Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Oposisi Islam

Judul: Oposisi Islam
Penulis: Dr. Neveen Abdul Khalik Musthafa
Penerbit: LKiS, 2012
Tebal: 503 halaman

Dalam politik modern, demokrasi dianggap sebagai sistem paling humanis, dengan asumsi bahwa suara mayoritas adalah pengendali sebuah tatanan kenegaraan. Konstelasi politik dengan sistem demokrasi pun terbuka manakala aspirasi rakyat dihargai dan didengarkan sebagai gaung stabilitas negara dan pemerataan kesejahteraan. Secara konseptual, demokrasi dipandang sebagai sistem yang lebih memihak pada kepentingan orang banyak.

Salah satu indikasi demokrasi adalah adanya kelompok oposisi yang selalu berusaha mengontrol setiap kebijakan penguasa. Sebuah negara akan menjadi berimbang ketika suara oposisi menjadi kontrol politik untuk memperjuangkan hak-hak rakyat banyak. Dengan demikian, bisa dibilang, demokrasi tanpa oposisi hanya akan menyamai sistem otoritarianisme, yang di dalamnya kebijakan hanya berasal dari satu arah: penguasa.

Terkait dengan demokrasi dan oposisi, Barat sering memandang negara-negara Islam sebagai negara yang antidemokrasi, otoriter, dan diktator. Mereka tidak melihat adanya oposisi. Kalaupun ada, oposisi masih berupa pemberontakan anarkis dan di masa kini berupa demonstrasi anarkis. Dengan demikian, sistem politik kenegaraannya dipandang kolot, tradisional, dan konservatif.

Namun pandangan itu dipatahkan secara mentah-mentah oleh Dr. Neveen melalui buku ini. Ia menolak bahwa Islam adalah agama yang anti terhadap demokrasi. Antara Islam dan demokrasi adalah dua hal yang serasi dan selaras. Ia juga berpendapat, mengkaji tema oposisi dalam nalar politik Islam semakin krusial untuk melawan berbagai pendapat yang didukung oleh persepsi Barat mengenai peradaban Timur (Islam).

Jika membaca sejarah politik Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa Rasyidun, implementasi demokrasi justru sangat kentara. Sementara itu, ketika politik jatuh pada Dinasti Umayah dan Abbasiyah, demokrasi tertutup oleh otorarianisme khalifah (penguasa). Namun, secara teoretis-konseptual, nilai-nilai Islam sangat relevan dengan esensi demokrasi. Bahkan oposisi dinyatakan dalam Islam sebagai amar ma'ruf nahi munkar. Dengan demikian, oposisi juga diajarkan oleh Islam, baik secara agama, politik, maupun sosial. Bahkan cakupannya justru lebih universal.

Oposisi dalam pemikiran politik Islam dikenal dalam dua bentuk, yaitu oposisi aktif dan oposisi pasif. Oposisi aktif terwujud dalam sikap sejumlah individu dan gerakan-gerakan kolektif yang terwujud dalam pemberontakan atau dalam bentuk pemikiran oposisi. Adapun oposisi pasif terlihat pada sejumlah sikap beberapa sahabat yang mengasingkan diri dari konflik khilafah yang sedang terjadi. Sikap mereka seperti ini menjadi sandaran bagi beberapa persepsi yang mendukung konsep "sabar" sebagai metode untuk menyatakan oposisi pasif.

Setidaknya, dua bentuk oposisi yang ada dalam nalar dan pemikiran politik Islam itu menolak pandangan stereotipe Barat. Bentuk oposisi tersebut menjadi bukti bahwa Islam juga berperan dalam percaturan sosial dan politik, Islam adalah universal, dan Islam adalah gerakan keadilan secara sosial. Bertolak belakang dengan persepsi dan penilaian Barat, pada dasarnya Islam jauh lebih dahulu memiliki tradisi oposisi dan demokrasi. Islam telah mengonsepkan tentang ajaran keadilan, persaudaraan, persamaan, kebebasan, dan demokrasi sebelum negara-negara Barat mendengungkannya. Jauh sebelum Revolusi Prancis dan Inggris meletus.

Dalam buku ini, pembaca diajak menelusuri genealogi oposisi yang ada dalam Islam. Di samping itu, buku setelab 502 halaman ini membuktikan kepada dunia, terutama Barat, bahwa politik Islam tidak sesuai dengan tuduhan mereka.

Supriyadi
Pengamat sosial pada Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta