Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Paulo Freire: Kehidupan, Karya dan Pemikirannya

Judul: Paulo Freire: Kehidupan, Karya dan Pemikirannya
Penulis: Denis Collins
Penerbit: Pustaka Pelajar, 1999
Tebal: 188 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 35.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Manusia menurut Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia. Manusia dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat historis manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah juga sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah.

Dennis Collins mengungkapkan dalam bukunya tentang pemikiran yang mempengaruhi Paulo Freire. Menurutnya dia tidak mungkin untuk menyebutkan setiap orang yang membentuk pemikirannya, tetapi dia mengungkapkan bahwasanya ada lima jaringan filosofis yang bergabung dengan humanisme klasik Paulo Freireuntuk membentuk pemikirannya. Mereka adalah sebagai berikut: Pertama, Personalisme merupakan salah satu jaringan filosofis yang mempengaruhi pemikiran Freire. Dari sekian banyak tokoh personalisme, karya yang sering dibaca adalah karya Emanuel Mounir dalam perkembangan intelektualnya. Mounier adalah seorang intelektual prancis yang terkenal dengan perlawanannya terhadap Hitler, adalah editor jurnal L’Esprit sampai saat kematiannya di tahun 1950.

Banyak tema yang ditemukan dalam filsafat sejarah Mounier kemudian ditemukan juga dalamfilsafat Paulo Freire: bahwa sejarah mempunyai arti, bahwa selain perang danbencana lain, sejarah telah mendorong ke arah perbaikan dan pembebasan umat manusia, bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan adalah perkembanganperkembanganyang menggembirakan dalam gerak sejarah menuju kemajuan, danbahwa manusia mempunyai misi yang mulia, yakni menjadi agen bagipembebasannya sendiri. Personalisme bukanlah suatu sistem politik, atau bahkan suatu filsafat yang lengkap. Ia adalah sebuah perspektif, suatu cara pandang terhadap dunia yang optimis dan sebuah seruan untuk bertindak yang merupakan karakter Pemikiran Paulo Freire yang tak terhapuskan.

Kedua, Eksisitensial. Beberapa tokoh eksistensial dalam tulisannya mempengaruhi pemikiran Paulo Freire adalah Sartre, Jaspers, Marcel, Heidegger, Camus, Buber, dan filsuf lain yang berada dalam klasifikasi umum para pemikir Eksistensialisme. Pengaruh terhadap Paulo Freire tidak dapat dilacak, namun orang masih tetap dapat mengenali keprihatinan dan nilai- nilai yang berasal dari filsafat Eksistensialisme. Hasratnya terhadap “tindakan nyata mengetahui”, “otentisitas pendidikan”, situasi keberadaan yang otentik danyang tidak otentik”, dan terhadap kebebasan bagi kaum lelaki dan perempuan untuk menjadi subjek - semua itu adalah isu-isu Eksistensialisme. Di atas semuanya, penekanan Paulo Freire kepada dialog sebagai alat yang penting dalam metodologinya dan sebagai kriteria penghakiman tingkat di mana penindasan dan keterbukaan melambangkan struktur politik yang ada, membuktikan seberapa besar Paulo Freire menjunjung intersubyektivitas. Penekanan kaum Eksistensialis pada kebebasan manusia untuk memilih dan bertindak mengambil bentuk dalam diri para pengarang yang menghilangkan mitos atas alasan-alasan mengapa seseorang atau suatu masyarakat memilih tujuan-tujuan, nilai-nilai struktur ekonomi dan bentuk pemerintahan tertentu. Metodologi Paulo Freire maju lewat diskusi-diskusi tentang alasan mengapa orang merasa terbatas dalam pilihan-pilihan mereka atau mengapa mereka berpikir tentang diri mereka sebagai manusia untuk orang lain bukannya dirimereka sendiri sebagai manusia bebas untuk diri mereka sendiri. Para pendidik Eksistensialis menginginkan “mengetahui” menjadi penting bukan karena keputusan sadar seseorang untuk mengetahui dan menjadi berketrampilan. Perbandingan dengan Paulo Freire antara “pendidikan gaya Bank” dengan “tindakan nyata mengetahui, sesuai dengan tudingan Eksistensialis, atas nama kebebasan pribadi, kepada sekolah-sekolah tradisional.

Ketiga, Fenomenologi yang pembahasannya tidak lagi bagi Paulo Freire. Dia menggunakan istilah konsientisasi dan perhatian Paulo Freire pada keadaan kesadaran manusia telah sering membuat dirinya dituduh sebagai seorang idealis, seorang pemimpi yang ingin merubah realita sosial dengan perubahan sederhana pada kesadaran manusia. Mengatakan bahwa kebutuhan refleksi atas kesadaran orang dan kesadaran kelompok merupakan sisi istimewa danpemikiran dan metodologi Paulo Freire. Namun perhatiannya pada kesadaran lebihutama dibandingkan keinginan untuk merubah kesadaran orang lain. Paulo Freire menggunakan investigasi realita dan kesadaran fenomenologis untuk menyingkap cara mengetahui manusia. Hal ini dilakukan sehingga ia dan murid-muridnya dapatsampai pada penemuan diri mereka sendiri sebagai bagian dari realita, membedakannya dari kenyataan yang bukan merupakan realita dari seseorang subjekyang mengetahui, dan mampu mengujinya. Meskipun kegemarannya untuk memfilsafatkan kesadaran dalam karya tulisnya membuat banyak kritikus jengkel, dalam prakteknya penyelidikan yang ia lakukan tentang kesadaran dan penampilan manusia menuntun pada penemuan (1) pengkondisian sosial kesadaran manusia, dan (2) kekuatan subjek yang berpikir untuk bertindak demi kepentingannya sendiri.

Keempat, yang merupakan jaringan filosofis yang mempunyai pengaruh terhadap pemikiran Paulo Freire adalah Marxisme. Dari cerita kehidupan Paulo Freire membuat ketertarikannya pada penafsiran-penafsiran sejarah dan budayaMarxis dapat dipahami. Paulo Freire dituding bersalah karena kontradiksi dalam gagasan klasiknya tentang manusia sebagai makhluk bebas yang radikal dan karenapenerimaanya kepada pandangan dialektis, atau pandangan Hegel tentang manusia yang didukung oleh Marx. Paulo Freire dikutuk dengan lebih keras lagi, seperti kitaketahui, karena dukungannya pada kekerasan revolusioner dalam pedagogy of thepressed. Tetapi Paulo Freire adalah seorang Amerika Latin, dan perbedaan yang ada di sana antara yang kaya dan yang miskin, antara yang berkuasa dan yang tidak punya kuasa, menimbulkan kesulitan untuk memandang hidup sebagai sesuatu yanglebih dari sekedar perjuangan untuk sisi kemanusiaan yang lebih besar. Apapun kelemahan karena terlalu menyederhanakan sejarah, ekonomi dan sosiologi dalam karya Marx dan para pemikir sosialis setelahnya yang sering dikutip oleh PauloFreire, pemikiran dialektis didorong dan dirangsang dalam suatu lingkungan di mana perbedaan tampak begitu jelas. Dalam revolusionernya, radikalisme Paulo Freire tetap terpisah dari sistem politik manapun. Dan tidaklah mengherankan bila mengakui bahwa ia tidak memiliki semua jawaban. Tetapi ia percaya bahwa bilarakyat diberi kebebasan, mereka akan dapat membangun suatu sistem politik yangresponsive terhadap semua kebutuhan mereka.

Pendidikan harus diarahkan pada tindakan politik, namun Paulo Freire enggan mengatakan bentuk tindakan apa yang harus diambil dibalik sosialisme yang samar. Kelima, Kristianitas; ini merupakan salah satu jaringan filosofis yang terakhir yang mempengaruhi pemikiran Paulo Freire. Paulo Freire yang dilahirkan dalam lingkungan Katolik, dia sebagai seorang yang dewasa memutuskan untuk mempraktekkan imannya, namun tidak dengan cara tradisional (selama “tradisi” masyarakat Amerika Latin itu mensejajarkan mayoritas anggota Gereja dengan kekuatan reaksioner). Tradisi Paulo Freire adalah tradisi paraNabi dalam perjanjian lama dan tradisi Kristus yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam seperti kelaparan, kehausan, dan ketelanjangan sesama orang (dipandang dari segi yang mengabaikan ketidakacuhan dari pihak para muridnya). Paulo Freire tidak mempunyai kesabaran kepada Gereja tradisional maupun Gereja modern; ia terpesona pada masa depan sebuah Gereja yang mempraktekkan apa yang dikhotbahkan. Ia percaya bahwa teologi-teologi baru mungkin dapat memulihkan urgensi Kristen fundamental demi perubahan di Amerika Latin dan ditempat-tempat lain. Paulo Freire berkata bahwa gagasan yang menggambarkan duniadan kontradiksi sosial sebagai situasi yang dititahkan dari keabadian Tuhan akan melumpuhkan kegiatan-kegiatan manusia. Penggunaan konsep dan simbol-simbol Kristen dalam pendidikan radikal oleh Paulo Freire tak diragukan lagi mengundang interprestasi sinis yang mengatakan: ‘Ah…ini dia Freire, srigala subversive berbulu domba yang lain! Dia menggunakan agama Kristen untuk menipu petani dan memperoleh kepercayaan mereka”. Tetapi hal tersebut adalah merupakan sekedar sinisme belaka

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2187511-pemikiran-paulo-freire