tersebut akan dianggap sembrono, kurang ngerti unggah-ungguh, dan akhirnya bisa kualat!.

Buku ini ingin mementahklan anggapan diatas. Melalui kacamata sosiologi, pemetaan mengenai mengapa terjadinya konflik dimasyarakat pesantren? Bagaimana model resolusi konflik yang dijalankan? Sejauhmana kontribusi Kiai sebagai elit pesantren dalam penyelesaian konflik? Kemudian bagaimana kultur pesantren mempengaruhi model penyelesaian konflik? Ternyata memang membutuhkan penjelasan. Sedemikian rupa, citra baku pesantren sebagai mandala (atau sejenis padepokan) yang didalamnya terdapat para santri yang mencurahkan tenaga dan pikiran untuk belajardan membentuk karakter, serta para Kiai yang menyerahkan diri dan jiwa mereka untuk memberikan pengajaran dan teladan hidup, masih bisa dipertahankan.

Memang membaca lembaran demi lembaran buku ini, mungkin saja dahi kita akan berkerut. Masyarakat pesantren yang notabene dekat dengan nafas keagamaan ternyata juga menyimpan banyak pamrih politik, ekonomi dan sosial yang membuatnya tak bisa menghindar dari persaingan dan perlombaan hidup duniawi. Ia, karena itu, sama sekali tak imun dari konflik. Wajar dan terima saja. Karena bagaimanapun orang-orang yang menghuni kawasan pesantren bukanlah malaikat atau para nabi.