Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Jean Baudrillard Masyarakat Konsumsi

Judul: Masyarakat Konsumsi
Penulis: Jean Baudrillard
Penerbit: Kreasi Wacana, 2006
Tebal: 336 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 70.000 (blm ongkir)
SMS/WA: 085225918312

Setelah teori ekonomi materialisme Karl Marx gagal menjelaskan kejatuhan yang dialami sosialisme yang berdampak pada menjamurnya kapitalisme lanjut, Jean P. Baudrillard mencoba menyangkutpautkan proses pasca produksi (konsumsi) sebagai variabel yang signifikan dalam mengulas fenomena masyarakat modern. Marx membagi struktur masyarakat modern ke dalam dua bagian, basis dan bangunan atas. Basis ditentukan oleh dua faktor yakni tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produktif. Sedangkan bangunan atas terdiri dari dua unsur yang dikenal sebagai tatanan institusional dan tatanan ideologis.

Basis dan bangunan atas saling mempengaruhi. Terutama hubungan-hubungan produktif yang disinyalir oleh Marx selalu berkaitan dengan struktur-struktur kekuasaan yang mana selalu berpihak pada kekuasaan kelas-kelas atas. Di dalam struktur bangunan atas baik tatanan institusional maupun tatanan ideologis mendapatkan sokongan guna mendukung eksistensinya melalui bidang-bidang produksi. Para pemilik modal mampu menjalankan sebuah kehidupan yang secara struktural dianggap penting bagi masyarakat karena melalui tatanan ideologi ditanamkan sebuah kesadaran bahwa pemilik modal mampu berbuat apa saja tehadap masyarakat kelas buruh. Dengan begitu mereka memaksakan kekuasaannya dalam hubungan budak-tuan di ranah produksi.

Adapun masyarakat buruh yang terpaksa mengikuti struktur kekuasaan yang dimajukan oleh kelas atas berlomba-lomba untuk memperoleh penghargaan yang layak dengan bekerja sesuai permintaan pemilik modal. Dan akibatnya, persaingan terjadi pada konteks perebutan nilai yang lebih baik di antara buruh satu dengan buruh lainnya, dimana siapa yang memiliki nilai lebih bagi produksi tidak akan terusir dari kompetisi. Menurut Marx, dengan struktur seperti ini, masyarakat modern akan mengalami overloaded produksi sehingga sistem perdagangan mengalami jalan buntu. Selanjutnya, terjadilah gejolak antar kelas yang mengarah pada pecahnya revolusi sehingga masyarakat buruh akan merebut kuasa bangunan atas.

Dari analisis materialisme di atas Marx melanggengkan jalan Kapitalisme untuk memperbaiki diri. Permasalahan antar kelas di selesaikan dengan distribusi kesadaran terhadap kelas-kelas bawah secara represif maupun non-represif, dalam bahasan Althuser melalui aparatus-aparatus negara. Sedangkan permasalahan over-produksi diatasi dengan melakukan ekspansi ke tanah-tanah belahan dunia yang lain. Sasaran dari ekspansi ekonomi ini adalah negara-negara berkembang. Hasil dari ekspansi ini biasa dikenal sebagai globalisasi dan imperialisme.

Sebagai negara berkembang, Indonesia telah menjadi salah satu sasaran empuk globalisasi dimana produksi harus dipenuhi dengan konsumsi, permintaan harus menyesuaikan diri dengan penawaran agar tercapai kesetimbangan pasar. Dari perspektif infrastruktur, penciptaan pasar global telah menunjukkan bahwa kapitalisme tetap bercokol dalam struktur kehidupan masyarakat. Dan tak dapat dipungkiri juga, kapitalisme telah merasuki kesadaran masyarakat tidak hanya di bidang produksi, akan tetapi juga konsumsi.

Baudrillard mencoba mengusung pemikiran masa depan kapitalisme yang ditinjau dari konsumsi masyarakat dalam struktur ekonomi kapitalis. Meskipun menurut sebagian kritikus, ide tersebut ditulis dalam pendekatan formal ilmiah dan cenderung modern, Baudrillard mampu mengakhiri analisisnya dengan ciri khas seorang postmodernis (meski ia tak mau dipanggil seperti itu).

Dimulai dari membandingkan antara konsep produksi dengan konsumsi dalam manifestasinya di tengah masyarakat, baudrillard melihat bahwa dalam masyarakat konsumsi hadir sebuah kebutuhan yang berlebih, alih-alih sebuah over-produksi. Masyarakat konsumsi mengalami krisis terlebih pada ketidakmampuan produksi untuk mengimbangi pertumbuhan “kebutuhan” yang terjadi secara besar-besaran. Logika Marx dibalik dan dilanjutkan oleh Baudrillard dengan memasukkan dasar-dasar produksi ke dalam struktur ekonomi, yaitu dengan menyebutkan adanya monopolisasi konsumsi selain monopolisasi produksi. Begitu juga dengan nilai lebih dari produksi yang tampak diakulturasikan Baudrillard menjadi konsep nilai lebih konsumsi, dimana hadir distribusi kekayaan kepada komunitas yang lebih luas. Dalihnya adalah bahwa masyarakat membelanjakan sebagian dari surplusnya untuk menjaga agar publik berjalan normal. Kenyataan yang ada menurut Baudrillard, masyarakat melakukan konsumsi untuk membuktikan bahwa mereka ada.

Baudrillard menyatakan bahwa kebutuhan diproduksi sebagai sebuah kekuatan konsumtif. Kebutuhan adalah bentuk paling maju dari sistematisasi rasional kekuatan-kekuatan produksi pada level individu, dimana konsumsi memakai penyampaian logis dan penting dari produksi. Dunia objek dan kebutuhan akan menjadi dunia histeria merata. Seperti organ-organ dan fungsi tubuh dalam perubahan histerikal menjadi sebuah paradigma yang besar dengan menandakan melalui bahasa lain atau melalui perkataan yang lain. Konsumsi adalah sebuah ideologi dan sebuah sistem komunikasi, dan dapat dipandang sebagai eksklusivitas kenikmatan. Dalam hal ini, kenikmatan bukanlah tujuan dari konsumsi, melainkan hanya sekedar rasionalisasi. Tujuan sebenarnya adalah untuk memberi sokongan terhadap sistem obyek. Produksi dan konsumsi adalah satu dan proses logis yang sama dalam pengembangan reproduksi kekuatan-kekuatan produktif dan kontrol mereka.

Menurut George Ritzer (1998), Baudrillard memakai dua pendekatan untuk menukilkan pemikirannya di dalam Masyarakat Konsumsi, yaitu sosiologi dan strukturalisme. Oleh karenanya pembahasan Baudrillard juga bersinggungan dengan teori bahasa yang berkaitan erat dengan kedua pendekatan tersebut. Sebagaimana bahasa, konsumsi adalah cara dimana kita berbicara dan berkomunikasi satu sama lain. Begitu kita berpikir tentang konsumsi sebagai suatu bahasa, kita bebas menguraikan seluruh perlengkapan yang berasal dari linguistik struktural.

Konsumsi sebagai nilai tanda mengandung kelebihan dan kekurangan. Tindakan konsumsi bukan hanya pembelian yang sederhana, tetapi juga sebuah perluasan, konsumsi adalah manifestasi kekayaan, dan sebuah perwujudan dari penghancuran kekayaan. Nilai pertukaran ekonomis diubah ke dalam nilai pertukaran tanda berdasarkan sebuah monopoli kode. Masyarakat tak lagi membeli barang atau jasa karena barang atau jasa itu dapat ditukarkan dengan barang yang bernilai tinggi. Tidak juga masyarakat menghendaki kegunaan dari barang atau jasa yang mereka konsumsi. Justru saat ini kebutuhan yang prestisius menjadi hasrat tertinggi masyarakat. Inilah bahasa yang dikomunikasikan dalam sistem obyek.

Jika kita lihat dari kacamata hierarki kebutuhan Maslow, maka taraf kebutuhan manusia sekarang berorientasi pada pengakuan dan penghargaan diri. Oleh karenanya, semakin masyarakat mengkonsumsi, semakin hadir ia di tengah masyarakat. Dengan kata lain “Aku meng-konsumsi maka aku ada”.

Di dalam sistem obyek, jika tidak ada konsumsi masyarakat tidak akan berkomunikasi. Obyek prestisius akan merangsang yang lain untuk bersuara melalui obyek yang lebih prestisius. Artinya, mereka akan saling melempar bahasa dengan obyek yang mereka konsumsi. Komunikasi massa dilakukan dengan simbol-simbol yang termanifestasi pada nilai yang terkandung di setiap barang atau jasa yang dikonsumsi.

Implikasi yang jelas terkandung jika sistem obyek sudah menjadi kebutuhan dasar manusia adalah transformasi moralitas, kebaikan, rasa simpati, dan bahkan hati nurani menjadi hanya sekedar obyek yang dikonsumsi. Obyek-obyek ini saling bersilang-sengkarut dan menciptakan sebuah tatanan dunia simulasi yang akan dijelaskan oleh Baudrillard pada karyanya setelah ini. Masyarakat konsumsi akan menjadi jembatan yang sangat menarik untuk membongkar sistem simulakra yang penuh dengan keterasingan dan kesunyian manusia di tengah-tengah kemunduran zaman.