Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Manifesto Seksualitas (Sigmund Freud)

Judul: Manifesto Seksualitas
Penulis: Sigmund Freud
Penerbit: Titah Surga, 2014
Tebal: 178 halaman
Kondisi: Baru (bagus)
Harga: Rp. 45.000 (belum ongkir)
Order: SMS 085225918312



Meski banyak dikecam karena selalu berkutat di "dunia seksual", namun terbukti hingga saat ini, teori-teori psikoanalisis Sigmund Freud masih banyak digunakan. Para terapis, konselor atau siapa pun yang bergerak dalam bidang konsultasi psikologis, banyak menggunakan dan memetik manfaat besar dari dasar-dasar dan teknik yang diberikan Freud dalam analisis kejiwaan. Sebagian di antara mereka mengambil seluruh "doktrin" psikoanalisis Freud dan sebagian lain hanya menggunakan "metode" yang ditempuh Freud.

Senyatanya Freud-lah yang menciptakan psikoanalisis, ia pula yang membela mati-matian aliran ini pada awal pertumbuhannya, fase di mana terjadi perpecahan di antara para perintis aliran ini. Terjadi perbedaan pandangan antara Sigmund Freud dengan Carl Gustav Jung, murid sekaligus koleganya. Dalam pandangan Jung, isi dunia bawah sadar tidak sebatas "dunia seksual" sebagaimana diyakini Freud. Sebaliknya, dunia bawah sadar mencakup ranah yang lebih luas. Freud justru menolak pandangan ini, sekaligus melancarkan tuduhan, bahwa Jung telah membelokkan arah dan mengaburkan watak psikoanalisis, dan karenanya pula ia tidak lagi berhak untuk membawa-bawa istilah psikoanalisis. Mendapat tuduhan itu, Jung balik menukas dengan menyatakan bahwa Freud berlaku layaknya seorang ayah yang angkuh, yang menempatkan otoritas di atas kebenaran. terutama karena sikapnya yang menekankan agar orang tidak mengganggu-gugat teori Oedipusnya. Beda pandang ini pada akhirnya berujung pada keretakan antara guru-murid yang tidak dapat diselamatkan lagi dan membuat keduanya memilih jalan sendiri-sendiri. Apa pun yang terjadi di antara mereka, yang jelas sampai sekarang, tampak bahwa pengaruh Freud dirasa lebih besar dibanding Jung, kecuali dalam ranah keagamaan, di mana tesis-tesis Jung lebih banyak diterima dibanding Freud.

Buku ini, selain membahas persoalan penyimpangan seksual (sexual aberration), juga memaparkan tahap-tahap perkembangan seksualitas individu. Tema yang kedua ini dibahas dengan memisahkan antara seksualitas masa kanak kanak dan seksualitas periode kematangan (periode di mana individu telah mencapai kematangan seksual).

Dalam menjelaskan penyimpangan seksual, Freud berpijak pada konsep; objek seksual (sexual object) dan tujuan seksual (sexual aim). Objek seksual bertalian dengan arah pilihan sasaran aktivitas seksual, apakah diarahkan kepada sesama jenis (homosexual), lain jenis (heterosexual) ataukah kombinasi antara keduanya (bisexual). Pemilihan objek seksual terhadap sesama jenis disebut pembalikan (inversion).

Terdapat tiga jenis inversi, yakni; inversi absolut, inversi dua arah - secara menetap - serta inversi tidak menetap. Mengenai munculnya inversi ini, Freud lebih menekankan faktor pengalaman (acquired) daripada faktor bawaan (innateness) kecuali pada inversi absolut. Di samping inversi, Freud juga menunjukkan jenis penyimpangan seksual lain, misalnya pemilihan binatang sebagai objek seksual. Mengenai penyimpangan berdasarkan tujuan seksual, Freud berangkat dari titik pijak bahwa tujuan seksual yang mendasar adalah penyatuan alat kelamin (sexual union, penetrasi penis ke dalam vagina). Namun, di luar tujuan tersebut ternyata Freud menjumpai banyak kasus yang tidak lazim. Penyimpangan yang disebut perversi ini misalnya terjadi lewat pemanfaatan bagian-bagian tubuh yang bukan daerah genital dalam aktivitas seksual, misalnya pemanfaatan lubang anus dan mulut. Selain itu perversi juga dapat dijumpai pada aktivitas seksual yang memanfaatkan "objek-objek yang tidak lazim", misalnya dalam kasus fetisisme, atau cara pemerolehan tujuan seksual yang "aneh" seperti dijumpai pada kasus ekshibisionisme.

Keterangan Freud mengenai seksualitas masa kanak-kanak sedikit banyak mengejutkan. Pasalnya, selama ini asumsi populer telanjur menganggap bahwa insting seksual belum tampak pada masa kanak-kanak dan baru muncul pada periode pubertas seiring dengan kematangan seksual yang dialami individu. Meski demikian, Freud berupaya untuk mengungkapkan seksualitas masa kanak-kanak secara detail. Insting seksual individu pada masa kanak-kanak pada mulanya masih belum terdiferensiasi secara jelas dengan insting mencari makan. Kepuasan seksual pada tahap kanak-kanak diperoleh individu bersamaan dengan aktivitas menyusu pada ibu. Setelah melewati periode ini aktivitas seksual kanak-kanak tertuju pada pemanfaatan bagian tubuh sendiri sebagai objek. Atau dengan kata lain seksualitas masa kanak-kanak memiliki ciri autoerotik. Seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu, berlangsung pemilihan atau seleksi objek seksual yang pasti. Kematangan biologis yang dicapai pada periode ini mendorong individu untuk mengarahkan seleksi objek seksual ke luar dirinya. Meskipun hal ini tidak secara langsung menghapus jejak-jejak autoerotisme yang berkembang pada fase sebelumnya.

Buku ini menyumbang manfaat yang besar terutama bagi para orang tua, pendidik atau kalangan lain terutama yang menaruh minat pada pendidikan anak dalam upaya untuk turut membantu membangun seksualitas pribadi yang sehat dan normal. Buku ini juga memberikan manfaat yang besar dalam usaha untuk memahami perversi seksual yang tampaknya kini menjadi gaya baru dalam seksualitas masyarakat.