Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX

Judul: Teologi Pembaruan (Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX)
Penulis: Dr. Fauzan Saleh
Penerbit : Serambi, 2004
Tebal: 447 Halaman (Hard Cover)
Kondisi: Bekas (bagus)
Harga: Rp. 100.000 (blm ongkir) 
Order: SMS/WA 085225918312 


Saya tertarik dengan buku ini dengan pelbagai alasan, dari yang subjektif hingga objektif. Secara subjektif, karena penulisnya adalah bekas dosen saya di program pasca sarjana Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Secara objektif, ia adalah sebuah karya yang secara jernih melukiskan karakteristik keagamaan sejak awal pertumbuhan hingga kematangannya dalam pemikiran yang kompleks dan rumit.

Diharapkan dengan membaca ini, saya akan bisa menelusuri akar munculnya beragam corak pemikiran dan wujudnya dalam gerakan massa. Dengan pengetahuan ini, kegamangan memosisikan diri terhindari. Meskipun, terbersit gundah, bahwa pemilihan terhadap satu gerakan keagamaan akan menutup pintu bagi hubungan yang lebih luas dan bahkan mungkin akan menutup sejarah 'masa lalu' karena memilih yang baru.

Pengantar Howard M Federspiel bahwa karya ini adalah karya akademiki terbaik tentang Islam di Indonesia sejak kemunculan karya Deliar Noer (yang juga menjadi bahan bacaan wajib di UIN) mendorong pembaca untuk menekuni lebih dalam apa yang bisa dipetik dari pemaparan dosen IAIN Kediri ini dalam memotret arah pemikiran pembaharuan di negeri dwipa nusantara.

Hal lain yang mungkin menimbulkan minat adalah sampul buku yang menampikan tokoh-tokoh pemikir, seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asya'ari, Amin Rais, Harun Nasution, Nurchoish Madjid, Hasan Hanafi dan Mohammad Abduh. Kehadiran gambar mereka tentu menambah terang tentang isi buku.

Bagaimanapun, respons pembaharu itu mencoba untuk menjawab tantangan zamannya. Meskipun teologi menjadi tumpuan utama untuk gerakan pemurnian, namun hakikatnya kaum muslimin lebih banyak berkutat pada perselisihan dalam bidang hukum. John B Henderson menyebutnya mereka lebih berjibaku mengenai persoalan ortopraksi daripada ortodoksi.