Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Cakramanggilingan: Makna Hidup dalam Kearifan Tradisional

Judul: Cakramanggilingan: Makna Hidup dalam Kearifan Tradisional
Penulis: Wawan Susetya
Penerbit: Kreasi Wacana, 2007
Tebal: 452 halaman
Kondisi: Buku stok lama (bagus)
Harga: Rp. 60.000 (belum ongkir)
Order: SMS 085225918312


Bagi orang Jawa, tentu, tidak asing lagi dengan sebutan Tembang (Tembang Jawa). Namun demikian, bagaimana pembagian klasifikasi mengenai Tembang Jawa, tentu, masih banyak yang belum mengetahui secara detail! Maklum, semakin berkembangnya zaman - terlebih pada era globlalisasi dewasa ini - nampaknya nilai-nilai seni-budaya makin kurang diminati, sehingga menjadikannya semakin surut. Derasnya arus budaya Barat yang masuk ke Indonesia - khususnya Jawa - sedikit banyak menyebabkan lunturnya nilai-nilai Ketimuran, termasuk di dalamnya nilai-nilai seni budaya Jawa.

Dalam khasanah seni-budaya Jawa, Tembang Macapat ini mencakup 11 (sebelas) pupuh (tembang) yakni sebagai berikut; 1) Mijil, 2) Sinom, 3) Asmarandana, 4) Kinanthi, 5) Dhandhanggula, 6) Maskumambang, 7) Durma, 8) Pangkur, 9) Gambuh, 10) Megatruh, dan 11) Pucung.

Tembang Macapat - dari Mijil sampai Pucung di atas - ternyata merupakan potret ‘siklus kehidupan’ manusia atau gambaran ‘perjalanan hidup manusia’ sejak lahir (mijil) sampai mati atau menjadi pocongan (pucung). Itulah ajaran keselamatan ‘Kejawen’ yang tertanam di hati sanubari melalui tembang. Alunan tembang tersebut didendangkan setiap kesempatan dalam senandung nyanyian-nyanyian (kekidungan lan ura-ura), diresapi dalam rasa dan diingat dalam akal budi sampai turun-temurun. Irama Tembang Macapat menggambarkan siklus kehidupan manusia dalam ‘alam purwa, madya, wasana’ (dunia awal, kini, dan akhir); yakni semenjak ada (lahir), kemudian hidup di dunia sampai meninggal dunia (mati).

Dan, itulah refleksi dari ‘siklus kehidupan’ atau ‘perjalanan manusia’ yang direkam dalam Tembang Macapat oleh para Pujangga Jawa; ibaratnya seperti ‘cakramanggilingan’ (roda berputar dalam kehidupan manusia).

Semua itu terekam dalam buku ini; CAKRAMANGGILINGAN, Makna Hidup dalam Kearifan Tradisional, Penerbit Kreasi Wacana Yogyakarta, 2007.