Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Strukturalisme Lévi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra

Judul: Strukturalisme Lévi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra
Penulis: Heddy Shri Ahimsa-Putra
Penerbit: Galang Press, 2001
Tebal: 429 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Stok Kosong


Buku yang ditulis oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra ini mengungkap dengan gamblang ketajaman strukturalisme versi Levi-Strauss sebagai sebuah pisau analisa. Sebagaimana kita ketahui, strukturalisme telah banyak membius para antropolog karena dengan strukturalisme banyak hal yang teranalisa dengan baik. Perkembangan yang luar biasa terjadi setelah Levi-Strauss mengemukakan bahwa kebudayaan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan bahasa. Kenyataan ini membuat perubahan luar biasa pada perkembangan ilmu sosial utamanya antropologi. Oleh karena itu tidak mengherankan bilamana sebagian ahli antropologi mencari inspirasi dari disiplin linguistik untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam mempelajari kebudayaan. Levi-Strauss mengatakan hubungan antara bahasa dan kebudayaan pada dasarnya kesejajaran atau korelasi yang dapat ditemukan berkenaan dangan hal-hal tertentu.

Ilmu linguistik merupakan disiplin yang banyak dilihat antropolog untuk meningkatkan kekuatan analisis utamanya pada tahun 1940 ketika ditemukan kekuatan praktis antara linguistik dan rekayasa komunikasi. Sebelum terjadi trend seperti ini telah terjadi pernyataan oleh Marsel Mauss. Antropologi Perancis mencoba membuat pernyataan bahwa ilmuwan sosial akan sangat maju apabila mengikuti jejak ahli linguistik. Perkembangan ilmu linguistik sebanding lurus dengan ilmu-ilmu ekonomi yang dianggap sangat maju. Sebagai kajian ilmiah ilmu ekonomi telah meninggalkan terlalu jauh berbagai disiplin ilmu yang lain. Ekonomi telah menemukan berbagai hukum sehingga sebagai ilmu sudah sangat kapabilitas. Demikian juga yang terjadi dengan ilmu-ilmu linguistik, telah melewati suatu fase yang cukup kredibel. Kenyataan ini merupakan keuntungan tersendiri bagi ilmu-ilmu sosial yang lain. Linguistik dalam segala struktur yang ada telah membuat hukum tersendiri sehingga sangat layak sebagai model bagi perkembangan suatu analisis yang berkaitan dengan kebudayaan.

Kebudayaan yang ada dalam masyarakat sering ditandai dengan berbagai simbol yang memerlukan kajian. Bahasa dan sastra merupakan elemen penting bagi makhluk manusia. Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lain sebenarnya tidak lepas dengan kemampuan berbahasa. Bahasa merupakan ekspresi, visualisasi serta wujud budaya nyata bangsa manusia. Walaupun berbeda-beda dari setiap suku bangsa kenyataannya bahasa merupakan sarana komunikasi yang tidak tertandingi. Perkembangan bahasa-bahasa di dunia tidak terlepas seberapa jauh pemilik bahasa tersebut mengkampanyekan apa yang mereka miliki dan seberapa jauh persebarannya. Ada bahasa yang memiliki persebaran sangat luas contohnya bahasa Inggris, Arab, Spanyol sebaliknya ada bahasa yang tidak tersebar dan hanya menjadi bahasa lokal contohnya bahasa-bahasa di Papua. Bahasa Cina, Sansekerta, Pali hanya berkembang pada suku bangsa tertentu tetapi dituturkan oleh mereka dengan jumlah yang cukup banyak. Akibat kenyataan seperti ini bahasa memiliki keunikan yang tidak sama. Tulisan latin dan bahasa Inggris jaman modern seperti ini telah berkembang melampaui batasan yang mereka miliki.

Pada abad 18 Inggris telah menjadi kolonialis dengan sebutan negara yang menguasai dari terbit hingga terbenamnya matahari. Hampir sebagian besar dunia pernah diperintah oleh kerajaan Inggris. Kenyataan ini membawa perubahan yang dasar terhadap perkembangan bahasa karena bahasa Inggris menjadi bahasa utama di dunia. Dalam pergaulan internasional telah diwajibkan dan disepakati bahasa Inggris sebagai bahasa perantara. Melihat perkembangan bahasa seperti ini ada wujud yang luar biasa, ketika sebuah fonem menjadi suatu simbol banyak orang didunia. Para pakar linguistik telah menemukan berbagai formulasi yang berkaitan dengan struktur yang ada dalam bahasa. Fonem, kata-kata, kalimat struktur telah melewati perkembangan dari bahasa yang sangat sederhana menjadi suatu bentuk kalimat yang sangat kompleks. Levi-Strauss melihat struktur ini bisa diterapkan pada jejaring kebudayaan.

Bertemunya Levi-Strauss dengan De Saussure, Jacobson dan Nikolai Troubetzkoy telah mengubah pandangannya terhadap kasus kebudayaan. Ketiga orang ini mengubah pandangan serta menimbulkan kesadaran baru bagi Levi-Strauss bahwa kebudayaan melewati beberapa elemen yang sangat penting dan merupakan perkembangan dari pemikiran manusia berkaitan dengan bahasa dan sastra. Ada persamaan mendasar bahwa perkembangan linguistik sebagai salah satu ilmu yang sudah maju ternyata beriringan dengan perkembangan kebudayaan. Menganalisa kebudayaan bisa dengan menggunakan struktur seperti yang ada pada linguistik dimana semua berjalan berkaitan dengan kekerabatan yang ada pada kelompok masyarakat.

Pertimbangan yang ada bahwa perkembangan linguistic berkait erat dengan perkembangan kekerabatan yang ada pada masyarakat sebagai simbol dasar untuk memasuki analisis yang lebih dalam kelompoknya. Individu-individu yang berkumpul ternyata menghasilkan berbagai teori dasar bagaimana masyarakat berkembang bisa di ketahui dari jaringan kebudayaan dan strukturnya sehingga para pengamat bisa mengkalkulasi sejauh mana perkembangan kebudayaan tersebut. Strukturalisme mengalami masa-masa yang sangat Berjaya bahkan menimbulkan kajian tersendiri serta banyak sekali ilmuwan sosial menjadi strukturalis. Kecanggihan strukturalisme sebagai suatu metode bisa diterapkan terhadap ilmu sosial yang lain selain kajian budaya antropologi.

Perkembangan ilmu-ilmu sosial seakan-akan menemukan roh baru ketika antropologi mengkaji strukturalisme sebagai suatu cara baru untuk pengembangan penelitian. Sekedar perbandingan strukturalisme menjadi sangat popular, mungkin hampir sama dengan ditemukannya evolusianisme pada ilmu-ilmu biologi pada abad 18. Para antropolog bisa mendeskripsikan kasus-kasus kebudayaan di dunia dengan metode ini. Kebudayaan yang selama ini terbungkus dengan berbagai mitos bisa dibuka bahkan diiris-iris layaknya bawang atau buah yang lain. Banyak alam bawah sadar dalam mitos serta konflik batin yang sangat tersembunyi dengan berbagai relasi dan kajian yang ada bisa diketahui. Dongeng-dongeng yang tidak masuk akal, legenda, mitos, tahayul yang bagi ilmu-ilmu ilmiah tidak masuk akal menjadi sangat terang benderang ketika didekati dengan konsep serta asumsi dasar yang ada pada strukturalisme.