Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Kearifan Puncak (Mulla Shadra)

Judul: Kearifan Puncak
Penulis: Mulla Shadra
Penerbit: Pustaka Pelajar, 2001
Tebal: 394 halaman
Kondisi: Bagus (Bekas) 
Stok Kosong
 
“Mulla Shadra seorang filosof yang sederajat dengan filosof Abu Nasir Farabi, Ibnu Sina, Syaikh Isyraq Suhrawardi, Nasiruddin Thusi, Ibnu Rusd, Ibnu Miskawai dan lain sebagainya. Juga penafsir serta penyempurna filsafat-filsafat Islam sebelumnya, dalam ilmu Irfan iapun sederajat dengan para urafa seperti Ibnu Arabi. Dalam kehidupannya ia berupaya jauh dari kehidupan mewah dan tidak mengejar kekuasaan dan tidak banyak berinteraksi dengan masyarakat awam. Pada tahun 1039 H atau 1631 dia ke desa kecil bernama Kahak yang terletak di dekat kota suci Qum dan menggunakan banyak waktunya untuk pensucian diri, tafakkur tentang hakikat-halikat segala sesuatu dan beribadah kepada Tuhan. Ia meninggalkan desa tersebut dan kembali lagi ke Syiraz pada tahun 1040 H atau 1632.Mulla Shadra berkeyakinan untuk sampai kepada kesempurnaan makrifat Tuhan (tauhid) dan ilmu akhirat (eskatologi) maka seseorang harus mutlak meninggalkan dunia, syahwat dan cinta pada kekuasaan disertai dengan kecerdasan akal, ketajaman fitrah dan kesucian jiwa.”

Syiraz adalah kota bersejarah Iran dan terletak di wilayah Pars. Di zaman Mulla Shadra, pemerintah Iran di bawah kekuasaan keturunan Shafawiyah yang secara resmi mengakui kemerdekaan wilayah Pars, saudaranya menjadi raja di wilayah Pars dan salah satu menterinya adalah ayah Mulla Shadra.

Ayah Mulla Shadra –Khajah Ibrahim Qiwami– seorang negarawan yang cerdas dan mukmin serta memiliki kekayaan yang melimpah dan kedudukannya yang mulia lagi terhormat, namun setelah menunggu bertahun-tahun ia baru dianugerahkan seorang putra yang diberi nama Muhammad (Sadruddin) dan sehari-hari dipanggil Shadra,  setelah dia dewasa kemudian digelari mulla yang berarti ilmuwan besar lalu digabungkan dengan nama kecilnya menjadi Mulla Shadra.

Sadruddin Muhammad (Shadra), merupakan anak tunggal seorang menteri raja yang menguasai wilayah luas Pars, hidup di lingkungan yang religius, terhormat dan mulia. Biasanya untuk anak-anak yang tinggal di lingkungan istana pada saat itu mereka diajar oleh guru privat di rumah mereka sendiri. Shadra seorang anak yang cerdas, semangat dan rajin belajar, dalam waktu yang singkat dia menguasai seluruh pelajaran yang diajarkan seperti, tata-bahasa Persia, Arab, seni dan tulisan indah. Pelajaran-pelajaran lain yang juga diperlajari misalnya, Fiqih, Logika dan Filsafat, tetapi Shadra yang belum balig waktu itu lebih condong ke Filsafat dan terkhusus dalam bidang Irfan. Hal ini dapat dilihat dari diarynya yang banyak tertulis syair-syair irfani berbahasa parsi dari Jalaluddin Maulawi, Araqi dan Attar.

Sebagian dari pelajaran di atas ia pelajari di kota Syiraz dan sebagian lagi dipelajari sewaktu berumur enam tahun di Qazwin. Di sana ia belajar dengan banyak guru dalam bidang yang beragam dan menyelesaikannya dengan cepat mulai dari pelajaran tingkat pertama, menengah sampai tingkat tinggi.

Mulla Shadra selama Di Qazwin bertemu dengan guru-guru besar seperti Syaikh Bahauddin Amili  dan Mir Damad dan kemudian menuntut ilmu dari mereka. Dalam waktu yang cepat, dengan kecerdasan yang dimilikinya, ia dapat menguasai pelajaran dengan sempurna dan menjadi murid yang paling dihormati dan dicintai oleh kedua gurunya.

Dengan berpindahnya ibukota Shafawiyyah dari Qazwin ke Ishfahan (tahun 1006 H atau 1598 M) Syaikh Bahauddin dan Mir Damad beserta muridnya juga hijrah ke kota tersebut dan meluaskan pengajarannya di sana. Pada masa itu, Mulla Shadra berusia 27 tahun dan secara resmi telah menamatkan semua pelajarannya.

Tidak diketahui secara pasti selama berapa tahun ia menetap di Ishfahan dan setelah itu ia ke kota mana. Kemungkinan besar setelah tahun 1010 H atau 1602 M ia hijrah dari Ishfahan ke kotanya Syiraz untuk mengurusi warisan kekayaan ayahnya, sebagian hartanya diberikan ke fakir miskin dan beberapa bagian diwakafkan untuk kepentingan umum di Syiraz.

Muhammad Ibrahim bin Yahya Qiwami Syirazi yang digelar Sadr al-Mutaallihin dan lebih dikenal sebagai Mulla Shadra adalah salah seorang filosof ilahi terbesar dan teragung yang mewarisi secara sempurna filsafat Islam dan pendiri aliran baru dalam filsafat Islam yang dinamakan al-Hikmah al-Muta’aliyah yang terus berpengaruh hingga saat ini.

Syaikh Muhammad Husain Garawi Isfahani bertutur ihwal Mulla Shadra: Jika ada orang yang mengetahui sempurna rahasia kitab Asfar maka saya akan berguru kepadanya walaupun ke negeri Cina.

Mulla Shadra berkeyakinan untuk sampai kepada kesempurnaan makrifat Tuhan (tauhid) dan ilmu akhirat (eskatologi) maka seseorang harus mutlak meninggalkan dunia, syahwat dan cinta pada kekuasaan disertai dengan kecerdasan akal, ketajaman fitrah dan kesucian jiwa.

Lebih lanjut dia berkata bahwa seseorang yang tidak sampai pada derajat mukasyafah (penyingkapan) dalam memahami hakikat-hakikat segala sesuatu maka secara hakiki tidak bisa disebut sebagai hakim. Dia katakan bahwa hukum-hukum syariat sesuai dengan ilmu makrifat (filsafat ilahi dan irfan) dan tidak bertentangan satu sama lain.

Kata Mulla Shadra orang yang tidak ingin menapaki jalan spritual (suluk) dan tidak istiqamah dalam meraih mukasyafah atas apa yang telah diargumentasikan tidak akan mendapatkan manfaat dalam menghayati secara serius ayat-ayat Al-Quran dan  sebaiknya orang tersebut tidak mempelajari dan mendalami karya-karyanya. Orang seperti ini sebaiknya mempelajari ilmu-ilmu lahiriah seperti ilmu Bahasa, Sejarah, ilmu Ushul, ilmu Fiqih dan ilmu Hadis. Menurutnya sebagian besar masyarakat haram memperlajari ilmu makrifat ini karena kesulitan yang sangat dalam meraihnya dan mencapainya dibutuhkan niat suci, cita-cita yang tinggi, keinginan yang membaja dan taufik dari Tuhan.

Ilmu makrifat dipelajari hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, jika tidak maka dia tidak akan mungkin sampai pada hakikat ilmu tersebut, bahkan sebaliknya akan menjauhkannya dari jalan yang lurus dan tujuan suci. Seorang filosof yang bijaksana tidak boleh mengajarkan dan mewariskan ilmu itu kepada orang seperti ini.

Sumber artikel: http://buletinmitsal.wordpress.com/sosok/kearifan-puncak-mulla-shadra/
Pesan Sekarang