Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Manusia Menjadi Tuhan

Judul: Manusia Menjadi Tuhan (Pergumulan antara Tuhan Sejarah dan Tuhan Alam)
Penulis: Erich Fromm
Penerbit: Jalasutra, 2002
Tebal: 358 halaman
Kondisi: Bekas (bagus)
Stok Kosong

Usaha manusia untuk sampai pada derajat yang paling tinggi (derajat ketuhanan) terus dilakukan dalam sejarah. Mungkin usaha ini cocok kita sebut sebagai sebuah sejarah pencarian Tuhan. Mulai dari Adam, sampai manusia terakhir yang nanti menghuni dunia.
Terusirnya Adam dari Surga

Diusirnya Adam dari surga merupakan petaka awal bagi kehidupan manusia, juga merupakan sejarah awal bagi manusia. Bayangkan, jika Adam dan Hawa tidak diusir dari surga, mungkin kita akan berada di sana, menikmati surga, yang di dalamnya terdapat sungai susu, sungai arak, juga bidadari-bidadari yang katanya cantik mempesona. Begitulah kiranya Erich Fromm menceritakan gagasannya dalam buku yang berjudul  Manusia Menjadi Tuhan: Pergumulan antara Tuhan Sejarah dan Tuhan Alam.

Fromm mengatakan dalam bukunya bahwa diusirnya Adam dan Hawa dari surga merupakan sebuah ketakutan Tuhan. Ketakutan adanya saingan, Tuhan takut manusia akan menjadi Tuhan. Karena konon menurut cerita, Adam memakan buah kehidupan yang dapat membuatnya kekal, sehingga hal itulah yang menjadi ketakutan bagi Tuhan menurut Fromm.

Setelah berabad-abad manusia hidup, mereka terus mencari siapa sebenarnya yang mereka katakan sebagai Tuhan. Siapa yang menjadi penolong mereka, siapa yang lebih besar dan kuasa dari mereka. Dari proses pencarian inilah yang menyebabkan konsep mengenai Tuhan selalu berubah-ubah dari zaman ke zaman.

Seperti halnya kata “sayang”, yang diucapkan seorang anak kecil kepada ibunya tentu berbeda maknanya dengan kata sayang yang diungkapkan oleh orang dewasa (entah kepada kekasihnya atau kepada orang lain).

Perbedaan masa waktu juga yang selalu membuat Tuhan untuk menampakkan sosok yang berbeda. Dia bisa menjadi Tuhan Yang Mahakuasa Tak Terbantahkan, namun bisa pula menjadi Tuhan Yang Maha Pemurah.

Hal ihwal ini terjadi saat Adam memakan buah dari pohon kehidupan. Bagaimana Tuhan menampakkan sifatnya sebagai yang kuasa, kuat, dan tak kenal kompromi. Tuhan marah besar sehingga Adam yang Ia muliakan diusir dari surga oleh Dia sendiri.
Sejarah Pencarian Tuhan
Namun hal ini berbeda pada saat Ibrahim diutus. Dalam Perjanjian Bibel; Ibrahim berargumen kepada Tuhan, tatkala Tuhan ingin menghancurkan Sodom dan Gomorah karena kedurjanaan mereka. Ibrahim tidak tega karena kedurhakaan;dua orang; harus menghancurkan atau membinasakan yang lainnya.

Oleh karena itulah Ibrahim mengajukan opsi kepada Tuhan. Dan pada saat Tuhan berhadapan dengan Ibrahim seolah-olah Tuhan dapat diajak berkompromi, dan tidak lagi menjadi Tuhan yang otoriter.

Perjanjian lain juga ditemukan antara Tuhan dengan Nuh. Tuhan berkata, “Aku menegaskan perjanjian-Ku denganmu (Nuh), bahwa tidak akan ada lagi jiwa yang tenggelam dalam bah, dan tidak akan ada lagi bah yang menghancurkan bumi.”Ide menyusun perjanjian, memang merupakan salah satu langkah yang menentukan dalam perkembangan keagamaan kaum Yahudi.

Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang bergelar Kholilullah atau kekasih allah dilahirkan ditengah tengah masyarakay yang penuh dengan kekufuran dan kemusrikan. Dalam Al-quran di jelaskan bahwa ayah Nabi Ibrahim adalah Azar dan dalam bahasa pada kitab Taurat nama dari Nabi Ibrahim adalah Tatroh bin Tunar bin Siruh Bin Sam Bin Nuh AS.

Pada zaman Nabi Ibrahim ini telah berkuasa seorang raja yang zalim dan suka bertindak semena-mena terhadap rakyatnya. Raja tersebut adalah Raja Namrudz yang mengaku sebagai tuhan. Raja narmudz beserta rakyat-rakyatnya menyembah berhala termasuk ayah Nabi Ibrahim sendiri yang juga ahli dalam membuat berhala yang sangat disukai oleh raja Namrudz.

Pada suatu ketika raja Namrudz ini mendapat firasat memalui mimpi bawa kelak akan lahir seorang anak laki-laki yang dapat membahayakan kekuasaannya. Dengan pertanda mimpi tersebut raja Namrudz menjadi sangat gelisah dan cemas, takut bila mimpinya tersebut akan benar-benar terjadi dan mengulingkan kekuasaannya. Maka Namrud ini membuat undang-undang untuk memebunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.

Ketika Nabi Ibrahim AS ini dilahirkan, ayahnya puntak kuasa untuk membunuh anaknya yang tersayang ini. Maka dari itu sang ayah memutuskan untuk membuang bayi ini ke dalam hutan, dengan pikiran bahwa nanti bayi ini akan mati dan juga dimakan oleh binatang buas yang ada dihutan.

Tetapi atas kehendak Allah SWT diluar batas kemampuan dan pola fikir manusia, nabi Ibrahim tetap hidup dalam penjagaan Allah SWT. Sehingga tak ada satupun binatang yang binatang buas yang berani mendekat bahkan mengganggu atau memakan Nabi Ibrahim. Bahkan nabi Ibrahim ini sehat dengan mukzijat Allah dengan mengeluarkan madu yang manis dari isapan jempol nabi Ibrahim AS.
Tentu saja ini adalah kejadian yang diliuar batas pikiran kita semya, namun ini bagi Allah begitu mudah untuk melakukannya. Karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, inilah yang dinamai Ir-hash yaitu sesuatu keganjilan luar biasa yang terjadi pada diei Rasul semasa kecilnya atas izin Allah SWT.

Setelah beberapa lama membuang Nabi Ibrahim AS ini ayah beserta ibu Nabi Ibrahim mencoba menengok apakah anaknya sudah mati di makan binatang buas. Tetapi alangkah kagetnya kedua orang tua ini ketika diketahuinya anaknya masih hidup dan sehat wal afiat. Sejak kejadian inilah orang tua dari Nabi Ibrahim AS secara sembunyi-sembunyi menengok anaknya di dalam sebuah Gua.
Selama kurang lebih setahun nabi Ibrahim AS tinggal di dalam gua. Setelah umur nabi Ibrahim AS ini mencapai satu tahun, orang tuanya membawa Nabi Ibrahim ini pulang ke rumah. Karena undang-undang tersebut telah di cabut dan tak diberlakukan lagi. Semakin hari dan semakin haripun nabi Ibrahim ini menjadi dewasa. Ia pun menjadi cerdas dan pandai. Suatu ketika pun ia mulai bertanya kepada kedua orang tuanya, siapa yang menciptkan alam semesta ini.

Wahai Ibu dan ayahku siapa yang telah menciptakan aku ini, ayahnya pun menjawab pertanyaan, ayah dan inu yang menjadikanmu karena kamu lahir disebabkan oleh kami. Nabi Ibrahim pun pertanya lagi. Dan siapa pula yang menjadikan Ayah dan ibu kemudian dijawablah pertanyaan itu kakek dan nenekmu lah yang menjadikan kami.

Dan kemudian nabi terus dan terus bertanya hingga akhir nabi menanyakan,” siapakah orang pertama uang menjadikan semua ini?” Maka ke dua orang tua nabi Ibrahim pun tak dapat menjawabnya. Karena mereka tidak tahu kepada tuhan. Dan kemudian nabi ibrahim bertanya dengan orang lain, namun mereka semua tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Kemudian karena tidak ada yang bisa menjawab. Nabi Ibrahim mengunakan aal dan fikiranya untuk mencari Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Karena akal manusia sangat terbatas nabi Ibrahim gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta ini.

Allah Berfirman dalam Surat Al-An’am 76-79 yang artinya
“Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang. Katanya: Inilah Tuhanku? Maka setelah dilihatnya bintang tengelam ia berkata Saya tidak akan berTuhan pada yang tenggelam. Kemudian ketika melihat bulan purnama ia berkata lagi: Inilah Tuhanku? Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu. seraya berkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang, ia pun berkata: Inikah Tuhanku yang sebenarnya...? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapun berkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak mau menyekutukanNya." (QS. Al-An'am: 76-79)

Dari surat diatas dapat kira ketahui bagaimana Nabi Ibrahim AS mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan kebesaran Allah SWT dengan melihat keadaan alam sekitar. Awwaluddin ma’rifatullah yaitu awal agama adalah mengenal Allah. Barang siapa yang ingin mengenal Allah, maka kenalilah dirimu sendiri baru kenalilah siapa Allah Sesungguhnya. Dimana dan kenapa kita wajib menyembah-Nya.

Manusia dan Tuhan
Pada dasarnya manusia akan terus mencari siapa Tuhan mereka. Bahkan untuk merasa dekat, mereka bisa saja seperti Tuhan, namun tetap tidak bisa menjadi Tuhan. Pengetahuan manusia akan Tuhan sangatlah terbatas, seperti yang diungkapkan Maimodes pengetahuan manusia tentang Tuhan hanyalah apa yang tidak bagi-Nya.

Secara garis besar, Eric Fromm ingin menceritakan persoalan antara manusia dengan Tuhan, manusia terus mencari siapa Tuhan mereka, dan Tuhan terus melakukan apa pun supaya manusia mengenal-Nya. Fromm membuat kesimpulan yang mengejutkan dalam buku ini:  Bibel bukanlah firman Tuhan. Ia hanyalah tulisan yang ditulis oleh berjubel penulis dari berbagai lapisan sosial dalam waktu satu milenium (1200 SM).

Kisah lengkap mengenai perjalanan sejarah manusia dalam melakukan percarian Tuhan ini bisa Anda baca dalam karya Fromm yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Manusia Menjadi Tuhan. Buku ini tebalnya hanya 332 halaman dan diterjemahkan oleh penerbit Hyena.           
       
Satu pertanyaan yang menjadi kontroversi dan menggelisahkan banyak orang, termasuk Erich Fromm, psikoanalis Jerman yang masyhur ini adalah: benarkah Bibel merupakan Firman atau Risalah Tuhan? Lewat paparannya yang padat dan studi sejarah literatur kitab yang ketat dan independen, Fromm, dalam buku ini, berusaha memeriksa secara kritis, apakah Bibel merupakan Risalah Tuhan atau hanya sebuah produk dari upaya pencarian manusia akan Tuhannya. Hasilnya, Fromm membuat sebuah kesimpulan yang mengagetkan, bahwa ternyata Bibel bukan firman Tuhan.
Pesan Sekarang