Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Gus Dur Kiai Nyentrik Membela Pemerintah

Judul: Kiai Nyentrik Membela Pemerintah
Penulis: KH. Abdurrahman Wahid
Penerbit: LKiS, 1997
Tebal: 152 halaman
Order: WA 085225918312

Gelar kiai telah menjadi salah satu perangkat sistem yang sangat dogmatis dalam pesantren. Hampir di sepanjang daerah pesisir Pulau Jawa, kiai dapat dipastikan mempunyai pesantren dengan ratusan bahkan ribuan santri.

Buku ini -dilihat dari judulnya- tampaknya ingin mengungkapkan kenyentrikan para kiai Nahdlatul Ulama (NU) dengan dunia pesantrennya itu. Tetapi sebagaimana dinyatakan Muhammad Sobary dalam kata pengantar buku ini, tak ada alasan yang jelas dari penerbitnya tentang persoalan itu. Penerbitnya hanya menyebut buku ini sebagai "antropologi kiai" yang ditulis orang dalam, yakni Abdurrahman Wahid, Ketua Umum Pengurus Besar NU.

Lewat buku ini kita bisa menikmati analisis Gus Dur -panggilan Abdurrahman Wahid- dengan gaya "sersan" (serius tapi santai) tentang ke-nyeleneh-an dan keunikan para kiai NU. Gus Dur ingin menunjukkan bahwa ke-nyeleneh-an para kiai NU tersebut merupakan kearifan khas dalam membaca suatu persoalan. Mem- berikan kemungkinan dalam kondisi "ketidakmungkinan". Ke- nyeleneh-an inilah yang justru dapat menjadi aset bagi masa depan bangsa.

Dengan bahasa yang lugas dan kadang blak-blakan, Gus Dur ingin memperlihatkan kepada khalayak bagaimana kenyentrikan beberapa kiai NU. Misalnya Kiai Mukhit Muzadi dari Jember, yang gigih menampakkan keberanian moral, termasuk melawan segenap kesalahan meskipun dilakukan umatnya. Mukhit rela dihujani dengan caci maki umatnya. Bahkan ia diberi tuduhan buruk: mem- bela pemerintah. Kiai Sahal Mahfudz -kiai perokok berat- yang sedang melakukan terobosan baru dengan membuka proyek pengem- bangan masyarakat, bekerja sama dengan LP3ES di pesantrennya, Maslakul Huda, di Kajen, Pati, Jawa Tengah, juga mempunyai keunikan tersendiri. Lalu tentang Kiai Gus Mik (almarhum), yang hafal Al-Quran namun juga akrab dengan para wanita tunasusila. Dan masih banyak lagi.

Dengan membaca buku ini, kita juga bisa melihat dunia Gus Dur pada tahun 1980-an. Suatu rentang waktu saat Gus Dur masih giat menulis di media massa. Sayangnya, tema bahasan tulisan Gus Dur dalam buku ini sebatas pada kenyentrikan para kiai NU.

Dalam konteks tersebut, jika buku ini berikhtiar mengungkap tuntas kenyentrikan kiai NU, semestinya figur Gus Dur juga diungkap, sebab di samping sebagai kiai dan tokoh NU, Gus Dur pun justru dikenal sebagai "mbahnya" unik dan nyeleneh. Sebagai pimpinan NU, misalnya, ia sering diberitakan bermain-main dengan masalah politik. Kadang ia berada di suatu kubu, lalu pindah ke kubu lain. Buku ini akan lebih menarik bila Gus Dur menguraikan aktivitasnya yang "membingungkan" itu dan mem- berikan alasan-alasannya.

Islah Gusmian
Staf Forum Studi Sisiphus, Yogyakarta
Pesan Sekarang