Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Pesan-pesan Takwa (Nurcholis Madjid)

Judul: Pesan-pesan Takwa (Kumpulan Khotbah Jumat di Paramadina)
Penulis: Nurcholis Madjid
Penerbit: Paramadina, 2000
Tebal: 265 Halaman
Kondisi: Bekas (cukup)
Stok Kosong

Sejauh menyangkut pandangan-pandangan keislaman, rasanya banyak kaum terpelajar di negeri ini masih memegang Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Tulisan-tulisan Cak Nur, juga ceramah-ceramahnya, begitu memikat, dan selalu mampu menjelaskan setiap masalah keagamaan secara komprehensif dan radikal. Cak Nur suka benar menjelaskan setiap terminologi keislaman yang sebenarnya sudah begitu akrab dengan kita dalam kehidupan sehari-hari, secara jernih dan mendasar.

Demikian juga halnya dengan buku Pesan-pesan Takwa ini. Buku yang ditranskripsi dengan ketekunan dan ketelitian luar biasa oleh Asrori S. Karni, dari khotbah-khotbah Cak Nur di Paramadina, ini (bayangkan menstranskrip khotbah yang disampaikan secara oral) juga sangat kaya. Meski banyak pengulangan dengan tema-tema tulisan sebelumnya, buku ini tetap memberikan pengertian baru.

Salah satu yang relatif baru adalah uraiannya mengenai hakikat "pulang" yang dikaitkan dengan takwa dan zikir. Uraiannya tentang "pulang" begitu menyentuh dan beraroma sufistik. Ini mengingatkan kita pada cerita-cerita alegoris-mistis dalam Musyawarah Burung karya Fariduddin Attar, atau bahkan cerpen-cerpen Danarto dalam Adam Ma'rifat (1982) atau Godlob (1987). Kata "pulang" sangat sufistik, kalau bukannya malah mistis.

Setelah mengutip sebuah ungkapan dalam khazanah sufisme (tepatnya: mistik Islam kejawen) sangkan paran (mungkin yang dimaksudkan: sangkan paraning dumadi), yang artinya "asal dan tujuan hidup", Cak Nur meyakinkan bahwa ungkapan tersebut tidak lain merupakan terjemahan yang hampir-hampir harfiah dari ayat Al-Quran inna lillahi wa inna ilaihi roji'un (kita semua berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya).

Karena semuanya berasal dari Tuhan, kata Cak Nur, "Semua orang ingin kembali kepada Tuhan." Hidup ini adalah perjalanan ingin kembali. Kembali ke asal. Kita semua ingin kembali pulang. Kalau seseorang tidak berhasil pulang, ia disebut tersesat. Dan ketersesatan itu tidak bisa ditebus. Meskipun ditampung di rumah yang lebih mewah dari rumahnya sendiri, ia tetap akan sengsara. Ia tetap ingin pulang.

Pulang, kata Cak Nur, adalah gejala psikologis, bukan fisik. Maka pulang adalah suatu pemenuhan hasrat untuk kembali ke asal. "Semua proses kembali ini," demikian kata Cak Nur, "yang paling mutlak ialah kembali kepada Allah SWT." Dimensinya spiritual. Anak kecil yang berhenti menangis karena didekap ibunya lebih merupakan gejala psikologis semata. Tetapi, kalau kita berhasil berada dalam dekapan Allah SWT, itu adalah pengalaman rohani yang jauh lebih dalam. Asal dari segala asal adalah Allah (halaman 107).

Bagaimana dengan orang-orang yang gagal pulang? Orang-orang ini dalam Al-Quran disebut dhallun, yang artinya orang-orang yang sesat. Menurut Cak Nur, "sesat" di sini artinya orang yang tidak sanggup kembali ke asal. Dhallun adalah mereka yang tidak sanggup kembali kepada Allah karena tidak pernah mencoba membangun hubungan yang baik dengan Allah melalui ibadah dan zikir. Sebab, salah satu unsur penting takwa adalah zikir, yang merupakan wujud keinginan kembali kepada Allah SWT.

Demikianlah Cak Nur kalau kini bicara agama. Pesan-pesan takwa yang disampaikan melalui khotbah-khotbahnya kali ini begitu terasa enak dan menyentuh kalbu. Walhasil, kalau bicara agama, bisa dijamin Cak Nur memang orangnya. Agaknya, terhadap pemikir Islam besar yang dulu mengusung jargon "Islam, yes!; Partai Islam, no!" ini, kita boleh gantian mengatakan kepadanya, "Pesan takwa, yes; Pesan politik, no!"

Oleh: Hajriyanto Y. Thohari, Direktur INSE