Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Satrio Piningit ing Kampung Pingit

Judul: Satrio Piningit ing Kampung Pingit (Mangan Ora Mangan Kumpul-4)
Penulis: Umar Kayam
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti
Tebal: 269 halaman
Kondisi: Buku baru stok lama (bagus)
Harga: Rp. 80.000 (belum ongkir)
Order: SMS 085225918312


Sebagai guru besar pada Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Umar Kayam memang sudah meletakkan baju toganya empat tahun lalu. Tapi, tangannya tak pernah mau berhenti menuangkan idenya ke dalam tulisan, baik berupa novel, cerita pendek, maupun esai. Di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, misalnya, setiap Selasa ia mengisi rubrik Kolom Umar Kayam.

Ada 75 judul tulisan dimuat dalam rentang 1997-1999 di harian itu, lalu dikumpulkan dalam buku ini, yang merupakan seri keempat dari buku Mangan Ora Mangan Kumpul. Semuanya dikemas dalam gaya guyonan, atau "gleyengan" dalam istilah sastrawan Sapardi Djoko Damono, sebuah bentuk penyampaian sindiran, protes, nasihat, dan usul, sambil becanda.

Aneka tema, mulai persoalan rumah tangga sampai masalah yang sedang hangat di masyarakat, tak pernah luput dari mata penanya. Misalnya, kreativitas wong cilik mengais pendapatan sampingan di masa krisis moneter, kesulitan membedakan gambar partai politik yang bermiripan, kekhawatiran membubungnya harga kertas, dan gejolak era reformasi.

Tema itu lalu "dimainkan" oleh "dramatic personae" yang juga unik: Pak Ageng, Prof. Dr. Lembahamba, Mas Prasodjo, Beny Prakoso, Tolo- Tolo, Mr. Rigen, dan Ms. Nansiyem. Simak saja tulisan berjudul Satrio Piningit, yang ditulisnya pada musim kampanye pemilu. Saat itu beredar kabar akan munculnya seorang satrio piningit.

Umar Kayam menanggapinya dengan enteng. Satrio Piningit, yang konon sosoknya masih "disembunyikan" itu, jangan-jangan berada di Kampung Pingit, Kecamatan Tegalrejo, tepatnya di sebelah barat Tugu Kota Yogyakarta. Diulas juga tokoh-tokoh yang setia di bidangnya, antara lain: ulang tahun ke-80 pelukis senior Widayat, meninggalnya Profesor Masri Singarimbun, yang dikenal dengan kampanye kondomnya.

Oleh: Joko Syahban