Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Tekstualitas Al-Qur’an (Kritik terhadap Ulumul Qur’an)

Judul: Tekstualitas Al-Qur’an (Kritik terhadap Ulumul Qur’an)
Penulis: Nasr Hamid Abu Zaid
Penerbit: LKiS, 2001
Tebal: 446 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Terjual Bandung 


Membaca pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid, kita akan mendapatkan kerancuan pemahamannya terhadap Al-Qur’an. Konsep wahyu adalah salah satu yang sangat menonjol dari kerancuan itu. Ia memahami bahwa wahyu (Al-Qur’an) itu diturunkan secara maknawi kepada Jibril, sedangkan lafaznya (teks) dari Jibril dan Muhammad yang meriwayatkannya dan mengolahnya. Selain itu, menurutnya bentuk wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bentuk ilham. Karena Allah menurunkan Al-Qur’an ke dalam hati Muhammad.

Membahas Muhammad sebagai penerima wahyu pertama, berarti tidak membicarakannya sebagai penerima pasif.  Apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. tidak murni lagi sebagai wahyu Ilahi, tapi sudah diekspresikan dalam kemampuan intelektual dan linguistik Muhammad Saw., sehingga ia menyimpulkan Al-Qur’an sebagai “spirit wahyu”. Karena ia berubah dari tanzil menjadi ta’wil, dari wahyu menjadi teks. Dalam pandangannya, kebenaran wahyu tidak bisa dianggap sakral, karena Muhammad sebagai penerima wahyu pertama sekaligus penyampai wahyu (Al-Qur’an)  adalah bagian dari realitas dan masyarakat. Ia adalah buah dan produk masyarakat.  Tentu, wahyu (Al-Qur’an) juga dipengaruhi oleh realitas dan masyarakat.

Karenanya, Al-Qur’an dalam pandangannya tidak berbeda dengan teks-teks lain. Pemahaman tersebut jelas bermasalah dari keyakinan Islam.Ia juga menyalahi pesan Al-Qur’an, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauanhawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Al-Qur'an sebagai sebuah teks, dapat ditafsirkan secara terbuka (plral), maka wajar bila dalam setiap rentang waktu tertentu terjadi pergulatan penafsiran yang beraneka ragam. Buku ini merupkan salah satu sayap penafsiran radikal yang menolak Al-Qur'an didekati secara dogmatis-ideologis. Sebagai sanggahannya, penulis melakukan pembongkaran atas Konsep Teks dan Wahyu melalui metode analisis teks. Dengan pembongkaran ini, kajian atas Al-Qur'an menjadi semakin menarik, merangsang perdebatan ini melahirkan konsep baru yang radikal terhadap eksistensi Al-Qur'an, sebagaimana semangat revolusioner-radikal penulis yang merekomendasikan perlunya pembacaan ulang secara serius atas ilmu-ilmu Al-Qur'an dan sekaligus melakukan kritik atasnya.